NovelToon NovelToon
Mantan Terindah

Mantan Terindah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:49.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lailatus Sakinah

Menikah sekali seumur hidup hingga sesurga menjadi impian untuk setiap orang. Tapi karena berawal dari perjodohan, semua itu hanya sebatas impian bagi Maryam.
Di hari pertama pernikahannya, Maryam dan Ibrahim telah sepakat untuk menjalani pernikahan ini selama setahun. Bukan tanpa alasan Maryam mengajukan hal itu, dia sadar diri jika kehadirannya sebagai istri bagi seorang Ibrahim jauh dari kata dikehendaki.
Maryam dapat melihat ketidaknyamanan yang dialami Ibrahim menikah dengannya. Oleh karena itu, sebelum semuanya lebih jauh, Inayah mengajukan agar mereka bertahan untuk satu tahun ke depan dalam pernikahan itu.
Bagaimana kelanjutan pernikahan mereka selanjutnya?
Ikuti kisah Maryam dan Ibra di novel terbaru "Mantan Terindah".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maryam Menerima Ibra

Pagi cerah menerangi ruang duduk di rumah kecil kota Bandung itu. Cahaya sinar matahari menembus tirai putih, memberi kehangatan lembut.

Ibra berdiri di ambang pintu, dengan seikat bunga lili putih dan mawar merah—simbol maaf dan cinta tulus. Maryam, di seberang kursi, menatapnya dengan mata berkaca.

“Aku…" suara Maryam tercekat di tenggorokan.

"Akang, kemarin aku bilang mau bertemu lagi. Karena aku rasa… sudah saatnya aku beri ruang untuk hati ini kembali percaya.”

Beberapa hari sepulang dari Garut, Maryam semakin intens meminta petunjuk pada Sang Khaliq, dan hari ini dirinya semakin mantap untuk memberikan kesempatan pada hati yang ternyata masih terpaut begitu erat pada laki-laki yang pernah halal untuknya.

Usai meeting terakhir menjelang grand launching dengan sahabat-sahabat Ibra yang kini mejadi mitra bisnisnya Maryam akhirnya jujur pada mereka jika di hatinya Ibra masih bertahta. Kabar yang tentu membuat sahabat-sahabatnya itu tersenyum bahagia, pasalnya mereka sangat tahu bagaimana selama ini Ibra berusaha memperlayak diri untuk kembali berdampingan dengan Maryam.

Hingga akhirnya hari ini tiba, Ahsan mejadi pengantar kabar jika hari ini Maryam menunggu kedatangan Ibra di rumahnya.

Ibra sekilas menahan napas, lalu tersenyum haru.

“Kamu sudah melewati banyak hari berat, banyak orang bilang aku terlambat… tapi aku selalu yakin satu hal: selama ada kamu, aku mau terus berusaha.” Ibra berbicara pelan namun jelas.

Maryam menundukkan kepala, lalu menatap bunga di hadapan mereka.

“Awalnya aku takut… takut aku luluh lagi kalau Akang datang dan bilang janji-janji. Tapi Akang ternyata melakukan bukan bicara. Bisnismu sekarang sukses, Akang lebih dewasa, dan… selama ini Akang berjuang tidak hanya untukku, tapi juga untuk menjadi versi lebih baik dari diri Akang sendiri.” Ibra mengambil napas dalam mendengarnya.

“Kalau kamu sudah siap, aku siap. Bukan sombong, tapi aku… aku mau jadi pasanganmu lagi—dengan cara yang lebih baik.”

Sejenak hening hening, sebelum akhirnya Maryam menegakkan duduk, melangkah menghampiri, dan pelan meraih bunga di tangan Ibra. Hatinya berdetak tenang.

"Aku bersedia." ucap Maryam tegas, dengan senyum.merekah dan tatapan mendalam. Sementara Ibra entah sadar atau tidak pipinya telah basah.

"Sa ...sayang ..."

"Kita belum halal Akang." Maryam mengingatkan, seketika Ibra mengerjap.

"Aku akan segera menghalalkan kembali." ucap Ibra mantap.

Tiga hari kemudian, Maryam kembali pulang karena Abah menelepon bahwa keluarga Ibra akan datang.

