Novel ini sakuel dari novel "Cinta yang pernah tersakiti."
Tuan, Dia Istriku.
Novel ini menceritakan kehidupan baru Jay dan Luna di Jakarta, namun kedatangannya di Ibu Kota membuka kisah tentang sosok Bu Liana yang merupakan Ibu dari Luna.
Kecelakaan yang menimpa Liana bersama dengan suami dan anaknya, membuatnya lupa ingatan. Dan berakhir bertemu dengan Usman, Ayah dari Luna. Usman pun mempersunting Liana meski dia sudah memiliki seorang istri dan akhirnya melahirkan Luna sebelum akhirnya meninggal akibat pendarahan.
Juga akan mengungkap identitas Indah yang sesungguhnya saat Rendi membawanya menghadiri pesta yang di adakan oleh Jay.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sebuah ancaman
Dalam perjalanan pulang, Jay kembali merasakan mual, kali ini karena aroma di dalam mobil.
"Gani, kenapa baunya begini?" Tanya Jay seraya menutup hidungnya.
"Bau apa, Tuan?" Tanya Gani tak mengerti.
"Pewangi mobil, kenapa baunya begini? Bikin mual saja." Jawab Jay dengan nada ketusnya.
"Hah?" Kaget Gani. "Tapi ini aroma kopi seperti biasa, Tuan." Ucapnya heran, pasalnya dia tak pernah mengganti pengharum di dalam mobil ini.
"Ngga, ini beda, bikin mual." Jawab Jay yang merasa wangi mobil itu berubah dan membuatnya mual.
"Kita mampir sebentar di mini market, aku mau pewangi nya di ganti."pintanya.
"Ba..baik Tuan." Jawab Gani yang hanya bisa menuruti perintah atasannya.
"Mas, kamu masih mual?" Tanya Luna, Jay mengangguk.
"Kalau begitu nanti sampai rumah aku kerokin ya, kali aja Mas bisa sembuh." Ucap Luna, dan lagi-lagi Jay hanya membalasnya dengan anggukan.
Jay tak berani membuka mulut karena takut akan muntah lagi.
Mobil berhenti tepat di depan mini market, Jay sangat malas untuk turun, karena kepalanya terasa pusing.
"Biar aku yang turun ya Mas?" Tawar Luna, dengan cepat Jay menggelengkan kepalanya tanda tak setuju.
"Kamu disini saja temani aku, Biar Gani yang beli." Ucap Jay, Luna mengangguk patuh.
"Tapi Tuan mau aroma yang seperti apa?" Tanya Gani bingung.
"Pokoknya yang seger dan ngga bikin mual." Jawab Jay yang justru semakin membuat Gani bingung.
"Cepat." Sentak Jay saat Gani tak kunjung keluar.
"Ba..baik Tuan." Sahut Gani yang segera keluar dari mobil dan berlari masuk ke minimarket.
"Mas, kamu jangan gitu dong, kasihan kak Gani kamu bentak begitu, padahal dia ngga salah loh." Protes Luna.
"Jadi Mas yang salah?" Tanya Jay.
"Ya, ngga juga Mas, maksudnya kan bisa nyuruhnya dengan kata-kata yang lembut, ngga harus bentak-bentak gitu." Jawab Luna menasehati.
"Iya sayang, Mas hanya ngga tahan sama bau mobil ini, Mas ingin segera di ganti." Sahut Jay.
"Ya udah, sabar, kan Kak Gani lagi beli." Ucap Luna mengusap lengan Jay.
Jay mengangguk, lalu menutup matanya seraya bersandar. Luna beralih mengusap kepala Jay, merasa kasihan pada sang suami yang mulai terlihat pucat.
"Mas, apa ngga sebaiknya kita ke dokter aja? Kamu sampai pucat gini loh, Mas." Ucap Luna khawatir.
"Ngga sayang, aku ngga apa-apa kok." Jawab Jay yang malas untuk ke dokter.
"Tapi aku takut kamu kenapa-kenapa Mas." Ucap Luna.
"Mas hanya masuk angin kok sayang, katanya kamu mau ngerokin Mas, pasti Mas langsung sembuh kalau kamu kerokin." Ucap Jay.
"Ya udah, tapi kalau sehabis di kerok masih gini aja, Mas mau ya ke dokter." Ucap Luna.
"Iya sayang, nanti aku akan panggil dokter ke rumah." Ucap Jay yang memang ada niat untuk memanggil dokter langganan nya jika rasa mualnya tak sembuh juga.
"Oke deh." Sahut Luna.
***
Setelah sampai di dalam kamar, Jay segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang, kepalanya masih terasa begitu pusing.
Tadi, Meski pengharum mobil sudah di ganti, Jay masih saja merasa mual, akhirnya mobil itu tak menggunakan pengharum, bahkan jendela mobil sepanjang perjalanan di buka atas permintaan Jay.
Luna gegas pergi ke kamar mandi, mengambil air hangat serta lap untuk membasuh tubuh Jay, "Mas, kamu ngga usah mandi, aku lap aja ya." Ucap Luna, Jay menganggukkan kepalanya lemah.
