Aura Karina mendadak janda di malam pertama pernikahannya. Suami yang baru menikahinya beberapa jam yang lalu, memutuskan untuk menceraikan dirinya tepat di malam itu juga.
"Aku itu janda!" Tegas Aura akan status yang disandangnya saat ini.
"Iya, kamu memang janda. Janda menggemaskan." Ucap seorang pria dengan senyum melebar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylop, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Aku Mencintaimu
"Kamu mau ke mana?" tanya Mama yang pagi-pagi sudah melihat putra berada di meja makan.
"Ke kantor!" jawab Bara dengan penuh semangat. Hari ini ia akan segera menyelesaikan pekerjaannya dan bertemu Aura setelah pulang dari kantor.
"Sarapan mana, Ma?" tanya Bara.
"Masih mau Mama masak." Jawab Mama yang masih memotong bahan. Untuk memasak, Mama yang langsung turun tangan. Pekerja hanya
membersihkan rumah saja.
Bara mengangguk. Hari masih pagi, ia saja yang terlalu bersemangat hari ini.
Teh hangat yang tersedia pun Bara minum.
"Ma, aku pergi dulu!" pamit pria itu menyalami Mamanya.
"Loh, sarapan dulu. Sebentar lagi siap masaknya!" tahan Mama. Putranya tidak boleh keluar rumah dengan perut kosong.
"Aku sudah minum teh. Aku pergi, Ma!" Bara pun berlalu pergi.
Pria itu sudah naik ke dalam mobil dan memasang sabuk pengamannya. Saat akan menyalakan mesin mobil, ia melihat ponselnya. Mengirimkan pesan singkat pada Aura.
Pesan sudah terkirim, kini pun Bara perlahan melajukan mobilnya. Ia akan menuju kantor.
Saat di lampu merah, Bara melihat ke arah ponselnya. Sudah cukup lama berlalu, Aura belum membalas pesannya. Padahal wanita itu sudah berjanji padanya.
Lampu lalu lintas berubah hijau, Bara langsung memutar arah. Ia akan menuju rumah Aura saja.
Tak berapa lama, mobil Bara berhenti sejenak di gang tempat ia menurunkan Aura. Lalu memilih berbelok dan memasuki gang yang cukup luas itu.
"Mana rumahnya? Apa dia berbohong lagi?" ucap Bara sengaja memperlambat laju mobilnya. Mungkin saja, rumah Aura bukan berada di gang ini. Tah di gang mana yang jauh dari sini.
Mata Bara melihat seorang wanita berdiri di depan sebuah rumah berjarak tidak jauh darinya.
"Aura!" ucap Bara dengan senyuman mengambang.
Ponselnya masuk pesan yang ternyata dari Aura. Ia segera membalas. Dan melajukan mobilnya ke arah Aura.
Tin... Bara sengaja mengklakson, karena Aura dari tadi menunduk. Fokus pada ponselnya saja, tanpa peduli pada sekitar.
Setelah menepikan mobilnya, Bara segera turun. Ia menghampiri wanita yang berwajah kaget itu.
Pasti Aura sangat kaget, ia datang mendadak di hari yang masih pagi ini.
"Ka-ka-kamu, kenapa ke sini?" tanya Aura yang gugup. Pria itu datang pagi-pagi. Ia tidak memberitahukan alamat rumahnya, hanya gang saja. Tapi, bisanya pria itu tiba-tiba muncul.
"Menjemputmu!" jawab Bara. "Ayo, pergi. Nanti terlambat!"
Bara akan mengantar Aura pergi kerja. Sebenarnya ia ingin saja hari ini pergi berdua dengan wanita itu. Menyuruh wanita itu untuk libur bekerja atau tidak usah bekerja lagi. Tapi, pasti Aura tidak akan nyaman dengannya. Dan kesannya ia terlalu mengatur.
Mereka belum ada ikatan apapun. Hanya teman biasa. Mungkin kalau Aura sudah jadi istrinya, ia tidak akan membiarkan Aura bekerja, biarkan saja wanita itu duduk manis di rumah.
"Ta-tapi-" ucap Aura menahan langkahnya saat pria itu menggandeng ke mobilnya.
"Ada apa? Ini sudah jam berapa? Kamu bisa terlambat!" Bara mengingatkan. Aura bukan bekerja di perusahaannya, jadi ia tidak mau wanita itu kena tegur atasannya.
"A-aku naik ojek." Aura sudah memesan ojek. Tidak mungkin ia pergi dengan Bara.
Sebuah sepeda motor berhenti. "Atas nama mbak Aura?" kang ojek memastikan.
Bara melepaskan genggamannya dan menghampiri kang ojek.
"Maaf, Pak. Istri saya tidak jadi naik ojek." Bara meminta maaf.
