Yuka Pratiwi,seorang staf hotel yang cantik sengaja mendekati Artha, sang menejer hotel agar bisa masuk ke dalam keluarga Regatama dan melakukan balas dendam melalui Artha yang polos. Yuka dapat menjalankan target utama nya yaitu Broto, sang ayah mertua. Tujuan hidup Yuka adalah untuk menghancurkan Broto yang sudah menghilangkan nyawa sang Ayah menyengsarakan Ibu dan merebut perusahaan keluarga nya. Keserakahan Broto menghancurkan kehidupan Yuka kala masih kecil.
Apakah Artha turut menjadi target dalam balas dendam Yuka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thuy Mhuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Yuka membuka mata saat Artha mengakhiri kegiatan nya menyapu bersih krim cake yang belepotan di ujung bibir nya. Pandangan Yuka dan Artha bertemu, Yuka bisa melihat pantulan wajah nya di iris mata Artha, begitu juga sebalik nya.
"Aku adalah pria paling beruntung karena berhasil memiliki mu." Artha menangkup kedua pipi Yuka. " Aku sangat mencintai mu Yuka." Lanjut nya dengan suara lirih dan dalam.
Yuka bisa melihat kilat cahaya ketulusan dari mata Artha. Yuka mengulum senyum manis.
"Kamu cinta pertama dalam hidup ku. Aku harap kamu juga yang akan menjadi cinta terakhir ku. Sayang, jika suatu saat rumah tangga kita di terpa masalah, aku mohon jangan pernah meninggalkan aku." Lanjut Artha.
Jleb...
Kalimat Artha menusuk jantung Yuka begitu dalam nya, membuat mata nya berembun dan tanpa dia sadari cairan itu telah merembes ke pipi.
"Berjanjilah dengan ku Yuka, apapun masalah yang ada, kita akan menghadapi nya bersama sama." Tutur Artha lagi.
Yuka mengangguk tanpa bisa mencegah air mata nya agar berhenti. Semakin Artha menunjukan ketulusan nya. Yuka semakin merasa bersalah. Yuka tidak memiliki rasa cinta terhadap Artha, semua sikap manis nya hanya lah sandiwara.
Yuka tidak akan bisa menepati janji nya karena pada akhir nya nanti Yuka akan menghancurkan semua keluarga Regatama. Arti nya Artha juga turut menjadi target balas dendam Yuka.
Bukan nya berhenti, tangis Yuka justru semakin menjadi jadi. Artha mengusap pipi Yuka yang basah. "Apa perkataan ku membuat mu sedih, sayang?" . Artha menjadi panik sendiri.
Yuka menggeleng, tapi masih terus menangis. "Yuka terharu, Mas. Akhir nya Yuka bisa merasakan bagaimana bahagia nya mendapat cinta yang tulus dari seseorang".
Artha merangkul pundak Yuka sambil sesekali mengecup ubun ubun nya. " Sekarang kamu gak akan hidup sendiri lagi, sayang. Ada aku yang akan selalu di sisi mu."
Artha sangat tahu kisah hidup Yuka yang malang. Setahu Artha, Yuka di besar kan di panti asuhan tanpa sekalipun pernah bertemu keluarga nya.
Padahal bukan seperti itu yang terjadi. Yuka sengaja membohongi Artha mengenai latar belakang keluarga nya. Yuka menyembunyikan rahasia bahwa sebenar nya ibu dan nenek nya masih hidup dan sekarang menjadi pengurus di sebuah yayasan panti asuhan .
Meski hidup dengan satu kaki, Mona, ibu dari Yuka masih sangat semangat untuk membantu merawat anak anak di panti asuhan.
Begitu juga nenek nya yang sudah sejak lama mengabdikan diri sebagai pengurus panti.
"Bukan Mas yang beruntung mendapatkan Yuka, tapi Yuka yang beruntung di nikahi pria baik seperti Mas Artha." Kata Yuka di sela sela tangis nya.
