WARNING❗
Cerita ini, buat yang mau-mau saja, TAK WAJIB BACA JUGA
Mengandung banyak Flashback
Banyak nama tokoh dari novel-novel pendahulu mereka
Slow update
Alur lambat
So, yang gak suka silahkan cabut, dan berhenti sampai di sini ❗
⚠️⚠️⚠️
Kenzo akhirnya menerima permintaan sang bunda untuk menikahi putri sahabatnya semasa SMA.
Tapi ternyata gadis itu adalah adik tiri Claudia mantan kekasihnya. Dulu Claudia mencampakkan Kenzo setelah pria itu mengalami kecelakaan hingga lumpuh untuk sementara waktu.
Bagaimana lika-liku perjalanan pernikahan Kenzo dengan Nada? (yang selisih usianya 10 tahun lebih muda).
Di sisi lain, Nada masih terbelenggu dengan potongan ingatan masa kecil yang mengatakan bahwa ibunya meninggal karena mengakhiri hidupnya sendiri.
Apakah itu benar? Atau hanya dugaan semata? Lantas jika tidak benar siapa gerangan yang telah menghilangkan nyawa ibunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus Rajin Belajar
#34
“Haaahh!”
Kenzo kembali membuka mata dengan keringat bercucuran dan nafas yang tak beraturan. Barusan ia seperti berusaha keluar dari mimpi buruk yang cukup membuatnya trauma. Karena itulah nafasnya memburu seperti baru saja berlari jarak jauh.
“Mas, kenapa?” Nada baru kembali dari toilet, ia terkejut melihat suaminya bangun dengan nafas terengah-engah.
Kenzo duduk, kemudian bersandar di head board. Dengan cekatan Nada mengambil air putih yang sudah tersedia di kamar mereka, “Minum dulu, Mas.”
Kenzo meminum cairan bening tersebut, setelahnya ia mengembalikan gelas tersebut ke tangan istrinya. “Mas mimpi buruk?”
Kenzo mengangguk lemah, “Tidak apa-apa, aku baik-baik saja.”
“Syukurlah.” Nada mengembalikan gelas ke atas meja.
“Ayo, tidur lagi.” Kenzo menepuk tempat di sebelahnya yang kosong.
Nada kembali menempati tempatnya, dan Kenzo kembali memeluk tubuh istrinya, berusaha untuk memejamkan matanya lagi, walau tak bisa di pungkiri ia gelisah.
Tapi Nada membaca kegelisahannya, “Mas mimpi apa barusan?” Nada melonggarkan pelukan suaminya.
Nada sering mengalami mimpi buruk, jadi ketika berhadapan dengan orang yang juga bermimpi buruk, Nada tak bisa baik-baik saja, walau Kenzo telah mengatakan sebaliknya. “Mas, mau cerita padaku?” tanya Nada dengan suara lirih, sementara telapak tangannya mengusap pipi Kenzo.
Kenzo menarik lengannya, ia berpikir sejenak, apakah Nada harus diberitahu tentang hal yang terjadi di rumah orang tuanya?
“Tadi, Kak Danesh telepon, katanya ditemukan mayat pria tak dikenal di depan gerbang rumah orang tuamu.”
“Hah?! Apa, Mas?!” Nada langsung bangun dari baringnya, bulu kuduknya meremang seketika.
“Sini tidur lagi.” Dengan lembut, Kenzo menarik kembali tubuh istrinya agar kembali berbaring.
“Aku kaget, Mas.”
“Iya, aku juga.”
Nada kembali berbaring, mereka saling berhadapan, dengan diterangi remang-remang cahaya lampu tidur.
“Terus, apa hubungannya dengan mimpimu, Mas?”
“Polisi menemukan bukti bahwa pria itu mungkin juga terlibat dalam peristiwa kecelakaan yang menimpaku beberapa tahun silam.”
Nada cukup terkejut, “A-apa, Mas?!” Nada tiba-tiba was-was. Ingatannya langsung terhubung pada ucapan Kanaka yang mengatakan bahwa mantan kekasih Kenzo dulu, sangat terbebani dengan semua sikap posesifnya.
Nada tak suka berprasangka, tapi ia menjadi curiga karena ini ada kaitannya dengan kecelakaan yang menimpa suaminya.
“Apa mungkin Kak Claudia dan Kak Kanaka juga terlibat, Mas? Emm, maksudku mereka sengaja merencanakannya dan pria misterius yang meninggal itu eksekutornya— tapi, itu sih hanya dugaanku saja.”
Nada berceloteh panjang, tanpa menyadari bahwa Kenzo memperhatikan setiap kalimat dan ucapannya.
“Kamu tahu?”
Nada membungkam bibirnya, rupanya ia keceplosan, ‘Bodoh sekali kamu, Nada! Kenapa bisa langsung keceplosan?’
“Eh, anu, itu Mas, semua terjadi begitu saja, bukan maksudku mengungkit masa lalumu. Tapi— Mama yang memulainya, ditambah lagi, kemarin Kak Kanaka juga memancing cerita tersebut, entah apa maksudnya,” jawab Nada sedikit kesal. Bibir mungilnya ikut mencebik lucu.
“Memang apa yang Mama katakan padamu?” selidik Kenzo.
“M-Ma-ma memgirimkan foto Mas yang sedang memeriksa Kak Claudia, sebenarnya aku sudah tahu itu memang tugasmu sebagai dokter. Dan bukan itu yang membuatku kesal pada awalnya,” Sahut Nada mulai gugup.
