Apa yang kalian percaya tentang takdir? Bahwa sesuatu hal yang tidak akan pernah bisa kita hindari bukan? Takdir adalah hal yang mungkin saja tidak bisa diterima karena berbeda dengan apa yang kita harapkan. Tapi percayalah, rencana Allah itu jauh lebih indah meski kadang hati kita sangat sulit menerima nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RJ Moms, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sendiri
Meski tidak menjadi juara satu, menjadi aura dua pun tidak masalah. Yang penting masih bisa membawa mendali dan kemenangan. Terlebih bisa bertemu dengan Amelia.
“Selamat, ya.” Amelia mengulurkan tangan, Gunawan menyambutnya dengan baik. Tidak hanya itu, dia menarik tangan Amelia cukup kencang hingga tubuh gadis itu berakhir dalam dekapannya.
Amelia terkejut bukan main dengan apa yang barusan dilakukan Gunawan. Buru-buru dia melepaskan pelukan itu sebelum Rehan kembali, dia sedang membeli air minum.
“Ish, kamu apa-apaan sih. Kalau Abang lihat, gimana?”
“Berati kalau gak ada Bang Rehan, gak apa-apa?”
Amelia mencubit pinggang Gunawan. Merka tertawa bahagia sambil bersenda gurau.
Hari ini salah hari terakhir Gunawan ada di kota tempat Amelia tinggal. Mereka terpaksa harus kembali berpisah.
“Gue pamit, ya. Titip Amelia.”
“Gedek gue dengernya, kayak gue gak guna aja jadi abang.”
Gunawan tertawa. Pun dengan rehan.
“Hati-hati, bro.”
Amelia menggenggam tagan Rehan saat Gunawan melambaikan tangan padanya.
Mobil yang dinaiki Gunawan semakin mengecil hingga benar-benar tidak terlihat lagi keberadaannya.
“Kamu mulai suka ya sama dia?”
“Mulai? Adek suka sama dia sejak lama, tapi bukan cinta. Dia tipe orang yang sangat asik dan membuat adek merasa nyaman. Ada aja gebrakannya yang membuat adek terkejut dan tertawa.”
“Abang cuma madu kasih saran aja. Kalau adek masih menunggu Harlan, maka jangan kasih harapan pada Gunawan. Kasian dia.”
“Entahlah, mungkin hati adek terlalu murahan. Sampai gak mau kehilangan keduanya.”
“Apa sih yang membuat adek bertahan sampai sekarang pada Harlan?”
“Adek hanya yakin kalau sebenarnya dia pun masih setia. Kita hanya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai dia pergi tanpa kabar.”
“Semoga saja dugaan kamu tidak meleset. Rasanya akan sangat tidak baik jika kamu menunggu orang yang entah dia masih setia sma kamu atau tidak, lalu kamu melepaskan Gunawan begitu saja.”
Rehan tidak bisa menasihati adiknya terlalu jauh, dia faham soal hati tidak akan bisa diatur oleh siapapun, diabahkan tidak bisa kenaikan oleh pemiliknya sendiri.
Sesampainya di rumah, Rehan diminta untuk berbicara berdua oleh Ira.
“Ada apa, Ma? Tumben cuma ngajak Rehan. Adek?”
“Mama mau tanya sama kamu. Dulu saat wisuda, kamu mengalun kita sama perempuan yang bernama i apa itu namanya, mama lupa.”
“Yasmin.”
“Nah, iya. Bukannya kamu bilang dia mau datang ke sini?”
Rehan terdiam. Dia tersenyum dengan bibir bergetar. Sebagai ibu, insting Ira sangat kuat pada anak-anaknya. Dia tahu kuda hubungan anaknya dengan sang kekasih tidak baik-baik saja.
“Mama gak akan bertanya lagi jika kamu tidak ingin.”
“Berat, Ma.”
Ira diam. Dia ingin memerikan ruang dan waktu pada anaknya untuk dia sendiri yng bercerita tanpa ditodong pertanyaan in dan itu.