Malam ini di rumah keluarga Maryam bersiap untuk tamu besar. Abah, Ambu Khadijah, Aisyiah serta suami-suami mereka sibuk menata ruang makan dan ruang tamu. Kursi ditambah, teh hangat disiapkan. Di ruang tamu, aroma kue lapis legit dan kastengel menguar harum. Pintu diketuk, suasana penuh antisipasi.

Abah tersenyum, menahan haru.

“Nak Raka sudah sampai, Iam”

Maryam menarik napas.

“Iya, Iam siap, Bah. Terima kasih sudah menemani.”

Pintu terbuka, masuk Ibra dengan rapi—jas biru tua, senyum hangat. Di belakangnya, kedua orang tua, sahabat-sahabatnya dan Reza, asisten setia, hadir sebagai wakil keluarga.

“Selamat datang, Jon" Abah memeluk Pak Harjono, ayahnya Ibra. Begitu pun Ambu dan Mama Amel juga saling berpelukan.

"Semuanya, silakan, duduk.”

“Akhirnya… ya terima kasih sudah datang.” bisik Ambu di telinga Mama Amel, keduanya kembali berpelukan mengekspresikan kebahagiaan mereka.

Reza mencicit hormat, Dio mengangguk hangat. Ibra dan sahabat-sahabatnya tersenyum penuh hormat ke keluarga Maryam.

Mereka duduk, mengobrol santai. Ambu menyodorkan kue dan teh, sambil terus tersenyum dan menyambungkan pembicaraan.

“Nak Ibra, denger-denger bisnis kamu makin maju. Apa benar event kamu bareng teman-teman buka cabang di Jakarta?” Abah membuka obrolan dengan mengklarifikasi kabar yang baru diterimanya dari sang sahabat, Papa Ibra.

“Alhamdulillah Abah. Kerjasama dengan beberapa wedding expo. Teman saya Agam pun ikutan—dia juga sukses di WO.” Para ibu saling pandang.

“Iya benar. Agam sedang dalam proses jadi partner kolaborasi antara WO dan butik Teh Maryam nanti.” Ahsan menambahkan. Maryam tersenyum, bangga.

Belum lama beberes, terdengar suara ketukan pintu lagi. Agam dan Rizky adik ipar kakak sulung Maryam datang membawa bingkisan buah tangan: kerajinan kayu dari Jepara sebagai simbol silaturahmi.

“Assalamu'alaikum, Bapak-Ibu, Teh Khodijah, A Fadhil, Teh Aisyah, A Rahman. Mohon ijin.”

“Mari masuk!” Khadijah dan Aisyah menjawab bersamaan.

“Alhamdulillah datang juga, Bang Agam, Kita tunggu kabar nanti kolaborasi event kamu dengan Ibra dan Maryam ya.”

“Kita sudah bicara intens, minggu depan kita ada sesi pemotretan tema traditional-elegant untuk launching kerjasama antara butik dan event. Untuk penanggungjawabnya Mas Ahsan dan kawan-kawan akan langsung turun ke lapangan." Semuanya antusias. Tak ada lagi kompetisi untuk memperebutkan satu hati seorang Maryam, yang ada kini adalah suasana hangat dan kekeluargaan.

Obrolan mengalir: kisah perjalanan hidup, strategi bisnis, perkembangan butik dan WO. Serta perusahaan baru Ibra dan kawan-kawan di bidang advertising.

Tawa mengalir lembut. Ibra menceritakan bagaimana Agam membantu timnya saat untuk menyiapkan pesta online sesuai request konsumen mereka karena jarak yang membentang jauh. Ambu Maryam memuji ketulusan Ibra.

“Nak Ibra, kamu nggak hanya punya ambisi, tapi juga menjaga hubungan baik… baik sama keluarga, sahabat, dan Agam.” puji Ambu.

“Abah lihat kamu sudah bukan yang dulu—ego kamu dikendalikan. Itu tanda laki-laki yang layak jadi pemimpin keluarga.” Abah menimpali, membuat hati Ibra semakin lega.

Setelah acara formal di ruang utama, Ibra dan Agan memisahkan diri ke halaman depan untuk minum kopi dan mengobrol.

