Aleena seorang gadis muda yang ceria dan penuh warna. Dia memiliki kepribadian yang positif dan selalu mencoba melihat sisi baik dari setiap situasi. Namun, hidupnya berubah drastis setelah ibunya meninggal. Ayahnya, yang seharusnya menjadi sandaran dan sumber kekuatan, menikah lagi dengan wanita lain, membuat Aleena merasa kehilangan, kesepian, dan tidak dihargai.
Pertemuan dengan Axel membawa perubahan besar dalam hidup Aleena. Axel adalah seorang pria yang tampaknya bisa mengerti dan memahami Aleena, membuatnya merasa nyaman dan bahagia. Namun, di balik hubungan yang semakin dekat, Aleena menemukan kenyataan pahit bahwa Axel sudah menikah. Ini membuat Aleena harus menghadapi konflik batin dan memilih antara mengikuti hatinya atau menghadapi kenyataan yang tidak diinginkan.
Yuk simak kisah mereka....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScorpioGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Simpanan
Pagi hari, Axel menghubungi Marcel untuk membawakan pakaian ganti dan memesan beberapa unit AC.
"Pesan beberapa unit AC, dan bawa ke sini," titah Axel via telepon.
"Maaf, Bos. Sepagi ini belum ada toko elektronik yang buka. Dan menurutku untuk rumah Aleena hanya cukup satu unit saja."
"Gaji mu dipotong." Tanpa menunggu jawaban, Axel mematikan teleponnya sepihak.
Axel kemudian beralih ke dapur untuk membuat sarapan untuk mereka berdua. Ia dengan terampil menyiapkan bahan-bahan dan memasak dengan hati-hati. Bau harum makanan mulai memenuhi ruangan, tetapi Aleena masih tertidur pulas, tidak terganggu oleh aktivitas Axel di dapur. Axel tersenyum sedikit, menatap Aleena yang masih tidur dengan lembut sebelum kembali fokus pada proses memasak.
Setelah beberapa saat, sarapan siap dan Axel kembali masuk ke dalam kamar.
"Bangun sayang," bisiknya di telinga Aleena.
Perlahan Aleena menggeliat dan membuka mata secara perlahan, namun, tertutup kembali. Axel tersenyum melihat tingkahnya yang seperti bocah. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium kening Aleena, "Bangun, aku sudah buat sarapan untukmu," bisiknya lagi.
Axel tersenyum merasa sedang membangunkan seorang anak. Ia membayangkan Aleena sebagai bocah kecil. Senyumnya melebar saat melihat Aleena yang masih mengantuk dan menggeliat-geliat di tempat tidur. "Sudah bangun. Ayo Sarapan," kata Axel dengan nada lembut, mencoba membangunkan Aleena sepenuhnya.
Kini Aleena bangun dari tempat tidur dan langsung bergelung manja di lengan Axel, meminta untuk diantar ke kamar mandi. Axel tersenyum lembut dan menurutinya, mengantar Aleena hingga depan pintu kamar mandi.
"Mandi bareng," kata Axel sambil berpura-pura ingin masuk ke kamar mandi bersama Aleena. Aleena langsung memasang wajah garang dan mendorong tubuh Axel.
"Tidak boleh," ucapnya dengan melototkan mata.
Axel tertawa dan mengangkat tangan, "Baiklah, baiklah. Aku tunggu di luar," katanya sambil mundur dan menutup pintu kamar mandi.
Setelah beberapa saat kini Aleena dan Axel sarapan bersama, menikmati waktu bersama sebelum memulai hari.
"Aku tidak mau bareng Kak Axel kalau masih mengenakan pakaian itu ke kantor." celetuk Aleena.
"Kenapa? Malu jalan sama laki-laki yang sedikit berantakan?"
Aleena terkekeh dan menjawab, "Bukan malu."
"Lalu?" tanya Axel, mengangkat alis.
"Kak Axel bau!"
"Awas, ya."
Aleena bukannya takut, dia terus terkekeh, membuat Axel tidak bisa menahan senyumnya.
Tiba-tiba Marcel datang dengan menenteng paper bag.
"Kak Marcel sudah sarapan?" tanya Aleena dengan ramah.
"Belum, baru sekali," jawab Marcel dengan sedikit candaan.
"Kak Marcel, sarapan aja lagi," tawar Aleena lalu terkekeh.
"Dia sudah kenyang," timpal Axel dengan kesal.
Marcel menyela, "Bos, ini pakaian gantinya," sambil menyerahkan paper bag.
"Sudah bosan jadi Asisten?" Axel bertanya dengan nada sedikit sinis.
"Tidak, Bos. Saya tadi keliling dulu mencari toko elektronik yang buka di pagi hari. Tapi, belum ada yang buka." jelas Marcel, seakan tau apa yang Axel permasalahkan.
Axel meninggalkan meja makan untuk mandi dan berganti pakaian. Kemudian Aleena menawarkan sarapan untuk Marcel, "Kak Marcel, mau sarapan?" Marcel tidak menolak dan langsung menikmati sarapan dengan lahapnya.
Aleena tersenyum melihat Marcel makan dengan lincah, "Kak Marcel makan banyak ya," katanya sambil tertawa. Marcel hanya tersenyum dan terus menikmati sarapannya.
Setelah beberapa saat, mereka berangkat bersama. Sebelum tiba di kantor, Aleena meminta untuk turun di halte, tidak ingin melanjutkan perjalanan ke kantor bersama Axel.
"Kenapa?" tanya Axel.
