Setelah perpisahan itu, Siena memulai hidup baru tanpa mengenang lagi masa lalu. Namun, saat kakinya meninggalkan Limerick, benih Erlan tumbuh di perutnya. Itu anak mereka. Tapi bagi Siena, anak itu hanya miliknya seorang.
Erlan tidak pernah membayangkan Siena akan benar-benar pergi. Erlan hidup dalam bayang-bayang penyesalan yang menyakitkan.
Nicole Ophelia Calliope tahu bahwa jatuh cinta pada Fernando Sagara Caesar adalah kesalahan besar. Pria itu adalah orang yang sangat ia benci selama lebih dari sepuluh tahun. Selain itu, ia tahu bahwa hati Nando adalah milik kakaknya, Siena Ariana Calliope.
Sampai kapanpun ia tidak akan pernah memenangkan hatinya. Nando mencintai kakaknya, selalu. Nicole hanya bisa menyimpan perasaannya sendirian, bahkan saat perjodohan keluarga Caesar dan keluarga Calliope yang baru berdamai mengikat dirinya dan Nando dalam ikatan pernikahan.
***
Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat dan latar itu hanyalah karangan penulis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Keempatnya menoleh ke pintu. Di sana, seorang wanita dewasa berambut ungu berjalan mendekat, dia memakai heels tinggi ungu dan dress abu-abu longgar.
“Dia siapa?” Tanya Elsa pada Siena.
Siena menggelengkan. Ia juga tidak tahu siapa wanita berambut ungu itu, namun wajahnya familiar.
“Selamat siang, apa aku mengganggu?” Wanita yang tidak lain adalah Lori menyapa dengan suara ceria. Dia datang ke toko ini untuk bertemu dengan ibu Kaivan, anak laki-laki yang menarik perhatiannya. Tapi, siapa sangka, tujuannya ini malah mempertemukannya dengan orang yang tidak terduga.
“Oh, enggak.” Jawab Siena cepat, kemudian bertanya. “Kamu mau membeli bunga apa?”
Lori menatap Siena penuh arti, lalu mendesah berat. Sepertinya Siena tidak mengingatnya, kemudian Lori beralih melirik Erlan. Ada kerutan samar di dahinya.
'dia sedang berpikir keras. Mungkin dia bisa mengingatku.’ Lori juga menatap Arsen sekilas dan jelas pria bermanik hitam ini terkejut melihatnya.
“Aku mau satu buket Daffodil,” ujar Lori kembali mengalihkan tatapannya pada Siena.
“ Baik, apa kamu juga mua kartu ucapan di buketnya?” Tanya Siena lagi.
“Nggak usah. Hanya bunga saja,”
“Baik, ditunggu ya.” Siena dengan cepat bergerak ke arah bunga Daffodil, meninggalkan empat orang itu dalam keheningan canggung.
Elsa tidak termasuk, dia hanya memperhatikan mereka penuh tanya. 'kenapa sekarang suasananya berubah canggung? Hmm… sepertinya mereka saling kenal satu sama lain. Ini menarik.’
“Elsa, pesanan untuk Miss. Anne sudah selesai belum?” Tanya Siena setengah berteriak.
“Belum. Ini aku akan lanjut mengerjakannya,” sahut Elsa sambil tersenyum pada tiga tamu aneh hari ini. “Eum… kalian bisa lanjut diam-diamnya, aku harus kembali bekerja. Bye-bye… hehe.”
Setelah mengatakan itu Elsa melangkah lebar ke belakang meja kasir, dia merangkai bunga sambil sesekali masih melirik pada tiga orang itu.
“Hai, Er, lama tidak bertemu,” Ucap Lori tersenyum tipis.
“Cath?” Erlan hanya pernah mengenal satu wanita yang sangat mencintai warna ungu, dia adalah Gloria Catherine Harrison. Sudah lima belas tahun dia menarik diri dari lingkaran keluarga Harrison. Meskipun Erlan sudah agak lupa dengan wajahnya, warna ungu pada rambutnya sangat mengingatkannya pada Catherine.
“Wah… ternyata kamu masih bisa mengingatku.” Lori tersenyum main-main. Dia lalu melirik ke arah Arsen. “Apa dia temanmu?”
“Bukan!”
“Bukan!”
Keduanya menjawab kompak, lalu sama-sama mendengus tidak suka.
“Bisa kita bicara sebentar Cath?” Tanya Erlan.
“Tentu.”
Keduanya menatap tajam pada Arsen, memintanya untuk menjauh.
“Ya, oke. Aku akan pergi dan akan membantu Siena saja,” Ujar Arsen, lalu meluncur secepat kilat ke Siena.
