follow IG Othor @ersa_eysresa
Di usia 30, Aruni dicap "perawan tua" di desanya, karena belum menemukan tambatan hati yang tepat. Terjebak dalam tekanan keluarga, ia akhirnya menerima perjodohan dengan Ahmad, seorang petani berusia 35 tahun.
Namun, harapan pernikahan itu kandas di tengah jalan karena penolakan calon ibu mertua Aruni setelah mengetahui usia Aruni. Dia khawatir akan momongan.
Patah hati, Aruni membuatnya menenangkan diri ke rumah tantenya di Jakarta. Di kereta, takdir mempertemukannya dengan seorang pria asing yang sama sekali tidak dia kenal.
Apakah yang terjadi selanjunya?
Baca kisah ini sampai selesai ya untuk tau perjalanan kisah Aruni menemukan jodohnya.
Checkidot.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Mentari pagi menyapa desa dengan sinarnya yang hangat, membawa serta semangat baru. Hari yang dinanti akhirnya tiba. Sejak subuh, rumah Pak Burhan dan Bu Aisyah sudah ramai oleh sanak saudara yang datang dari desa sebelah. Tawa riang dan obrolan hangat memenuhi setiap sudut rumah, menambah semarak suasana.
Di dapur, aroma masakan lezat mulai tercium. Katering yang dipesan sudah tiba, dan para koki sibuk menata hidangan di meja prasmanan. Aruni sesekali mengintip dari balik pintu kamar, senyumnya tak lekang dari bibir. Ia merasa gugup, namun juga sangat bahagia.
Bu Aisyah terlihat mondar-mandir, memastikan semua siap. Tante Dina tak kalah sibuk, mengecek kembali dekorasi dan posisi kursi. Selain saudara, Pak Burhan juga mengundang Pak RT dan beberapa tetangga terdekat, kanan dan kiri rumah, sebagai saksi. Ini adalah acara lamaran, bukan resepsi pernikahan, sehingga mereka hanya mengundang pihak-pihak yang diperlukan saja.
"Bu Aisyah, acaranya jam berapa ini?" tanya Bu Sumi, tetangga sebelah, yang sudah duduk manis di kursi tamu.
"Setelah rombongan tamu datang acara akan di mulai. Mereka masih dalam perjalanan kemari kata Aruni. "jawab Bu Aisyah ramah.
Bisik-bisik tetangga mulai terdengar, terutama dari mereka yang tidak diundang atau untuk membantu acara.
"Oh, ternyata pesan katering," bisik seorang tetangga pada yang lain. "Pantas saja kita tidak dimintai bantuan untuk memasak."
"Ya, mungkin bu Aisyah nggak mau ngerepotin kita ibu-ibu. Sudah, ambil sisi positifnya saja. " ibu-ibu yang lainnya menenangkan.
Namun, bisikan-bisikan itu tidak digubris oleh keluarga Aruni. Mereka terlalu fokus pada acara penting ini. Aruni sendiri sedang dirias di kamar oleh MUA, mengenakan kebaya modern berwarna pastel gold hadiah dari mama Amanda.
"Cantik sekali kamu, Nak," puji Bu Aisyah, saat melihat Aruni di kamarnya. "Kebayanya cantik sekali, pas sama badanmu. "
"Iya, Bu. Aku juga tidak menyangka akan seindah ini," kata Aruni, menatap pantulan dirinya di cermin.
Di luar, ketegangan sedikit terasa. Ada satu sosok yang muncul di antara kerumunan tetangga yang ingin tahu dia adalah Bu Yanti, mantan calon mertua Aruni yang jauh-jauh datang dari desa sebelah. Wajahnya menunjukkan ekspresi penasaran yang sangat jelas, bercampur sedikit rasa tidak suka. Ia datang hanya untuk melihat siapa gerangan yang mau melamar ‘perawan tua’ seperti Aruni, sebutan sinis yang sering ia gunakan untuk Aruni setelah insiden masa lalu.
"Lihat saja nanti, pasti cuma orang biasa, tua dan botak. " gumam Bu Yanti dalam hati, mencoba menyingkirkan keraguan yang mulai timbul saat melihat tenda mewah dan katering.
Tepat pukul sebelas siang, suasana di jalan depan rumah Aruni mendadak riuh. Suara deru mesin mobil yang halus semakin mendekat. Dari kejauhan, iring-iringan mobil mewah berwarna hitam mulai terlihat. Satu per satu, mobil-mobil itu melaju pelan dan berjajar rapi di sepanjang jalan, memenuhi area depan rumah.
Para tetangga yang tadinya hanya berbisik-bisik, kini membulatkan mata dan melihat dengan seksama iring-iringan keluarga calon suami Aruni. Mereka terkejut bukan main. Mobil-mobil itu bukan mobil biasa, melainkan mobil-mobil mewah yang jarang terlihat di desa mereka.
