NovelToon NovelToon
Luka Dibalik Senyum Azalea

Luka Dibalik Senyum Azalea

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Faroca

Azalea, Mohan, dan Jenara. Tiga sahabat yang sejak kecil selalu bersama, hingga semua orang yakin mereka tak akan pernah terpisahkan. Namun dibalik kebersamaan itu, tersimpan rahasia, pengkhianatan, dan cinta yang tak pernah terucapkan.

Bagi Azalea, Mohan adalah cinta pertamanya. Tapi kepercayaan itu hancur ketika lelaki itu pergi meninggalkan luka terdalam. Jenara pun ikut menjauh, padahal diam-diam dialah yang selalu menjaga Azalea dari kejauhan.

Bertahun-tahun kemudian, Jenara kembali. Dan bersama kepulangannya, terbongkarlah kebenaran masa lalu tentang Mohan, tentang cinta yang tersimpan, dan tentang kesempatan baru bagi hati Azalea.
Kini, ia harus memilih. Tetap terikat pada luka lama, atau membuka hati pada cinta yang tulus, meski datang dari seseorang yang tak pernah ia duga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Faroca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Antara Absurd dan Rencana!

Kelas psikologi saat ini terlihat begitu santai. Beberapa mahasiswa sibuk mengobrol, selebihnya lagi sedang asik merebahkan kepalanya di meja. Azaleapun sedang asik ber-selfie bersama Regi dan Fani, tapi semuanya berubah begitu suara dosen terdengar dari arah pintu masuk kelas.

"Ok... Sebelum mulai materi hari ini, bapak akan kasih quiz dadakan buat kalian..." Suara Pak.Tanjung memenuhi ruangan kelas.

"Hah?!" suara itu langsung menggema dari barisan tengah. Azalea langsung menatap Regi dan Fani bergantian, terlihat kepanikan di wajah Fani dan Azalea.

"Sumpah nih pak.Tanjung, ngasih kuis kaya lagi jualan tahu bulat... Dadakan!!!" bisik Azalea pada Regi yang berada tepat disampingnya.

Regi yang hampir tertawa, lekas menutupi mulutnya dengan telapak tangan. "Mendingan lo diem, daripada dosen satu ini ngasih nilai D buat kita..." seru Regi tak kalah pelan.

"Ok... quiz kali ini nggak banyak kok, cuma ada lima. Jadi siapa cepat dia yang dapat nilai," ucap dosen itu sambil duduk dibangkunya.

"Dia bilang cuma? Meskipun lima, kalo gue nggak bisa jawab ya tetep aja zonk..." Pasrah Fani.

"Ok kita mulai.... Pertanyaan pertama. Apa yang dimaksud dengan psikoanalisis, menurut Sigmund Freud?" Pak.Tanjung bersuara lantang, sambil melirik satu persatu mahasiswa dikelasnya.

"Psikoanalisis adalah teori yang menekankan peran alam bawah sadar dalam membentuk prilaku manusia," Regi menjawabnya dengan santai, sepertinya pertanyaan itu sangat mudah baginya.

"Ok... Nilai sepuluh untuk Regi Wijaya," seru pak.Tanjung sambil bertepuk tangan yang langsung di ikuti oleh murid-muridnya.

Pak tanjung terus memberikan quiz dan dijawab oleh beberapa mahasiswa di kelas itu. Hingga sampai ke pertanyaan terakhir. Pak. Tanjung beranjak dari duduknya, dan berjalan mendekati bangku Azalea.

"FREYA AZALEA..." panggil Pak Tanjung tepat disamping gadis itu. "Jawab pertanyaan kelima," lanjutnya

"Lah kok dipilih pak, bukannya siapa yang cepat ya?" Protesnya

"Jadi kamu mau saya kasih nilai D?" ancam Pak. Tanjung

"Nggak Pak," Jawab Azalea cepat.

"Baik, pertanyaan ke lima, Apa tujuan dari psikoterapi?" Pak Tanjung berkata sambil menggebrak meja Azalea sedikit keras,

Azalea terlonjak kaget, dan dengan absurdnya dia menjawab pertanyaan dosen tersebut. "tujuannya membayar seseorang buat ngedengerin omelan kita, tapi dengan Validasi ilmiah, Pak." celetuk Azalea. Gadis itu langsung menutup mulut absurdnya.

Seketika tawa pecah memenuhi ruang kelas yang sejak tadi diselimuti dengan ketegangan. Fani tertawa sambil menutupi wajahnya dengan buku catatan. Sedangkan Regi hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

Sementara si Dosen yang terkenal killer dan irit senyum itu, cuma memandang Azalea lama... Hening sesaat, lalu dengan suara datar tapi tajam. Beliau berkata,

"Menarik, tapi saya tidak meminta kamu buat stand up comedy disini," katanya tajam

"Sekarang, coba kamu jelaskan secara ilmiah." Sambung Pak Tanjung, sambil mengetukkan spidol dua kali ke meja Azalea.

"Mampus gue!? bisa-bisanya nih mulut nggak tau sikon," batinnya merutuki dirinya sendiri.

"AZALEA... CEPAT!!!" bentak sang dosen.

"I-iya Pak," Azalea tergagap. " Psikoterapi itu bertujuan untuk membantu individu mengatasi masalah psikologis dan meningkatkan kesejahteraan mental, Pak."

Pak Tanjung menatap Azalea beberapa detik, dan kemudian mengangguk pelan.

"Itu jawaban yang lebih baik," ucapnya. "Lain kali simpan jawaban absurd kamu untuk podcast bukan untuk quiz, mengerti Azalea?" Tegas Pak Tanjung.

