Hidup di tengah-tengah para Pria yang super Possessive tidak membuat Soraya Aleysia Abigail Jonshon merasa Terkekang Ataupun diatur. Karena hanya dia satu-satunya perempuan yang hidup di keluarga itu, baik Ayah maupun kakak-kakaknya, mereka menjaganya dengan super ketat . Bagi mereka, Raya adalah anugrah Tuhan yang harus benar-benar dijaga, gadis itu peninggalan dari Bunda mereka yang telah lama meninggal setelah melahirkan sosok malaikat di tengah-tengah mereka saat ini.
Raya adalah sosok gadis jelmaan dari bundanya. Parasnya yang cantik dan mempesona persis seperti bundanya saat muda. Maka dari Itu baik Ayah maupun Kakak-kakaknya mereka selalu mengawasi Raya dimanapun Gadis itu berada. Secara tidak langsung mereka menjadi Bodyguard untuk adik mereka sendiri.
Penasaran sama kisahnya? kuylah langsung baca.....!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34_Merasakan Sosok Seorang Ibu
Raya menyeka keringatnya dengan punggung tangannya. Senyum tipis merekah indah di wajahnya yang nampak polos dan lugu. Satu persatu menu makanan ia sajikan di atas meja. Matanya melirik pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya sebentar lagi waktu makan siang.
Terdengar suara mesin mobil berhenti tepat di depan rumah keluarga Smith, Raya yakin itu pasti papanya Shaka.
" Assalamualaikum, selamat siang Om." Sapa Raya mendahului papa Shaka. Raya membukakan pintu sedikit lebih lebar membuat dua pria di depannya menautkan alisnya bingung.
" Waalaikumsalam," Jawab mereka.
" Saya Raya temannya Shaka," Raya menyalami Tuan Alex alias papanya Shaka, dengan laki laki berusia tiga puluh tahunan yang berdiri di belakang Tuan Alex dengan tangan yang membawa jinjingan tas kantor milik Tuannya itu. Pria itu adalah tangan kanan Tuan Alex.
" Masuk om mama Irena udah nunggu." Kedua pria itu menurut. Tuan Alex langsung berjalan menuju meja makan sedangkan Ali tangan kanannya berjalan kesebuah ruangan entah itu ruangan apa.
" Papa udah pulang?" Mama Iren tersenyum. Ia menyimpan menu terakhir diatas meja lalu berjalan mendekati sang suami untuk mencium punggung tangan milik suaminya itu. Begitupun dengan Tuan Alex pria itu menarik istrinya kedalam pelukannya lalu mengecup keningnya dengan lembut.
Raya yang melihat itupun tersenyum dengan kedua tangan yang ia gunakan untuk menopang dagu. Betapa romantisnya orang tua Shaka di usianya yang sudah tak muda lagi. Melihat moment seperti itu membuat hatinya sedikit terasa nyeri. Andaikan Bundanya masih hidup mungkin diapun akan melihat moment seperti itu setiap hari, tapi sayang itu hanyalah angan angannya saja.
"Aisss!" Raya mendengus saat Shaka tiba-tiba muncul dan mengacak surai hitamnya. Masih terlihat jelas muka bantalnya karena dia baru saja bangun tidur.
" Cuci muka dulu. Ilernya kemana mana tuh!" Shaka mengabaikan perkataan Raya, tangannya mencomot tempe goreng yang terlihat menggoda.
" Jorok," Raya memukul tangan Shaka membuat tempe itu jatuh pada tempatnya kembali " Cuci tangan dulu. Jangan lupa tuh muka juga ikut di cuci!" Pria itu memutar bola matanya jengah ia bangkit dari duduknya lalu menuruti perkataan Raya.
Tuan Alex dan mama Irena yang melihat itupun hanya tersenyum tipis, keduanya saling melirik berkomunikasi melalui tatapan mereka melihat tingkah anak tunggalnya.
" Udahkan?" Raya mengangguk saat Shaka menunjukkan tangannya yang bersih lalu ia kembali duduk di samping Raya. Mama Iren mengambilkan satu persatu menu pada piring suaminya lalu pada putranya.
" Raya pengen makan sama apa?"