Dengan telaten, Luna mengusap wajah dan tubuh Jay menggunakan lap basah. Setelah selesai membersihkan tubuh Jay, kini Jay sudah berganti memakai pakaian santai, Luna pun segera mengambil minyak angin untuk mengerok punggung Jay.
"Mas, kamu tengkurap ya, aku mau kerokin punggung kamu, Mas." Ucap Luna memberi perintah.
Jay diam sambil mengikuti instruksi Luna, dia juga membuka kaos yang baru saja di pakaikan oleh Luna, hingga memperlihatkan kulitnya yang putih dan berotot.
Luna kemudian duduk di samping Jay, pelan tapi pasti, Luna mulai mengkerok punggung Jay, "Ini sih benar masuk angin Mas, merah banget." Ucap Luna saat melihat garis merah di punggung Jay.
Jay masih terdiam, menikmati setiap sentuhan sang istri, terlebih saat Luna selesai mengkerok punggungnya, dia juga memijatnya, hingga akhirnya Jay terlelap.
"Sudah selesai Mas." Ucap Luna, namun tak ada jawaban dari Jay.
"Ya ampun Mas, kamu tidur ternyata, pantes ngga ada suaranya." Gumam Luna menatap wajah lelah Jay yang terlelap, "Kasihan kamu Mas, seharian ini mual muntah terus." Ucapnya lalu mengecup kening sang suami dan berlalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
***
"Apa yang kamu inginkan? Kenapa kamu membawa aku kesini?" Tanya Via menatap tajam pada Nathan yang berdiri membelakanginya.
Nathan berbalik kembali menatap Via, Via langsung menundukkan wajahnya.
"Tolong aku, Via." Ucap Nathan, Via langsung mendongak.
"Tolong?" Kagetnya.
"Iya, emmmm hanya malam ini saja, berpura-pura lah menjadi pacarku." Ucap Nathan terdengar memohon.
"Apa?" Kaget Via lagi, "Gila, apa dia benar-benar sudah gila." Batin Via.
Via semakin kaget saat tiba-tiba Nathan berjongkok di hadapannya yang duduk di sofa, perlahan Nathan meraih tangan Via, namun dengan cepat Via langsung menepisnya.
Nathan pun mengurungkan niatnya untuk memegang tangan Via, dia tau Via masih sangat takut padanya, "Aku mohon Via, hanya malam ini saja, kita jadi pacar pura-pura."
"Kenapa harus aku? Banyak wanita lain kan? Mereka pasti akan sangat senang menjadi pacar kamu, ya walaupun hanya pura-pura." Ucap Via seraya melipat kedua tangannya di dada.
"Justru karena itu Via, aku tidak ingin wanita lain karena aku tau mereka tidak akan menolak tapi..."
"Ya sudah, kalau begitu wanita lain saja, jangan aku." Jawab Via menyela ucapan Nathan dengan nada ketus.
"Tapi aku hanya ingin kamu yang jadi pacar pura-pura ku, Via." Ucap Nathan.
"Aku ngga mau." Via menjawab dengan cepat.
"Via, please tolongin aku, kali ini saja." Ucap Nathan memohon dengan menangkupkan kedua tangannya di depan Via.
"Kamu gila, Nathan." Umpat Via, "Setelah kamu merenggut kehormatan ku, lalu kamu meminta ku untuk menjadi pacar pura-pura kamu." Sambungnya.
"Terserah kamu mau bilang aku gila atau apalah, tapi please tolong aku Via." Ucap Nathan.
"Aku ngga Sudi jadi pacar kamu meskipun hanya pura-pura." Tegas Via.
"Jadi kamu ngga mau?" Tanya Nathan berdiri dan menatap tajam pada Via.
Via pun ikut berdiri menghadap Nathan seraya berkacak pinggang, "Iya, kenapa?" Jawab Via tersengat menantang.
"Oke, kalau gitu aku akan katakan pada ibu kamu, kalau kita sudah melakukan dosa besar karena kamu merayuku lebih dulu. Dan kamu pasti tau kan apa akibatnya." Ancam Nathan seraya menunjukan nomor ponsel ibu dari Via yang ada di ponsel Nathan.
Seketika Via terperangah, tangan di pinggangnya mulai luruh ke bawah, dia tak menyangka Nathan bisa memiliki nomor ponsel Ibunya. Padahal selama ini dia tak pernah memberikan informasi apapun tentang ibunya.
Nathan menyeringai saat melihat Via tak berkutik, "Aku akan menghubunginya sekarang." Ucapnya.
"Ja..jangan." Pekik Via saat Nathan hendak menekan tombol untuk menghubungi nomor tersebut.
Nathan kembali menyeringai, "Jadi kamu mau jadi pacar pura-pura ku, atau aku akan hubungi ibu kamu?" Ucapnya memberikan tawaran.
Via terdiam, dia ingin menolak, tapi dia juga tidak ingin Ibunya tau tentang apa yang terjadi, terlebih Nathan akan memfitnah nya.
"Bagiamana? Apa keputusan mu" Tanya Nathan.
Via menghela napas sejenak lalu berkata, "Oke, aku mau, tapi hanya malam ini saja." Jawabnya.