“Dia bercerita tentang wedding dream yang selam ini dia inginkan, dan Rehan tidak bisa mewujudkannya.”
Hati ira sangat sakit mendengar hal itu. Tentu saja dia pun merasa sangat bersalah karena kondisi keuangan merka saat ini memang akan sangat sulit mengadakan pernikahan yang mewah dan meriah.
“Mama minta maaf, ya. Gara-gara mam dan papa kamu kehilangan wanita yang sangat kamu cintai.”
“Bukan salah kita, yasmin jug tidak salah. Dia berhak menginginkan pernikahan yang meriah dan mewah. Hanya saja takdir memang tidak mengijinkan, maka rencana manusia hanya sebatas wacana.”
Jika bisa, mungkin sat itu Ira ingin mengisi dihadapan Rehan. Putra ulungnya itu harus menghadapi berbagai tanggung jawab dan kesedihan setelah apa yang terjadi pada keluarganya.
“Nak,” Ira merasuk tangan Rehan. “Jika dia bukan jodoh kamu, maka sekuat apapun kalian berusaha maka tetap tidak akan bertemu. Pun sebaliknya. Percaya sama mama, nanti kmu pasti akan mendapatkan istri yang jauh lebih baik. Mama selalu mendoakan kamu, Nak.”
“Iya, Ma. Rehan tau. Mama jangan khawatir, rehan gak apa-apa kok. Rehan ikhlas kalau semisal yasmin bukan jodoh rehan.”
“Kamu memang anak mama yang paling baik.”
Ira mengusap kepa anaknya dengan lembut.
“Rehan ke kamar ya, Ma.”
Ira mengangguk. Begitu Rehan pergi, air mata Ira terjun bebas begitu saja. Apa yang menimpa dirinya dan Alex memang membuatnya sedih. Namun, dampak pada akarnya benar-benar membuatnya lebih terluka lagi.
“Ya allah, bukan untuk hamba. Tapi untuk anak hamba, kali ini hamba mohon dengan kerendahan hati agar engkau memberikan kebahagiaan dan kekuatan untuknya lebih besar lagi.”
Rehan membersihkan badannnya, lalu berbaring id atas kasur setelah berpakaian.
Dia mengambil ponsel nya lalu kembali membuka chat dia bersama yasmin.
[Maaf, Mas. Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu yang sebsar-besarnya. Jujur, aku kaget pas kamu menebalkan aku pada orang tua kamu. Aku pikir hubungan kita tidak akan kamu bawa serius sampai sejauh itu. Bukan aku tidak mau, hanya saja ada hal yang harus kamu ketahui sebelumnya. Mas, sebenarnya aku mendekati kamu bukan karena aku memang suka dan cinta sama kamu. Awal aku deketin kamu, karena ku ingin lebih dekat sama temena kmu. Hanya saja aku tidak menyangka jika kamu akan terbawa perasaan dan slah mengartikan kedekatan kita. Maaf ya, mas. Tapi bukan kamu yang aku suka.”
“Lalu siapa? Kenapa harus sampai mendekati aku bahkan kamu sering menghubungi adik aku juga.”
“Maaf, Mas.”
“Kenapa sampai sejauh itu menipuku sampai melibatkan adik aku juga. Awas saja kalau sampai kamu mengatakan hal ini pada Amelia.”
“Nggak, Mas. Aku tidak mentahan apapun padanya.”
“Siapa teman aku yang kamu maksud?”
“Aku tahu kamu pasti marah, tapi aku mohon jangan marah sama orangnya.”
“Singkat saja sebutkan nama.”
“Harlan.”
Rehan meremas kepalanya dengan kasar. Kepalanya berdenyut hebat. Dia hanya bisa memendam rasa sakit dan kecewa yang ada di dalam hatinya.
Tidak mungkin dia bercerita pada orang tua yang masalahnya jauh lebih besar dari soal hati.
Amelia? Dia pasti akan merasa bersalah dan sedih jika tahu pria yang disukai Yasmin adalah Harlan.
Tidak ada yang bisa dia lakukan selain menangis di sepertiga malam dan mengadukan semuanya pada sang pencipta.