" Ya?" Raya ambigu. Dia terlalu fokus memperhatikan kegiatan di depan matanya sehingga ia tidak menyadari jika mama Iren sedang bertanya padanya.
" Kamu mau makan apa? Biar mama ambilin," Ucap mama Irena memperjelas. Raya terdiam. Berapa umurnya sekarang? Dari lahir sampai sekarang baru kali ini Raya merasakan sosok kasih sayang dari seorang ibu selain dari bi Yanti ART di rumahnya. Rasanya sangat hangat dan menyentuh hati. Raya ingin menangis mendapatkan perlakuan manis seperti ini.
" Kok sedih gitu, kenapa?" Mama Irena menghampiri Raya lalu mengusap surai hitam miliknya.
Mata Raya sudah berkaca kaca. Dia mengulum bibirnya menggigit bibir bawahnya agar tidak terisak. Raya sangat sensitif jika sudah bersangkutan dengan keluarga apalagi dengan sosok ibu. " Raya nggak apa apa kok ma, Oh iya makanannya samain aja sama kaya Shaka," Di bibirnya terukir senyuman. Tapi di hatinya sedang menangis sesegukan, dia merindukan sang bunda.
" Udah jangan cengeng. Dimakan makanannya!" Raya menoleh. Matanya masih berkaca kaca. Kepalanya mengangguk lalu memakan makanan itu dengan lahap.
Shaka yang melihat sikap Raya pun dapat memahaminya, ia paham betul Raya itu seperti apa. Sudah tak aneh lagi melihat perubahan sikap Raya. Jujur Shaka pun tak tega melihat Raya seperti itu. Dia ingin sekali membawa Raya kedalam pelukannya. Melindunginya dan selalu ada di sampingnya. Tapi ia tidak bisa. Karena ini bukan waktunya. Biarkan hubungannya dengan Raya tetap seperti ini. Karena Shaka tahu jika di luar sana banyak yang ingin menghancurkannya. Shaka takut jika ia mengklaim Raya sebagai miliknya maka dia akan membahayakan Raya.
Bukan dari pihak luar saja. Masih ada perselisihan antara kedua kakak Raya terhadapnya, maka dari itu Shaka harus menyelesaikan kesalah pahaman itu terlebih dahulu. Dia ingin jika suatu hari nanti Raya menjadi miliknya, dia ingin hubungannya jauh dari marabahaya.
" Bagaimana kabar ayah kamu?" Tanya Tuan Alex. Pria paruh baya itu menautkan alisnya, Raya tak menyimak perkataannya.
" Hem?" Raya baru mengangkat kepalanya yang menunduk saat Shaka menyenggol lengannya.
" Ditanya sama papa,"
" Oh ditanya?" Raya langsung menoleh " Om nanya apa?"
Tuan Alex tersenyum. Ia menyimpan Sendok dan garpunya lalu menatap Raya yang sedang menunggu pertanyaannya. " Bagaimana kabar ayah kamu?"
" Ayah? Om kenal ayah Raya?" Bukan menjawab Raya malah kembali mengajukan pertanyaan membuat Tuan Alex tersenyum mendengarnya.
" iss apaan sih sakit tau," Raya mendengus saat tangan Shaka menyentil keningnya.
" Shaka nggak boleh gitu!" Shaka hanya nyengir kuda saat sang mama menegurnya. Raya mendengus melihat Shaka mengejeknya dengan cara memeletkan lidahnya.
" Om kenal sama ayah Raya?" Tanya Raya mengulangi.
Tuan Alex tersenyum lalu kembali berkata " Kenal dong, ayah kamu kan temannya om."
Kali ini sang istri yang mengerutkan Alisnya " Temen yang mana pah?" Setahunya, aang suami tidak terlalu banyak memiliki teman.
" William ma," Jawabnya.
" Oh! Apa William? William Liam pah?" Tanya nya memastikan.
Sang suami mengangguk " Iya Liam. Suami Soraya teman kamu."
" Om kenal Bunda juga?" Tanya Raya kembali.
" Bunda? Jadi kamu anaknya liam sama Soraya?" Raya mengangguk menjawab pertanyaan mama Iren.