Artha mengusap pucuk kepala Yuka. "Udah dong nangis nya. Nanti cantik nya hilang loh". Artha berusaha menghibur Yuka.
" Mas nyebelin, orang lagi sedih malah di bercandain." Keluh nya sembari mengelap ingus nya.
Artha terkekeh. "Tiba tiba aku pengen berenang".
Yuka mengangguk. " Setelah membersihkan makanan nya, Yuka nanti nyusul."
Artha bangkit dari tempat duduk nya kemudian berjalan menuju kolam renang yang berada di belakang villa.
Yuka membuang bungkus makanan, kemudian melepas blazer kantor nya, menyisakan kemeja putih dan rok selutut. Yuka berjalan menyusul Artha, melepas heels, kemudian duduk di tepi kolam renang, mencelupkan kaki nya ke dalam air.
Yuka menyaksikan Artha yang dengan semangat berenang ke sana kemari dengan lincah dan berbagai gaya. Pria yang berhasil di nikahi nya itu melepas pakaian kantor nya yang hanya menyisakan celana pendek alias boxer.
Menyadari Yuka telah berada di mulut kolam, Artha berenang menghampiri Yuka, lalu mencipratkan air ke arah Yuka.
"Kan baju Yuka jadi basah,Mas." Kesal Yuka.
Artha masih juga tidak berhenti jahil hingga kemeja putih Yuka yang basah berubah jadi transparan, menampakan kain kaca mata Yuka yang berwarna merah.
Artha tertegun melihat keadaan Yuka sekarang. Dia melihat dada penuh sang istri yang membuat nya susah menelan ludah.
Artha meraih kedua tangan Yuka, menarik nya dengan lembut tubuh wanita cantik itu hingga kaki nya mencapai dasar kolam.
"Mas, Yuka gak bawa baju ganti! " Kata Yuka keberatan dengan apa yang di lakukan Artha. " Mas kan tau sendiri, sepulang nya dari kantor, Yuka langsung menjemput Mas di Bandara." Lanjut nya. Kini tubuh Yuka sudah basah sempurna.
Artha memegang pipi Yuka. "Saat di Singapura kemarin, Mas beli baju untuk mu".
Wajah Yuka langsung berubah senang. " Benar kah?"
Artha mengiyakan, lalu menatap Yuka lebih dalam seraya mengusap lembut bibir bawah Yuka yang meski tanpa memakai lipstik tetap kelihatan sangat ranum.
"Aku sangat mencintai mu, Sayang." Desis Artha sebelum akhir nya meraup bibir ranum itu lalu memainkan nya seperti permen.
Yuka menyambut kehangatan itu dengan baik, membalas Artha sama liar nya. Tangan Artha bergerak untuk melepaskan gelung rambut Yuka yang kini sudah tergerai bebas.
Saar kedua tangan Yuka melingkar di leher Artha, tangan Artha justru mulai melepas kancing kemeja Yuka dengan terampil. Kini Artha dapat menyaksikan kain kaca mata berwarna merah itu dengan sangat jelas. Artha mengecup leher Yuka hingga belahan dada nya, membuat sang istri hanya bisa melenguh.
Sudah tidak mampu lagi membendung hasrat yang memuncak, Artha mendorong tubuh Yuka hingga membentur tepi kolam, menarik rok selutut Yuka hingga ke atas, lalu memasukan pusaka nya tanpa melepas kain segitiga bagian bawah Yuka.
"Mas..." Desah Yuka.
Suara yang di keluarkan Yuka bagaikan dering semangat yang membuat Artha berusaha memberikan kenikmatan maksimal untuk sang istri.
Tanpa aba aba Artha memutar tubuh Yuka seratus delapan puluh derajat, lalu memasuki Yuka dari belakang. Tangan Yuka bertumpu pada tepian kolam renang, pasrah dengan aksi sang suami.