'Is-is-istri!!!' batin Aura mulai berdebar tidak menentu. Pagi-pagi mendengar pria itu mengatakan istri. Sungguh membuatnya sport jantung.
Bara kini mengeluarkan dompet dan memberikan selembar uang pada kang ojek. Kang ojek itu baru keluar rumah, Aura adalah penumpang pertamanya. Jika mengcancel atau dicancel akan mempengaruhi performanya.
"Saya belum ada kembalian!"
"Ambil saja, Pak. Sekali lagi maaf, Pak." Ucap Bara sopan lalu berjalan dan menggandeng wanita yang katanya istrinya itu, naik ke dalam mobil.
Di dalam perjalanan, Aura ingin bertanya perihal perkataan pria itu yang mengatakan istri saya. Tapi, mulut ini seperti tertahan untuk membahasnya.
Bara bertanya di mana Aura bekerja dan mulut Aura bisa menjawab pertanyaan itu.
"Maaf ya, kalau aku mendadak menemuimu." Ucap Bara yang sedang menyetir dan menyempatkan meminta maaf. Hatinya tergerak ingin terus menemui Aura.
"Hah... Ti-tidak apa kok!" jawab Aura. Walau sebenarnya bertemu mendadak seperti ini tidak baik untuk hatinya.
Hening...
Aura menatap jalanan di depan dan Bara fokus menyetir sambil menatap jalanan di depannya juga.
Dan tiba-tiba...
Kruk...
Suara itu membuat Aura menoleh ke arah pria itu. Itu suara perut Bara.
"Kamu belum sarapan?" tanya Aura.
Bara mengangguk lemah. Karena pagi-pagi berangkat ke kantor, ia tidak sarapan. Mamanya belum masak.
"Makan saja ini!" Aura mengeluarkan sebungkus roti dan memberikannya pada Bara.
"Tidak usah. Nanti setelah mengantar kamu, aku akan sarapan!" tolak Bara. Aura membawa roti, mungkin saja wanita itu belum sarapan.
"Sudah, dimakan saja untuk mengganjal perut!" Aura tetap memaksa. Ia memberikan ke tangan pria itu.
"Terima kasih." Bara terpaksa menerima.
Mereka telah sampai, Bara menepikan mobilnya di pinggir jalan. Tepat di depan kantor Aura berada.
"Rotinya jangan lupa dimakan!" Aura mengingatkan. Pria itu meletakkan roti pemberiannya di dashboard.
Bara mengangguk. Senang karena wanita itu perhatian padanya.
"Ka-kalau begitu aku masuk dulu!" pamit Aura melihat pria itu.
Yang dilihat malah tidak menjawab dan menatap Aura kagum.
Aura sangat cantik dan menggemaskan di mata Bara. Apalagi dengan rambut ekor kuda, sangat imut.
"Ha-hati... Hati-hati di jalan." ucap Aura gugup dan menundukkan kepala sejenak. Ia harus segera keluar, di dalam mobil ini terasa sesak.
"Aura!" panggil Bara.
Panggilan itu membuat Aura tidak jadi membuka pintu. Wanita itu berbalik ke arah Bara. Dan...
Cup...
Mata Aura mendelik saat bibir pria itu mengecup bibirnya sejenak.
"Aku menyukaimu." Ungkap Bara. Hatinya yang kosong telah terisi. Ada Aura di hatinya.
"A-a... i-i..." Aura mendadak gagap. Tak tahu mau bicara apa. Pria itu mendadak dan tanpa aba-aba, mengungkapkan perasaan. Bahkan berani menciumnya.
Tangan Bara kini terulur mengelus kepala Aura. Ia menyukai Aura dari hatinya yang terdalam.
"Apa aku bisa mendapat jawabannya sekarang?" tanya Bara menatapnya dengan tatapan lembut. Pria itu ingin tahu perasaan Aura padanya.
Mendengar itu, Aura makin berdebar. Jantungnya seperti akan melompat dari tempatnya.
"A-aku sudah terlambat!" ucap Aura mengalihkan pembicaraan. Ia tidak bisa menjawab langsung perasaan Bara. Masih mendadak shock.
"A-aku masuk dulu!" ucap Aura menundukkan kepala sejenak dan akan keluar.
Bara menahan tangan Aura dan menarik wanita itu padanya.
"I-itu..." Aura menahan wajah Bara dengan tangannya. Wajah pria itu terlalu dekat dengannya.
"Kamu milikku!" Bara mengklaim wanita itu. "Aku mencintaimu, Aura."
Deg...
Deg...
Deg...
.
.
.
beneran ngga ada lanjutannya???/Cry//Sob/
tolak diantar jemput , macam orang yg selingkuh aja