Erlan menatap punggung Arsen dengan kilatan tajam di matanya. Ingin sekali ia mencabik-cabik Arsen menjadi potongan-potongan kecil, lalu melemparkannya pada serigala peliharaannya.
“Kalau saja tatapan bisa membunuh, dia akan terpotong menjadi dua saat ini juga.” Sarkas Lori.
“Cath, jadi kamu tinggal disini selama ini?” Tanya Erlan mengabaikan sarkasan dari Lori.
“Aku yakin bukan itu yang ingin kamu tanyakan,” Lori menyipitkan matanya.
“Kenapa kamu pergi?”
Lori terdiam sejenak. Ia memang ingin Erlan bertanya alasan kenapa ia pergi, tetapi saat pertanyaan itu benar-benar muncul, Lori tidak tahu harus mengatakan apa.
Dia punya alasan. Tentu. Namun meskipun alasan dia punya masuk akal baginya, mungkin bagi orang lain agak berlebihan. Karena itu, Lori tidak memberikan jawaban yang sebenarnya.
“Karena aku ingin pergi,”
Erlan menatapnya tidak percaya. Itu bukan jawaban yang dia inginkan.
“Apa kamu akan kembali?”
Untuk yang satu ini Lori menjawabnya penuh semangat. “Tentu aku harus kembali.”
Erlan hendak kembali bertanya ketika mereka mendengar suara langkah kaki mendekat. Siena yang sudah selesai membuat buket bunga pun menghampiri mereka.
“Satu buket bunga Daffodil,” ujar Siena menyerahkannya pada Lori.
“Oh, Thank you.” Lori mengambilnya dengan senang hati. “ Berapa harganya?”
“Kamu bisa membayarnya di kasir,” Siena menunjuk meja kasir, disana sudah ada Elsa.
Lori pergi ke kasir untuk membayarnya. Sementara itu Erlan ingin mengobrol dengan Siena tetapi dia tidak tahu harus mulai darimana.
Siena bahkan tidak melihat Erlan, ia juga ikut pergi saat Lori pergi.
“Siena,” panggil Erlan.
“Ya?”
“Tentang kita… aku mau kamu kembali.” Erlan memukul mulutnya begitu kalimat itu keluar. Ia seharusnya merayu Siena dan membujuknya dengan cara yang tulus juga sedikit manis agar Siena mau kembali padanya. Tetapi, yang keluar malah kalimat penuh tuntutan yang jelas akan langsung mendapat penolakan.
Siena berbalik, lantas berkacak pinggang sambil menatap marah pada Erlan. Ia menunjuk dirinya sendiri lalu menunjuk tepat ke dada Erlan. “Aku dan kamu sudah selesai. Kita hanya dua orang yang tersisa dari masa lalu. Pergi dari sini dan jangan temui aku lagi!”
Siena mengusir Erlan dengan dada naik-turun karena emosi. Bisa-bisanya Erlan memintanya kembali dengan wajah datar andalannya. Apa yang Erlan pikirkan tentang dirinya? Apakah menurutnya Siena akan kembali hanya karena dia ingin?
Tidak akan!
Siena menegaskan ke dirinya sendiri untuk tidak kembali kepada Erlan. Ia menarik tangan Erlan, kemudian mendorongnya keluar dari toko bunganya.
"Jangan kesini lagi!" kata Siena galak, lalu menutup pintu dengan keras.
Erlan mengerjapkan matanya, apa yang baru saja terjadi? ia baru saja membuat Siena marah!
"Sial! aku harus mencari cara agar dia mau kembali," Erlan berjalan mondar-mandir di depan toko. Orang-orang yang berlalu-lalang menatapnya aneh dan berbisik sesama mereka.
Erlan menatap pintu toko, haruskah ia masuk lagi ke dalam dan membawa Siena secara paksa?
'Tidak! dia akan ketakutan.' Erlan membuang pikirannya yang satu itu.
'Tujuanku kesini untuk mendapatkan dia kembali, bukan hanya sekedar membawanya pulang. Aku harus menemukan cara yang efektif untuk itu, apa aku harus bertanya pada seseorang cara meluluhkan hati wanita? Ya, sepertinya harus.'
Erlan menganggukkan kepalanya. Ia tahu siapa orang yang bisa membantunya dalam situasi ini.
"Tunggu aku Sie, aku akan kembali sebagai pria yang tahu cara mencintaimu dengan benar." gumam Erlan sebelum pergi meninggalkan toko bunga tersebut.
...***...
...Siapapun tolong ajari Erlan cara meluluhkan hati wanita dengan baik dan benar😌😌...
...Jangan lupa Like, komen dan vote....
...💗💗💗...
semoga siena mau pulang ke limerick dan menjalani pengobatan.
jadi ikutan mewek 😭😭😭