Artha mengangkat tubuh Yuka, lalu menduduki nya di tepian kolam renang. Dia kembali membungkam bibir Yuka sembari tangan nya bergerak untuk melepaskan kait kain kaca mata Yuja, menyingkirkan benda berwarna merah itu, lalu mulai melintir sesuatu yang menyembul sambil sesekali menggigit nya.
Hal itu membuat Yuka kewalahan, tetapi dia hanya bisa menggeliat sambil menekan tepian kolam kuat kuat, membiarkan Artha dengan leluasa memimpin kehangatan.
Artha membuka kedua kaki Yuka, menarik kain segitiga bagian bawah Yuka yang sedari tadi belum di lepas sempurna. Kini hanya rok selutut Yuka yang masih melekat di perut, karena Artha tidak membiarkan kain itu menutupi paha dan bagian bawah Yuka yang mulus.
Artha menanggalkan boxer dengan sempurna karena tadi hanya di turunkan tanpa di lepas. Saat ini Yuka dapat menyaksikan tubuh Artha yang saat ini polos tanpa sehelai benang pun.
Pria yang sorot mata nya kini hanya menyiratkan ambisi mencapai kepuasan itu kembali memasuki Yuka, bergerak seirama dengan desahan yang keluar dari mulut Yuka.
Usai pelepasan yang di dapatkan, Artha mengakhiri kehangatan itu, lalu duduk di tepian kolam renang, menarik lembut tubuh Yuka agar bersandar di dada nya.
Yuka melingkarkan tangan nya di pinggang suami nya. "Makasih ya,Mas".
" Kamu suka sensasi baru ini?" Tanya Artha, karena ini adalah pertama kali nya untuk mereka berdua melakukan kehangatan di kolam renang.
Yuka tersipu malu. "Banget, Mas".
Artha tertawa renyah mendengar kejujuran dari sang istri. Artha berdiri, mengangkat tubuh Yuka lalu menggendong nya ala bridal, membawa nya masuk, khawatir jika sang pujaan hati masuk angin.
***
Sementara itu, di rumah keluarga Regatama, Broto mondar mandir di ruang tamu sambil sesekali melirik pintu.
" Sudah larut malam, kenapa mereka belum pulang juga?" Guman Broto kemudian meneguk segelas air.
Dia merasa gelisah saat Artha dan Yuka belum juga kembali ke rumah. Entah kenapa rasa gusar itu datang, padahal Broto tidak perlu mengkhawatirkan Artha dan Yuka karena kedua nya berstatus suami istri.
Tidak. Broto bukan mengkhawatirkan anak dan menantu nya, melainkan mengkhawatirkan Yuka saja. Broto menenggak habis air nya, meletakan gelas di meja, kemudian duduk di sofa ruang tamu.
Broto membuka ponsel, niat hati ingin menghubungi Yuka, tetapi ia baru sadar jika selama menjadi mertua Yuka, Broto belum memiliki nomir ponsel sang menantu.
Akhir nya Broto memutuskan untuk menelepon Artha. Namun, sebelum itu terjadi, Neni menghampiri nya, membuat Broto mengurungkan niat nya untuk menelepon Artha.
"Papa ngapain di sini, tumben?"
Broto memandang Neni datar, "Aku gak bisa tidur".
Neni duduk di samping Broto. " Papa pasti lagi banyak pikiran". Tutur nya kemudian memeluk lengan Broto .
"Ngomong ngomong kenapa anak anak belum pulang?".
Neni melepaskan lengan Broto, lalu menatap sang suami dengan kening berkerut. " Bukan nya Seno ada di kamar nya?"
Broto berdecak, "Artha dan Yuka".
" Oh..." Kata Neni memutar bola mata malas. Neni menatap Broto penuh selidik.
"Tumben banget, papa menanyakan mereka, emang ada apa?"
Broto menjadi gugup, memang benar jika sebelum nya dia tidak pernah peduli dengan keluarga nya. Broto jadi bingung harus menjawab apa.