2 Suami

2 Suami

Inaya

Inaya Nadira, seorang gadis yang baru saja lulus SMK. Ia adalah anak ke-4 dari 5 bersaudara yang semuanya Perempuan dari keluarga kurang mampu. Ia bisa menyelesaikan sekolahnya karena beasiswa dan bantuan dari kakak ke-3nya. Sang ayahmeninggal saat dirinya masih dibangku kelas 1 SD.

Ada keinginan untuk melanjutkan kuliah karena dirinya mendapatkan jaminan beasiswa dari sekolahnya. Tetapi Inaya memilih untuk bekerja di sebuah koperasi demi meringankan beban sang ibu yang hanya sebagai pedagang sayur kelilingdan membiayai sekolah adik bungsunya.

Inaya yang bekerja, telah mendapatkan 2 kali lamaran dari saudara sepupunya dan kenalan sang ibu. Tinggal di desa yang masih konservatif, Inaya menurut dengan keputusan sang ibu. Baginya menikah atau tidak sama saja karena ia tidak berharap banyak pada pernikahan. Pernikahan ketiga kakaknya, membuat Inaya merasa pernikahan hanyalah hubungan timbal balik antar pasangan.

Akan tetapi, semua lamaran itu gagal karena perhitungan weton* mereka yang tidak cocok. Yang pertama karena weton pihak laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan Inaya dan berakhir di tanggal lamaran atau pernikahan yang “tibo nggeblake”atau jatuh di hari meninggalnya orang tua atau nenek/kakek.

Yang kedua gagal karena perhitungan neptu** keduanya yang menemui jalan buntu dan berakhir dengan 1-0. Terdengar seperti permainan bola bukan? Tetapi maksud dari angka itu adalah salah satu dari mereka akan mengalami kekosongan rezeki selama penyatuan. Tentu saja gagal, siapa yang mau mengalami kekosongan rezeki?

“Kamu besok libur, Nak?” tanya Ibu Inaya, Ranti.

“Iya, Bu. Besok disuruh istirahat di rumah karena lusa harus ikut audit. Mungkin aku tidak pulang selama 3 harian, Bu.” Jawab Inaya.

“Ikut Ibu ke pasar, ya? Kebetulan banyak barang yang harus ibu bawa besok.”

“Baik, Bu.”

Ikut ke pasar menjual dagangan sudah menjadi kebiasaan Inaya bahkan sejak ia masih SMP. Dulu ia akan bangun jam 1 malam untuk membantu mengangkut barang ke pinggir jalan yang dilalui bus antar kota. Jam 2 malam berangkat ke pasar menggunakan bus dan pulang jam 4 pagi jika ia harus sekolah.

“Adikmu tidak perlu dibangunkan, nanti dia takut kalau tahu ditinggalkan sendiri di rumah.” Kata Ibu Ranti yang sudah siap dengan selendang dan bakulnya.

“Baik, Bu.” Inaya menggunakan sweater untuk melindunginya dari hawa dingin dan tidak lupa menggunakan celana untuk memudahkannya mengangkat barang dagangan.

Dagangan yang perlu di bawa dari rumah adalah 3 tandan pisang yang sebelumnya sempat di peram sehari semalam. Inaya membawa 2 tandan ukuran sedang dan Ibu Ranti membawa tandan yang besar. Mereka berjalan kurang lebih 100 meter untuk mencapai jalan yang dilalui bus antar kota.

Selain pisang, masih ada 2 karung singkong dan 3 buah Nangka masak berukuran jumbo yang sudah diangkut sebelumnya dan dititipkan di salah satu pemilik toko di pinggir jalan.

Bus antar kota yang biasa mengambil trayek pagi khusus pedagang seperti Ibu Ranti sudah hafal dengan beliau, sehingga segera menata barang dagangan yang langsung memenuhi area depan karena bagian atas dan belakang sudah penuh dengan barang dagangan pedagang lain. Inaya dan Ibu Ranti sampai harus berdiri karena semua tempat duduk sudah penuh.

45 menit kemudian.

Begitu sampai di pasar kota, bus tidak berhenti di depan pasar, melainkan memutar ke belakang karena jalanan di belakang pasar adalah tempat jualan para pedagang di malam hari sedangkan pasar kota yang sebenarnya baru akan buka pukul 7 pagi. Ibu Ranti yang sudah mendapatkan spot berjualan, menata dagangannya. Sambil berdagang, Ibu Ranti juga membeli beberapa sayur dari pedagang lain untuk jualannya nanti.

“Kamu mau pulang dulu atau ikut belanja?”

“Ikut, Bu.”

“Ya sudah, sayur hijau sudah dibeli semua sisa sayur sop. Tunggu sebentar lagi, nanti tokonya buka.” Inaya melihat jam yang ada di ponselnya menunjukkan pukul 5pagi.

“Sarapan dulu boleh tidak, Bu? Lapar.” Inaya memegangi perutnya yang keroncongan karena semalam ia tidak ada makan malam.

“Mau sarapan apa?”

“Rawon sudah buka belum jam segini, Bu?”

“Belum, pecel saja yang sudah buka.”

“Ya, sudah. Pecel juga tidak apa-apa, Bu.”

Inaya mengikuti sang ibu menuju warung pecel pincuk yang berjaja di pinggiran pasar kota. Selesai makan, sang ibu membawa Inaya ke bagian belakang pasar dimana pedagang sayur, ikan, sembako berada. Sambil menunggu mereka buka, Ibu Ranti lebih dulu membawa Inaya ke penjual gethuk dan jamu yang sudah menjajakan dagangan mereka.