"Ngerti Pak," seru Azalea. Pak Tanjung kembali ke tempat duduknya dan memulai mengajarkan materi yang telah dipersiapkannya.

****

Ruang kuliah anatomi sore itu terasa berat. Udara di dalamnya bercampur antara bau Formalin dan alcohol steril, aroma khas yang sudah menjadi teman sehari-hari mahasiswa kedokteran. Jenara duduk di barisan tengah, dengan jas lab yang lengannya sedikit tergulung. Tatapannya fokus ke layar tablet, menuliskan catatan hasil praktikum.

Disebelahnya Pandu sibuk memainkan stetoskop, seperti anak kecil yang mempunyai mainan baru.

"Gue yakin, tadi manekinnya bernapas." Gumamnya asal, membuat Jenara menoleh sebentar.

"Je, gue serius tau. Detak jantungnya ada," Pandu masih belum menyerah menceritakan penemuannya.

"Terus, kalo manekinnya bernapas emangnya kenapa? Lo mau ngajak tu patung ke KUA?" ucapnya kesal

"Lah, ini cowok Ac duaPk bisa eror juga kalimatnya. Ketularan Azalea lo yak," Pandu terkejut. Jenara tak menggubrisnya, cowok itu masih sibuk dengan catatannya.

Sementara dibarisan paling belakang, Amara duduk dengan buku catatan ditangannya. Rambutnya yang panjang, digulung rapi ke atas. Jas lab yang dipakainya terlihat bersih tanpa noda. Gadis itu sesekali melirik ke arah Jenara dan Pandu.

Amara memutar pulpen ditangannya dengan pelan, Dia mencondongkan tubuhnya ke arah Nadine salah satu teman geng-nya.

"Kira-kira, kapan Lo mau ngedeketin Jenara?" tanya Amara pelan. "Lo nggak mungkin lupa kan?" lanjutnya

"Ya nggak dong Mar, Lo tau gue kan? Jam terbang gue udah tinggi, buat ngedeketin cowok kaya Jenara itu gampang..." ucap Nadine sambil menjentikan jarinya.

"Tapi Jenara bukan cowok yang gampang ditaklukin. Dia terlalu dingin, bahkan nggak pernah berinteraksi sama temen cewek di kelas kita. Lo tau itu kan? Gue aja pernah ditolak, semeja sama dia. Satu-satunya cewek yang bisa deket sama dia, cuma Azalea." Amara memberitahu Nadine.

"Karena itu gue suka sama dia, Dia tuh menantang. Bahkan gue udah terobsesi buat dapetin dia. Cowok yang ketampanannya menduduki peringkat satu seantero kampus," ucap Nadine dengan wajah penuh obsesi.

"Bagus, gue pengen lo pepet Jenara terus."

"Lo serius mau bikin Azalea...?" kata-kata Nadine menggantung.

"Sampe Azalea merasa sendirian," Amara menyelesaikan kalimat itu dengan senyum miring di wajahnya.

"Nggak terlalu frontal kok, cukup bikin dia sadar kalau dunia Jenara nggak berputar disekitarnya." sambungnya lagi.

"Lo masih dendam sama cewek itu? Bukannya dia udah ngejauhin Mohan ya?" Nadine mulai kepo dengan hubungan Amara.

"Mereka emang udah saling ngejauh, tapi Mohan— dia udah nggak sebucin dulu. Sekarang dia lebih milih pergi daripada harus ngerayu gue disaat gue lagi marah. Mohan berubah Nad, raganya ada buat gue tapi pikirannya traveling." curhat Amara pada Nadine. Gadis itu seakan mengeluarkan semua emosinya yang tertahan.

Bunyi bel, menandakan waktu kelas telah berakhir. Jenara menutup tabletnya dan menatap Pandu.

"Du... Nanti bantuin gue mindahin alat ke lab anatomi ya?"

"Siap calon dokter!?" Jawab Pandu dengan gaya lebay. Lalu mereka berdua meninggalkan kelas anatomi.

Dikursinya Amara dan Nadine memandang punggung Jenara yang perlahan menjauhi ruangan. Senyum samar keduanya muncul seketika, senyum yang bukan lagi milik mahasiswi baik-baik. Tapi senyum yang penuh obsesi dari Nadine dan juga senyum dari seseorang yang sudah memikirkan langkah berikutnya dengan tenang.

****

Wah ada rencana apa nih?Apa mungkin Nadine bisa ngedeketin Jenara?

1
Randa kencana
ceritanya sangat menarik
Dewi Faroca: terimakasih kak, sudah mau membaca.
total 1 replies
Ff Gilgamesh
tetap semangat 💪tetap berkarya
Dewi Faroca: terimakasih...
total 1 replies
Raka Yoga Pratama
tema cerita bagus, alur cerita mudah dimengerti dan menggunakan kata-kata yg mudah dimengerti juga. sukses selalu untuk penulis 😍😍
Dewi Faroca: makasih ya
total 2 replies
Raka Yoga Pratama
semangat buat penulis nya, cerita begini bikin flashback ke masa-masa abg dulu 🤣🤣
Andhika teguh Nurhidayat
keren, semoga lebih baik lagi
Hakim Bohiran
Duh, hati rasanya meleleh.
Dewi Faroca: makasih udah mau baca🙏 semoga terus dibaca lanjutannya ya.
total 1 replies
ahok wijaya
Waktu membaca cerita ini rasanya seperti di masa lalu, indah dan penuh warna.
Dewi Faroca: makasih😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!