“Tapi—”
“Captionnya yang menyebalkan, seolah-olah Mama sedang mengatakan bah— wa—”
Kenzo sungguh tak sabar mendengar ucapan istrinya, tanpa pikir panjang, pria itu bangkit lalu menyambar ponsel istrinya yang tergeletak di atas meja lampu tidur. “Buka! Mas mau lihat.”
Entahlah, tiba-tiba Kenzo emosi, setelah mendengar cerita Nada. “Mas—” Nada membuka ponselnya.
Kenzo tak menghiraukan Nada, ia langsung fokus pada benda pipih milik istrinya tersebut. Padahal sebelumnya tak pernah ada panggilan atau chat Mama Laura kepada Nada, tapi tiba-tiba mengirimkan foto dan kata-kata murahan semacam itu. Foto-foto itu dijadikan alat untuk memberi peringatan pada seseorang.
Apalagi seseorang itu adalah istrinya, jelas Kenzo tak suka.
“Mas, marah—” tanya Nada khawatir.
Kenzo menggeleng, “Aku marah, tapi bukan padamu. Melainkan pada Mama, aku jadi kehilangan respek terhadapnya.” Setelah menghapus foto-foto tersebut, Kenzo mengembalikan ponsel tersebut pada pemiliknya.”
“Aku juga kesal, Mas. Maksud Mama apa coba, kok bisa-bisanya berkata begitu. Padahal, mengajakku bicara saja tak pernah, sekalinya bicara yang keluar dari mulutnya hanya cibiran.”
Nada meremas selimut di hadapannya, ingat ketika di rumah tak ada seorangpun yang membela dirinya ketika Mama Laura memarahinya, bahkan kerap mengatakan bahwa dirinya anak seorang pelakor murahan.
Kenzo melihat perubahan raut wajah Nada, ia membuang nafas pelan kemudian memeluk erat sang istri. “Tidak apa-apa, kamu. Boleh marah di hadapanku, aku akan mendengarnya, daripada hanya disimpan dan akhirnya menjadi beban pikiran.”
Nada melepaskan diri dari pelukan sang suami. “Tidak, aku hanya marah sebentar, tadi.” Lihatlah, betapa cepat ekspresinya berubah.
“Lalu?” Tangan Kenzo menyingkirkan rambut Nada yang sedikit berantakan.
“Ya, aku tanya lah, pada sumber terpercaya.” Kenzo menaikkan kedua alisnya.
“Siapa?”
“Bunda—”
“Good, pintar sekali,” puji Kenz.
“Iya, dong, Istri Mas Kenz harus pintar,” imbuh Nada bangga. “Tapi, Mas—”
“Tapi apa?”
“Jadi mantan pacar Mas Kenz itu Kak Claudia? Lalu selingkuhannya itu Kak Ka— na— ka?” tanya Nada pelan, pantas saja suaminya marah ketika melihatnya pulang diantar oleh Kanaka.
Kenzo hanya mengangguk, melihat istrinya yang kini baik-baik saja, membuat mood Kenzo membaik. Senyum dan tawa Nada membuatnya merasa tenang, hingga perasaannya ikut menghangat.
“Sini, sekarang istrimu akan menghiburmu.” Nada merentangkan tangannya agar sang suami masuk ke pelukannya.
Wah, rupanya Nada sedang memancing perkara, jangan sekali-kali menawarkan ikan pada kucing, pasti langsung disambar. “Baiklah, jika istriku memaksa.” Dengan senang hati Kenz masuk ke pelukan istrinya.
Tentu saja Kenzo tak tinggal diam, hidung dan bibir pria itu langsung aktif bekerja. Menghirup aroma feromon alami dari kulit Nada, “Mashh—”
“Apa, Sayang.”
“Kan aku— cu—mah mau meluk,” cebiknya menahan rasa geli bercampur sensasi aneh yang cukup memabukkan, karena sekejap saja Kenzo sudah berubah jadi bayi besar yang rakus.
Kenzo mendongak, menyeringai jahil manakala istrinya mulai menggeliat tak karuan. “Aku bukan Olaf yang hanya suka pelukan hangat, aku sukanya pelukan plus-plus,” bisik Kenz, sambil mencium telinga dan seluruh permukaan wajah Nada.
Nada tak bisa menolak, karena ia telah sepenuhnya masuk dalam perangkapnya sendiri. Bahkan suara-suara jahanam keluar satu persatu dari mulutnya, bibirnya ingin mengeluarkan penolakan, tapi tak demikian dengan tubuhnya yang menikmati setiap sentuhan suaminya yang sungguh memabukkan.
“Aku mulai sekarang, ya?” tanya Kenz dengan wajah berkabut gairah, namun, masih meminta persetujuan istrinya.
“T-tapi, Mas—”
“Takut sakit?” Nada mengangguk.
“Makanya harus rajin belajar, biar tidak sakit.”
“Belajar itu di sekolah, Mas. Ini namanya bukan belajar,” protes Nada.
“Ini belajar yang lain, Sayang.” Kenzo berdiri menggunakan lutut sebagai tumpuan, rupanya pria itu membuka seluruh kain yang menutupi tubuhnya.
Nada memejamkan mata, ia jadi malu sendiri, “Jangan di tutup matanya.”
“Malu, Mas.”
“Kemarin bilang enak, sekarang malu, yang benar yang mana?” Kenz kembali ke posisi semula, begitu intim dan membuat Nada dag dig dug tak karuan, padahal bukan yang pertama.
“Maksudku bukan it—” Kalimat Nada terhenti ketika Kenz langsung menerobos tanpa permisi, aba-aba, atau kode apa gitu.
“Maaaass!”
“Nunggu kamu ngomong kelamaan.”
hmmm siapa kah lelaki yang nabrak pagar? apakah orang suruhan Kanaka itu??
next Thor..