“Mas… selamat ya. Semoga semuanya lancar.” ucap Agam tulus, dia sadar jika urusan hati tak bisa dipaksakan.

“Terima kasih, Mas. Dan terima kasih sudah tetap menjalin silaturahmi… meski hati kamu sekarang di tempat lain.” Agam tersenyum tenang.

“Iya. Aku memang sekarang jatuh hati pada orang lain—rekan bisnis di Surabaya. Tapi aku benar-benar ingin hubungan kita tetap harmonis sebagai pengusaha dan sahabat.” curhat Agam tanpa canggung.

“Kamu luar biasa… itu kematangan hati yang aku hormati.” puji Ibra tulus. Mereka bersalaman erat lalu berpelukan.

Kembali ke ruang tamu, keluarga dan tamu berkumpul. Abah mengambil posisi di tengah meja panjang sebelum berbicara.

“Terima kasih semuanya sudah datang. Kita ini disini bukan hanya karena dua insan ingin bersatu—tapi karena tali kesepahaman, persahabatan, dan silaturahmi. Kita tak cuma menikahkan anak kita, menyatukan dua keluarga dan para sahabat di belakangnya.” Semua tersenyum, beberapa meneteskan haru.

“Kita doakan agar tanpa gangguan masa lalu yang menyakitkan, kalian bersama dengan bahagia.” Khadijah menimpali dengan air mata yang tak henti-henti membasahi pipinya.

“Aku bantu kalian bikin pesta kecil meriah, ya, Teh! Kita siap jadi bridesmaid, groomsmen, tamu… semuanya semangat!” Aisyah menimpali penuh semangat,

Tawa beserta tepuk tangan kecil mengisi ruangan. Suasana jadi makin hangat.

Jam menunjuk pukul 22.00 WIB. Semua mulai bersiap pulang. Pintu pagar ditutup perlahan.

Ibra dan Maryam berdiri di halaman, diterangi lampu taman.

“Terima kasih sudah memberiku kesempatan. Terima kasih atas kepercayaan keluargamu.” Ucap Ibra sebelum mereka benar-benar berpisah malam ini.

“Aku percaya Akang sekarang… aku percaya kita bisa membangun masa depan dengan tenang.”

Mereka beradu tatap beberapa detik, kemudian keduanya kompak mengalihkan pandangan ke arah lain, menatap langit malam yang cerah—bulan purnama samar di atas. Musik redup terdengar samar-samar dari pos ronda.

“Selamat, kalian berdua.” teriak Agam yang ternyata masih menunggu Ibra untuk pulang beriringan.

Ahsan, Liani, Zayn, Sabrina, Malik dan Rizky,juga muncul, membawa lampu lentera kecil—mengiringi mereka semua di teras.

Mereka berjalan bersama, satu kelompok, satu semangat. Keluarga dan sahabat menyatu merayakan kisah yang dihidupkan kembali—bukan sekadar tentang dua insan, tapi tentang satu komunitas yang percaya pada cinta, persahabatan, dan masa depan yang layak diperjuangkan.

1
Rahmawati
tasya gk punya malu bgt sih
Rahmawati
terharu sama perjuangan ibra
Rahmawati
skrg baru nyesel ya ibra
Rahmawati
Maryam pasti salah faham, dikira ibra udah jadian sm tasya
Rahmawati
niat bgt jadi pelakor
Rahmawati
sabar maryam
Alina Bams
bagus ceritanya gak bertele-tele
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Rahmawati
ibra akhirnya ngasih nafkah batin untuk maryam
Rahmawati
ayo ibra pikirkan lagi gimana perasaan km sm maryam
Rahmawati
udah ada istri tapi masih mikirin cewek lain
Rahmawati
suka sama Maryam, dia tau tugasnya sbg istri
Rahmawati
lanjut
dyah EkaPratiwi
Alhamdulillah lancar sampe persalinan
Uthie
niceee 💓
Anonymous
Dalem banget POV nya...
Rabiatul Addawiyah
doa ini idaman semua Wanita yg sdh menikah 😍
dyah EkaPratiwi
bahagia selalu maryam
Uthie
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Adiba Shakila Atmarini
semoga selalu happy..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!