" Serius? Jadi kamu putri tunggal Soraya?" Raya kembali mengangguk.
" Astaga pantes aja dari tadi mama melihat muka Soraya di wajah kamu. Ternyata kamu putri Soraya. Kapan kalian kembali dari Australia?"
" Beberapa bulan yang lalu ma," Raya bingung. Apa hanya dia yang terlihat bodoh di antara mereka. Karena Raya tidak mengetahui jika orang tua Shaka berteman dengan orang tuanya. Begitupun dengan Shaka pria itu malah Asik menyimak seolah olah dia sudah mengetahuinya.
" sejak kapan?" Shaka mengangkat Alisnya setengah membuat Raya memutar bola matanya malas " sejak kapan kamu tau kalo ayah berteman sama orang tua kamu?"
" Udah lama!"
" Ihh Shaka aku serius, kalo tau udah lama terus kenapa Mama kamu baru tahu sedangkan Papa kamu udah kenal Aku?!"
" Karena Papa sudah pernah bertemu dengan kamu. Di Cafe bersama Kakak kakakmu juga. Sedangkan mama, kan baru liat kamu hari ini mangkanya baru inget!" Pernah bertemu? Ya Raya mengingatnya kembali waktu itu dia sedang makan malam diluar lalu tak sengaja bertemu dengan teman ayahnya. Tapi kenapa sangat kebetulan sekali? Teman Ayahnya yang menyapanya waktu itu adalah Papanya Shaka ternyata. Dan lagi kenapa dia sampai lupa jika teman ayahnya waktu itu adalah om Alex yang sempat berkenalan dengannya.
" Pantes ayah sangat percaya sama kamu, ternyata ayah aku teman papa kamu."
" Ya iyalah percaya. Kan calon menantunya." Ucap Shaka sembari mengerlingkan mata menggoda Raya.
" Iss apaan sih!" Shaka tersenyum melihat Raya yang memalingkan wajahnya karena pipinya yang merona. Raya kembali memalingkan wajahnya saat Shaka kembali memergoki dirinya yang curi curi pandang.
" Terus kamu sama Shaka satu kampus?!"
" Iya ma," Spontan Raya mengangkat wajahnya. Syukurlah setidaknya Raya dapat mengalihkan perhatian Shaka.
" Ma?" Ulangi Tuan Alex menoleh kearahnya.
" Kamu manggil istri saya mama?" Tanya Tuan Alex memperjelas.
Raya mengulum bibirnya sesaat lalu menatap Shaka sekilas " I.. Iya om. Nggak boleh ya?" Tanya nya hati hati.
Tuan Alex tersenyum melihat perubahan sikap Raya. Sikapnya yang lugu dan Polos mengingatkan Dirinya Akan Sosok Bundanya " Tentu nggak boleh!"
Semuanya menatap Terkejut " Kalau kamu juga nggak manggil om papa." Raya mengembangkan senyumnya.
" serius om?!" Tuan Alex menatapnya nya tak suka " Eh maksudnya pa. Iya papa!" Ralat Raya memperbaiki perkataannya " Raya boleh manggil mama Iren mama?"
Semuanya tersenyum saat Tuan Alex mengangguk setuju. Tidak dapat di gambarkan lagi hari ini Raya benar benar bahagia. Seolah olah kupu kupu sedang berterbangan dalam perutnya. Semuanya lanjut menikmati makan mereka yang sempat tertunda, sesekali terdengar canda dan gelak tawa yang terdengar.
Shaka dia pria yang hangat, dia juga manja apalagi terhadap mamanya Raya baru melihatnya hari ini. Di balik wajahnya yang sangat dingin dan datar ternyata dia pria yang hangat dan penyayang. Begitupun dengan keluarganya Harmonis dan rukun. Raya sangat bersyukur dapat merasakan berada di tengah tengah mereka. Rasanya dia ingin memiliki keluarga yang utuh dan sehangat ini. Tapi Raya pun tidak menyalahkan takdir, Raya bahkan sangat berterimakasih terhadap tuhan. Meski bundanya sudah tiada masih ada sosok Ayah dan kakak kakaknya yang sayang padanya.