Setelah tau jika dia bukan putri kandung Varen Andreas, Lea Amara tidak merasa kecewa maupun sedih. Akan tetapi sebaliknya, dia justru bahagia karena dengan begitu tidak ada penghalang untuk dia bisa memilikinya lebih dari sekedar seorang ayah.
Perasaannya mungkin dianggap tak wajar karena mencintai sosok pria yang telah merawatnya dari bayi, dan membesarkan nya dengan segenap kasih sayang. Tapi itu lah kenyataan yang tak bisa dielak. Dia mencintainya tanpa syarat, tanpa mengenal usia, waktu, maupun statusnya sebagai seorang anak.
Mampukah Lea menaklukan hati Varen Andreas yang membeku dan menolak keras cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annami Shavian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCD 35
"Tuan Rey, anda ditunggu Tuan Varen di kantor sekarang juga."
"Astaga....." Rey mengacak rambutnya begitu mendengar suara seorang wanita di ujung telponnya. July, sekertaris Varen menghubungi Rey lewat telpon.
Pertemuannya dengan Selly yang tak sengaja membuat Rey lupa akan tujuan selanjutnya setelah mengantarkan Clara.
Rey tadinya hendak langsung kembali ke kantor. Namun, Selly tiba-tiba datang padanya dalam ke adaan sedih imbas diabaikan Clara. Jadi, Rey yang tak tega meninggalkan Selly berinisiatif menghiburnya terlebih dahulu. Namun karena kesedihan Selly tak kunjung surut, dia pun tak berhenti menyemangati Selly hingga lupa pada tujuan awal.
"Hallo Tuan Rey, apa anda mendengar suara saya?"
Suara July yang kedua kalinya membuat Rey tersentak. Rey segera menyahut." Ah ya Maaf. Okey. Saya akan tiba di kantor secepatnya."
Rey berdiri dan memasukan ponselnya ke dalam saku celananya. Dia berkata pada Selly." Maaf ya kak. Aku tidak bisa menemani kakak terlalu lama, karena aku harus segera kembali ke kantor."
"Apa Varen yang menyuruh mu?"
Pertanyaan Selly hanya di anggukkan Rey.
Bibir Selly yang berwarna merah menyala itu melengkung membentuk senyuman sinis. Dia berkata kembali saat Rey hendak beranjak." Tampak nya kamu sangat betah bekerja dengan pria sombong itu, Rey."
Rey melihat pada Selly. Baru saja Rey mengucapkan kata 'kak' Selly kembali bersuara memprovokasi Rey.
"Aku rasa di kota ini masih banyak perusahaan yang lebih benefit. Kenapa kamu tidak mencoba mencari pekerjaan ke perusahaan lain yang mungkin lebih bisa menghargai mu. Aku tau selama ini kau pasti di perlakukan semena-mena olehnya, ya kan?"
"Kenapa kak Selly bisa berpikir seperti itu? Apa karena kakak kecewa sebab Tuan Varen menolak kakak?"
HAHAHA........
Tawa Selly menggelegar, lalu berhenti seketika. Sudut-sudut matanya mengeluarkan air tanpa isakan tangis. Dia terlihat seperti orang yang tengah frustasi.
Rey pikir Selly tampaknya sangat berminat pada bos nya. Tapi karena cintanya ditolak, dia jadi sangat marah.
Rey mendesah pelan, kemudian berkata mencoba menghibur Selly.
"Kak Selly itu cantik dan berkelas. Aku yakin kakak pasti bisa mendapatkan pria yang lebih baik lagi dan yang menyayangi kakak."
Selly langsung menyahut dengan jumawa." Tentu saja. Aku bahkan pernah menikahi Rolan, papanya Carla. Kau tau bukan siapa dia?"
"Bahkan, Varen tidak ada apa apanya di banding Rolan. Dulu, dia itu hanya pria miskin yang mengejar-ngejar cintaku hahaha...."
Kening Rey mengernyit." Maksud kakak? Jadi kak selly sudah mengenal Tuan Varen sebelumya?"
"Lebih dari itu. Dulu dia hanya pria miskin yang sedikit beruntung saja bisa ku pacari. Tapi sebenarnya aku tidak pernah cinta. Aku hanya memanfaatkan kebodohannya saja. Aku tinggalkan dia dan menikah dengan Rolan, pria kaya raya."
Rey manggut-manggut pelan seraya menatap pada wajah angkuh Selly. Sekarang dia mengerti. Pantas Varen terlihat sangat membenci kakak sepupunya ini. Ternyata di masa lalu, Selly pernah menorehkan luka padanya. Meninggalkan Varen dan memilih menikahi pria kaya yang sudah memiliki seorang istri. Rey tak menyangka, di masa lalu Selly cukup kejam.
"Ehem. Syukur lah jika kakak tidak punya niat untuk mendekati Tuan Varen lagi."