Saat satu per satu penumpang mulai keluar dari mobil, keterkejutan mereka semakin menjadi-jadi. Mata mereka membelalak tak percaya. Yang keluar dari mobil bukanlah hanya orang pribumi, tetapi banyak "bule". Ada yang bermata sipit dengan kulit putih bersih, ada yang berambut pirang, ada yang berambut cokelat, berkulit pucat, dan ada pula yang terlihat seperti warga lokal, namun dengan aura yang sangat berbeda. Mereka semua mengenakan pakaian resmi yang elegan, menunjukkan kelas mereka.
"Busyet! Suami Aruni ternyata bule! Orang kaya banget lagi!" ujar seorang tetangga perempuan dengan suara tertahan, seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia menunjuk ke arah seorang pria tinggi dan tampan yang keluar dari mobil pertama. Pria itu berambut pirang kecoklatan, dengan senyum ramah yang terpancar jelas. Pakaiannya berbeda dari yang lain, ia mengenakan setelan jas berwarna putih gading dengan hiasan gold yang sangat pas di tubuhnya, dan ia terlihat sangat gagah.
Mereka semua yakin, pria tampan nan gagah yang paling menonjol itu adalah calon suami Aruni, Rico. Karena ia melangkah paling depan, mendampingi pasangan paruh baya yang juga berwajah blasteran.
"Lihat itu, Bu! Itu pasti calonnya Aruni. Gila, ganteng banget!" bisik tetangga lain, matanya tak lepas dari rombongan keluarga Rico.
Di tengah kerumunan yang takjub, wajah Bu Yanti tampak memerah padam. Mulutnya sedikit terbuka, tak bisa berkata-kata. Rasa kesal yang luar biasa menyeruak di hatinya. Ia tidak menyangka Aruni, gadis yang pernah ia remehkan, akan mendapatkan calon suami yang tidak hanya kaya, tetapi juga memiliki paras menawan dan berasal dari keluarga yang sangat terpandang, bahkan terlihat seperti orang asing. Ini adalah tamparan keras bagi egonya. Semua prasangka buruknya tentang Aruni hancur berkeping-keping di depan matanya sendiri.
Sementara itu, di dalam rumah, Aruni telah siap. Ia mendengar keramaian di luar, dan jantungnya berdebar semakin kencang. Ini dia saatnya. Masa depan yang cerah, yang ia doakan dan perjuangkan, kini terbentang di hadapannya.
"Assalamu'alaikum, "
"Waalaikumsalam, "
Rico dan keluarganya masuk kedalam rumah duduk secara lesehan diatas karpet. Sedangkan saudara lainnya duduk di kursi yang sudah disiapkan. Mereka terlihat terkesan dengan persiapan yang sudah di lakukan oleh keluarga Aruni, walau sederhana namun terlihat elegan.
Kedua keluarga berbincang hangat, saling mengenal satu sama lain. Terbesit rasa insecure dalam hati Pak Burhan dan Bu Aisyah, karena melihat calon besan mereka adalah orang berada sedangkan dia dan keluarganya....
"Pak Burhan kedatangan kami kemari adalah ingin melamar anak Bapak yang bernama Aruni untuk menjadi istri anak saya Rico. Ngomong-ngomong dimana nak Aruni? " ujar Ryu memulai acara hari ini.
"Sebentar, biar dipanggilkan dulu Aruninya. " ujar Pak Burhan lalu membisikkan sesuatu kepada istrinya agar memanggil Aruni.
Bu Aisyah segera memanggil Aruni di kamar. Dan tak lama keluar lagi bersama Aruni dan Dina yang mendampingi.
Rico yang melihat kedatangan Aruni langsung terpesona dengan kecantikan calon istrinya itu. Begitu juga dengan mama Amanda yang melihat Aruni dengan mata berbinar, melihat calon menantunya. Gaun yang dia siapkan ternyata sangat pas di tubuh Aruni.
"Kesini sayang. " Amanda menepuk tempat disampingnya agar Aruni duduk si sebelahnya.
Dina mengantarkan keponakannya duduk di samping Amanda dan dia menemaninya.
"Bagaimana, Run? Keluarga nak Rico datang kemari untuk memintamu menjadi istri nak Rico. Apa kamu menerima lamaran ini? " tanya Pak Burhan.
Aruni mengangguk pelan menjawab pertanyaan dari ayahnya.
"Alhamdulillah."
Anggukan kepala dari Aruni merupakan persetujuan dari Aruni yang menerima lamaran dari keluarga Rico.
Rico juga merasa puas mendapatkan jawaban dari Aruni. Sesuai keinginannya dan keluarga.
"Kalau begitu sekarang kita tentukan tanggal untuk pernikahan anak-anak kita. " ujar Ryu.
"Nggak usah menentukan tanggal pernikahan. Kita nikahkan saja mereka sekarang. "