Bagaimana jika sahabatmu meminta mu untuk menikah dengan suaminya dalam bentuk wasiat?
Dara dan Yanti adalah sahabat karib sejak SMA sampai kuliah hingga keduanya bekerja sebagai pendidik di sekolah yang berbeda di kota Solo.
Keduanya berpisah ketika Yanti menikah dengan Abimanyu Giandra seorang Presdir perusahaan otomotif dan tinggal di Jakarta, Dara tetap tinggal di Solo.
Hingga Yanti menitipkan suaminya ke Dara dalam bentuk wasiat yang membuat Dara dilema karena dia tidak mencintai Abi pria kaku dan dingin yang membuat Yanti sendiri meragukan cinta suaminya.
Abi pun bersikukuh untuk tetap melaksanakan wasiat Yanti untuk menikahi Dara.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Dara dan Abi kedepannya?
Follow Ig ku @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Which One is You, Mas?
Dara berusaha menetralisir jantungnya yang bertalu-talu berantakan.
"Hak ... apa mas?" bisiknya walaupun tahu yang dimaksud Abi tapi tetap saja membuatnya belingsatan.
"Hak aku sebagai suami, Adara. Kamu sudah selesai halangannya kan?" bisik Abi di sisi telinga Dara yang membuat gadis itu bergidik.
"Haaaahhhh?" Wajah panik Dara membuat Abi gemas.
"Adara..." tanpa basa basi, Abi pun langsung menyambar bibir yang terbuka itu dan memberikannya ciuman yang dalam. Dara yang belum pernah dicium oleh pria hanya bisa terdiam tanpa tahu cara membalas ciuman mantan duda ini.
Abi yang tahu istrinya belum pernah berciuman, semakin semangat menggodanya. Bibir sek**nya mulai menjelajahi wajah Dara, pipi, hidung, mata, kening, telinga lalu kembali ke bibirnya yang rasa mint.
Dara yang belum pernah merasakan kein**Timan seperti ini pun mulai terhanyut apalagi Abi mulai mencium lehernya yang harum vanilla.
"Adara, kamu belum pernah berciuman?" tanya Abi diatas Dara.
Dara yang masih terhanyut hanya menatap sendu ke Abi dan menggelengkan kepalanya pelan.
"Wah, benar-benar kamu Adara." Abi pun mencium bibir istrinya. "Gini cara berciuman".
Abi masih mengajari cari berciuman namun tangannya sudah menurunkan tali daster Dara dan meraup gundukan yang tampak membusung.
"Astaga Adara" Abi kagum atas tubuh Dara. "Beruntungnya aku memilikimu."
Dan malam itu pun Adara memberikan hartanya yang tak ternilai untuk Abi dengan suasana hujan deras yang masih berlangsung di luar rumah.
***
Dara terbangun dengan tubuh remuk redam. Semalam Abi seperti tidak ada puasnya. Kalau Dara tidak merengek lelah, mungkin sampai pagi keduanya masih saling berbagi kemesraan.
Diliriknya sisi kiri tempat tidurnya dan tidak ada Abi di sebelahnya. Dara mengerenyit heran.
Kemana mas Abi? Apa dia langsung kembali ke kamarnya?
Dara pun bangun dan diliriknya seprainya yang ada bercak darah. Ada rasa kehilangan bahwa sekarang dia sudah tidak gadis lagi dan yang lebih menyesakkan dada, Abi tidak ada di sebelahnya. Bayangan Dara bahwa suami istri itu akan saling berdampingan setiap malam, berpelukan, ternyata tidak ada sama sekali usai kemesraan semalam.
Walaupun badannya masih remuk redam dan bagian intinya masih terasa sakit, Dara memaksakan diri untuk bangun menuju kamar mandi. Bayangan seperti di novel-novel roman yang dia baca bahwa usai ber**cinta, sang suami akan menyiapkan air hangat dan menggendongnya, tidak ada sama sekali.
Dara, kamu menikah dengan pria kaku tidak romantis. Jadi apa yang kamu harapkan? Itu semua hanya cerita novel tidak di kehidupan nyata.
Dara meringis ketika memasukkan tubuhnya ke dalam bathtub dan baru dia sadar, begitu banyak tanda yang diberikan Abi di sekujur tubuh mulusnya.
Astaga pria satu itu!
Dara pun menikmati acara berendamnya.
***
Abi terbangun dengan perasaan segar dan senang. Bagaimana tidak, semalam dia sangat menikmati per**cintaan mereka. Senyum mahalnya pun menghiasi wajahnya, bagaimana Dara masih belum berpengalaman dalam ciuman padahal usianya sudah memasuki dewasa dan masih mempertahankan keperawanannya.