Aleena menjawab dengan mata berkaca-kaca, "Aku tidak ingin karyawan kantor melihatku. Posisi aku ini salah, semua orang tahu kamu punya istri. Aku hanya simpanan."
Axel memandang Aleena dengan penuh empati, "Jangan pedulikan mereka."
"Aku tidak bisa." lirih Aleena.
Axel memegang tangan Aleena, "Maafkan aku."
Aleena menunduk, merasa sakit hati dengan situasi yang mereka hadapi. Axel mencoba menenangkan Aleena, tapi rasa sakit hati Aleena masih terasa sangat dalam.
Axel memandang Aleena dengan lembut, "Aleena, aku tahu ini tidak mudah bagi kamu. Tapi, aku ingin kamu tahu bahwa aku peduli padamu, dan aku tidak ingin kamu merasa sakit hati seperti ini." Aleena menunduk, masih merasa sedih.
Axel melanjutkan, "Aku tahu kita tidak bisa mengubah pandangan orang lain, tapi aku ingin kamu tahu bahwa kamu sangat berarti bagi aku. Aku tidak ingin kamu merasa seperti simpanan, karena bagiku kamu lebih dari itu."
Aleena memandang Axel, ada sedikit harapan di matanya. "Kamu percaya padaku?" tanya Axel. Aleena mengangguk pelan, merasa sedikit lebih tenang dengan kata-kata Axel.
Axel memeluk Aleena erat sebelum Aleena turun di halte. Setelah Aleena keluar dari mobil, Axel meminta Marcel untuk melanjutkan perjalanan ke kantor, Marcel mengangguk dan mengarahkan mobil ke kantor.
_
_
_
Di kantor, Aleena disambut oleh Chika. "Bagaimana? Apa semalam terjadi sesuatu?" tanya Chika dengan rasa penasaran.
"Tidak ada apa-apa, Chik," jawab Aleena dengan santai.
Chika tersenyum nakal, "Ya, itu. Biasanya kan simpanan itu pasti melakukan sesuatu yang intim dengan suami orang."
Aleena menggulung mata, "Chika... Aku tidak seperti mereka."
Chika terkekeh, memang senang sekali menggoda Aleena. "Iya, de. Aku percaya. Melakukannya pun aku tidak masalah," kata Chika dengan nada bercanda.
Tiba-tiba Ayu muncul dan menyela, "Wah, benar-benar pelakor. Sudah berani tidur bersama."
"Pelakor lebih terhormat, dibandingkan orang yang sering gonta-ganti pasangan," balas Chika.
"Kamu!" ucap Ayu dengan nada tinggi.
Chika tersenyum, "Apa marah? Kalau marah berarti kamu merasa melakukannya," tambahnya dengan nada bercanda.
Ayu menggelengkan kepala, "Siapa juga," katanya dengan nada kesal, mencoba menutupi rasa tidak nyaman.
Aleena hanya diam, menyaksikan pertengkaran antara Chika dan Ayu dengan rasa tidak nyaman. Chika masih tersenyum, sepertinya puas dengan reaksinya.
Tiba-tiba Marcel masuk ke ruangan. "Ada apa ini?" tanyanya sambil memandang Chika dan Ayu yang masih terlihat berseteru dn lansung diam.
"Tidak ada apa-apa, Pak. Hanya sedikit diskusi." jawab Aleena.
Marcel memandang Aleena, lalu Chika dan Ayu, sebelum mengangguk dan berkata, "Baiklah,"
"Aleena, ikut saya!" ucap Marcel sebelum berbalik dan pergi. Aleena melambaikan tangannya pada Chika lalu berlari kecil mengejar Marcel.
"Dasar pelakor!" kesal Ayu. Sedangkan Chika hanya tersenyum mengejek ke arah Ayu.
Sementara di dalam lift. "Kak Marcel, ada apa?" tanya Aleena.
"Aku juga tidak tau," jawab Marcel sambil mengangkat bahu.
"Terus? Buat apa aku ikut denganmu?" tanya Aleena penasaran.
"Untuk menemui Kekasihmu yang bucin itu," jawab Marcel.
Setelah beberapa saat, mereka tiba di lantai ruangan CEO. Marcel melangkah menuju ruangannya sedangkan Aleena sudah tiba di depan ruangan Axel, dia mengetuk pintu sebelum masuk.
"Masuk!" sahut Axel dari dalam.
Aleena melihat Axel yang sedang duduk di kursi kebesarannya, dia pun melangkah masuk dengan senyum manisnya.
"Kemarilah," panggil Axel.
Aleena menurut , dia lansung duduk di pangkuan Axel lalu mengalungkan tangannya dan Axel merangkulnya agar tidak terjatuh.
"Ada apa mencari ku Bos Axel?"
"Aku hanya ingin kamu selalu di sisiku,"
"Aku kan juga kerja,"
"Biarkan aku yang bekerja, kamu cukup menemaniku,"
"Mulai hari ini, kamu jadi sekertaris ku," putus Axel. "Aku tidak bisa jauh-jauh darimu," wajahnya berdempetan dengan wajah Aleena, hidungnya mereka bertabrakan.
"Tapi..." Aleena ingin protes, namun, Axel menutup mulutnya dengan telunjuk.
"Tidak ada tapi-tapian, apa kamu lupa, siapa bosnya?"
Aleena terkekeh, "kumat lagi sombongnya," ledeknya.
"Yang penting kamu suka," timpal Axel.
"Apa-apan ini?" ucap seseorang yang masuk tiba-tiba. Sedangkan Aleena refleks turun dari pangkuan Axel lalu merapikan pakaiannya.
Gaskeun 🔥🔥