Selly mengalihkan pandangannya ke arah lain dan berkata." Aku benci pada sikap nya yang arogan. Dia seolah tidak mengenalku. Padahal aku tau betul bagaimana dulu dia ke aku. Dia begitu mencintaiku."
"Tapi jaman sudah berubah kak. Perubahan pun bisa terjadi pada hati seseorang. Dari cerita kakak aku bisa menyimpulkan yang membuat tuan Varen tidak ingin mengenal kakak lagi. Coba kakak pikirkan kesalahan yang pernah kakak lakukan padanya. Kakak meninggalkan tuan Varen di saat dia tidak memiliki apa-apa. Dan disaat dia sudah berjaya kakak kembali dan berharap perasaanya masih sama seperti dulu. Tuan Varen bukan orang bodoh kak. Jadi wajar jika dia menolak kak Selly."
Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Selly. Dia terlihat termenung dengan air mata yang mengalir.
"Ya sudah kak, aku pergi dulu...." Setelah mengatakan itu, Rey berlalu. Tapi, saat Rey hendak membuka pintu mobilnya, Selly berteriak.
"Aku benci Varen. Kenapa dulu dia miskin? andai dia kaya, aku tidak akan bernasib seperti ini......."
Rey hanya geleng-geleng kepala dan memilih masuk ke dalam mobilnya.
Jujur, Rey tak mengerti dengan pola pikir Selly. Seharusnya Selly mengakui kesalahannya di masa lalu dan menyesalinya. Ini malah bersikap seolah-seolah dia yang di sakiti.
"Apa kak Selly sudah tidak waras? Ah, sudah lah. Lebih baik aku tidak perlu ikut memikirkan hal tidak penting itu. Bikin kepala ku jadi sakit."
Tok
Tok
"Masuk !!"
Rey kemudian masuk setelah mendengar sahutan dari dalam.
Di balik meja terlihat Varen menatap Rey begitu dingin.
"Maaf, Tuan. Saya_"
"Ada sesuatu yang mau kamu jelaskan?" Sela Varen.
Rey tersenyum canggung diikuti anggukan kecil. Dia tau bos nya ini sedang marah. Jadi, dia harus berkata dengan hati-hati agar tak semakin membuatnya marah.
"Mengenai masalah di kampus, saya atas nama keponakan saya, Carla, memohon maaf sebesar-besarnya pada Tuan dan juga nona Lea. Saya sangat menyesali perbuatan keponakan saya terhadap nona Lea."
Varen tak langsung menyahut. Dia duduk menyender dengan kedua tangan bersedekap di dadanya. Menatap Rey dengan begitu dingin.
"Kesalahan mu tidak hanya itu saja, Rey."
"Apa yang di maksud Tuan mengenai nyonya Selly? maaf jika saya lancang. Tapi jujur saya betul-betul tidak tau jika Tuan pernah mengenal nyonya Selly dengan buruk. Saya sama sekali tidak memiliki maksud jelek terhadap Tuan. Saya mengenalkan Nyonya Selly pada tuan hanya kebetulan bukan di sengaja."
Kening Varen mengkerut." Bagaimana dia bisa tau apa yang ingin aku katakan padanya? Apa Selly yang memberitahu?"
"Apa yang kau ketahui?"
"Saya tidak banyak tau tentang masa lalu Tuan. Tapi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kebodohan saya ini. Membawa nyonya Selly yang tak lain adalah saudara sepupu saya masuk ke dalam kehidupan Tuan lagi. Saya sangat menyesal."
"Jadi, Selly saudara mu?"
"Betul, Tuan."
Varen terdiam dengan sikap bingung. Ingin memaki Rey tapi, pria ini cukup gentle. Mengakui kesalahan yang sebenarnya tak sepenuhnya salahnya.
"Jadi kau ingin ku maafkan?"
"Tentu saja, Tuan."
"Baik tapi ada syaratnya."
"Apa pun syaratnya akan saya lakukan."
Varen manggut-manggut sambil berpikir. Kemudian dia berkata," kau pastikan Selly tidak lagi gentayangan di sekitarku. Dan keponakan mu tidak lagi mengganggu putriku."
Rey sedikit berpikir. Untuk kedua hal ini cukup menyulitkan dirinya karena dia bukan bodyguard Selly dan Clara yang bisa mengontrol pergerakan keduanya di setiap waktu.
"Ba-baik, Tuan," ucap Rey ragu-ragu."
Waktu berputar ke malam. Tapi, Lea tak kunjung kembali. Varen menunggunya dengan perasaan gelisah. Anak ini pergi entah kemana dan nomernya tak bisa di hubungi.
Begitu Varen memutuskan untuk mencarinya, dia justru di kejutkan dengan kepulangan Lea yang sudah dalam ke adaan mabuk dan di antar oleh seorang laki-laki.
"LEA !!"
njamur gue thor nunggunya...😩😩