Dulu ketika bersama Yanti, Abi merasakan hanya sekedar menyalurkan hasrat biologisnya dan perasaannya ke Yanti belum seperti di bulan-bulan akhir hidupnya wanita itu. Semuanya berawal dari kedatangan Dara yang membuatnya harus mengalihkan perasaannya dari gadis itu ke istrinya.
Abi hingga sekarang belum mampu untuk bisa tidur bersama dengan Dara karena dia sendiri memiliki alasan yang belum bisa ia ungkapkan.
Abi bangun dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi. Tubuh liatnya pun langsung terasa nyaman setelah diguyur air hangat.
"Astaga Adara! Dia pasti merasa tidak nyaman sekarang badannya." Abi mematikan shower dan segera keluar dari kamar mandi. Setelah mengeringkan tubuhnya, Abi pun segera memakai bajunya lalu menuju pintu penghubung.
Pelan-pelan dia membukanya dan pemandangan di depannya membuatnya menelan salivanya pagi-pagi. Tampak Dara sedang memakai sweater abu-abu panjang dengan wajah sudah segar dan rambut diurai membuatnya cantik pagi ini.
"Pagi mas" sapanya dengan wajah memerah.
"Pagi Adara." Abi berjalan mendekati Dara lalu dia memeluk istrinya.
"Apakah masih tidak nyaman?" bisiknya.
Dara mengangguk pelan. "Sedikit."
Abi melihat seprai yang terdapat bercak darah yang belum sempat diganti Dara.
"Terimakasih" bisiknya lagi.
Dara tersenyum di pelukan Abi.
Mas Abi mungkin bukan pria romantis tapi ini sudah membuatku bahagia. Semoga mas Abi bisa menghilangkan rasa trauma nya untuk bisa tidur bersamaku seperti layaknya suami-istri.
"Aku...harus ganti seprai mas" Dara mencoba melepaskan dari pelukan Abi.
"Suruh Mirna saja!"
Dara menatap Abi dengan tatapan tidak percaya.
"Ini privacy mas!" umpat Dara kesal dengan wajah memerah.
Abi hanya tersenyum tipis.
Istrinya memang pemalu terkadang.
"Terserah kamu saja Adara. Bolehkah aku duduk disini?" Abi menunjuk ke sofa yang ada disana.
Dara yang sedang melepaskan seprai menatap Abi bingung. Kenapa harus minta ijin di kamar istrinya sendiri.
"Boleh mas." Hanya itu yang bisa dijawab Dara.
Abi pun duduk sambil melihat istrinya sibuk melepaskan seprai, membersihkan pelapisnya dengan sedikit sabun. Dara melipat seprai untuk dibawa ke kamar mandi, dia ingin menguceknya disana.
"Mau dibawa kemana itu seprainya Adara" tanya Abi.
"Mau aku kucek di kamar mandi mas" jawab Dara kalem.
"Sini berikan padaku."
"Hah? Buat apa mas? Kan kotor ini."
"Mau aku simpan." Abi pun mengambil seprai dari tangan Dara.
"Astaga mas!" Dara pun hendak mengambil kembali seprainya.
"Sudahlah Adara. Percayalah padaku." Abi langsung membawanya ke kamarnya. Dara pun mengikuti Abi.
"Mas!" Dara terkesiap melihat kamar tidur Abi. Nuansa maskulin sangat terasa dengan aksen abu-abu, putih dan hitam.
"Maaf" Dara pun berbalik menuju kembali ke kamarnya.
Abi yang sudah menyimpan seprainya pun berbalik menyusul Dara.
"Kenapa Adara? Kenapa tidak mau masuk ke kamarku?" Abi menarik lengan Dara.
"Aku nggak nyaman karena baru kali ini masuk ke kamar pria selain kamar kakakku." Pipi Dara merona.
Abi rasanya hari ini ingin menggoda Dara habis-habisan demi melihat wajah malu istrinya namun dia menahannya karena dia tidak mau kebersamaan yang mulai terjalin baik menjadi berantakan.
"A..aku pasang seprai dulu mas." Dara melepaskan tangannya dari pengangan Abi lalu ke lemari untuk mengambil seprai yang disimpan disana.
"Aku akan meminta pak Harry memasakkan sesuatu yang enak untuk kita berdua dan kita akan makan disini." Abi keluar dari kamar Dara meninggalkan gadis itu yang masih memegang seprai bersih.
Astaga mas, aku bingung menghadapi mu. Betapa kepribadianmu berubah ubah. Yang manakah dirimu yang sebenarnya mas? Abi yang kaku atau Abi yang perhatian?
***
Yuhuuu
Maap baru UP
Thank you for reading.
Don't forget to like vote n gift yaaaa
Tararengkyu ❤️🙂❤️