“Kamu bisa belikan ibu ayam tidak?” tanya Ibu Ranti saat warung-warung di pasar mulai menjajakan dagangan.

“Bisa, Bu. Berapa banyak?”

“Setengah kiloannya 4, seperempatnya 4 juga, 1 kiloannya 2, khusus sayap 4, khusus ceker 2, khusus kepala 2, campurnya 4. Ini uangnya.” Inanya mengangguk.

“Kamu masih ingat tempatnya?”

“Masih, Bu.”

Sampai di tukang ayam, Inaya memesankan apa yang diperintahkan sang ibu. Saat menunggu pesanannya, ada yang memanggil Inaya dari arah belakang.

“Mbak Sintya!” seru Inaya yang mengenali orang yang memanggilnya.

“Kamu sedang apa? Pagi sekali.”

“Ikut Ibu belanja buat jualan, Mbak. Mbak Sintya tumben ke pasar sendirian.”

“Aku sama adik sepupuku, dia nunggu di parkiran.” Inaya mengangguk.

“Bagaimana kabar Bapak dan Ibu?”

“Baik. Kamu sesekali main ke rumah.”

“Kapan-kapan ya, Mbak. Aku hanya libur sehari dalam seminggu, jadi lebih nyaman untuk malas-malasan di rumah.”

“Malas-malasan apa? Ini kamu libur malah ikut ke pasar.”

“Malasnya nanti, Mbak.” Inaya tertawa.

“Karnaval besok, kamu mau ikut tidak?”

“Lihat jadwal dulu ya, Mbak. Kalau libur aku ikut, tapi kalau tidak Mbak cari gantinya ya?”

“Iya. Kamu kabari Mbak nanti, ya?” Sintya pamit pulang dan Inaya membayar pesanannya yang sudah selesai disiapkan.

Karnaval yang dimaksud Sintya adalah karnaval yang rutin di gelar setiap tanggal 17 Agustus untuk memperingati kemerdekaan Indonesia. Sejak SMK, Inaya aktif dalam kegiatan di luar sekolah untuk mendapatkan tambahan uang saku. Ia ikut dalam grup band sekolah sebagai vokalis yang juga selalu mempersembahkan lagu setiap karnaval.

Dari sana ia mengenal Sintya yang juga merupakan vokalis dari SMA 3. Hubungan mereka akrab dan sampai sekarang Sintya masih sering mengajak Inaya manggung jika ada yang menyewa band gabungan Sintya.

“Sudah semua, Bu?” tanya Inaya yang melihat sang ibu sudah Menyusun dagangan ke dalam bakul dan tas anyaman.

“Sudah, tinggal nunggu kamu saja. Masukkan ayamnya ke dalam tas itu!” Inaya memasukkan ayam yang dibawanya ke dalam tas yang sudah berisi aneka ikan.

Ibu Ranti menggendong bakulnya dan Inaya membawa dua tas anyam menuju terminal bus. Begitu sampai di desa Inaya, Ibu Ranti mulai menjajakan dagangannya di emperan toko sebelum nantinya dibawa berkeliling sedangkan Inaya pamit pulang.

.

.

.

*weton: Perhitungan hari kelahiran berdasarkan penanggalan Jawa yang menggabungkan hari dan pasaran (Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing).

**neptu: Nilai yang dihitung dari penjumlahan nilai hari dan pasaran.

.

.

.

Semoga para pembaca suka..

Episodes
1 Inaya
2 Sepupu Sintya
3 Menagih Hutang
4 Merasa Hutang Budi
5 Dijodohkan
6 Reuni
7 Mengantar Pulang
8 Apa Dia Bisa Menerima?
9 Masalah Keluarga Inaya
10 Merasakan Ketulusan
11 Memperbaiki Diri
12 Mengetuk Pintu
13 Lamaran
14 Membalas Lamaran
15 Sebelum Menikah
16 Sah!
17 Sepasar
18 Kehidupan Berdua
19 Membuat Candu
20 Ibu Mertua
21 Antar Jemput
22 Ke Rumah Inaya
23 Kembali Melaut
24 Kabar Gembira
25 Salah Paham
26 Marahnya Inaya
27 Tidak Boleh Melaut
28 Kejutan
29 Masih Tidak Rela
30 Menunggu Kabar
31 Menabrak Karang
32 Kabar Buruk
33 Hilang
34 Dinyatakan Meninggal
35 Memperhatikan Keluarga Suami
36 Beban Berkurang
37 Observasi
38 Mengikhlaskan
39 Satu Tahun
40 Memintanya Menggugat
41 Fatah
42 Janda Inaya
43 Memantapkan Hati
44 Merasa Iri
45 Mengikuti Inaya
46 Diwarnai Pertengkaran
47 Aku Akan Menunggumu
48 Menginap
49 Melewati Malam
50 Kehidupan Pernikahan Kedua
51 Mengganti Panggilan
52 Anggap Sebagai Ujian
53 Jalan-jalan
54 Silahkan datang ke Rumah
55 Periksa ke Dokter
56 Pandangan Berbeda
57 Fatah yang Overprotektif
58 Weko
59 Mantan Istri
60 Menjalani Jalan Masing-masing
61 Menjadi Mekanik
62 7 Bulanan
63 Ketakutan Inaya
64 Bertanya
65 Melahirkan
66 Selapanan
67 Promo Novel Baru
68 Kepergian Fatah
69 Kecelakaan
70 Mengantarkannya
71 Ruwat
72 Tidak Perlu Menggurui
73 Menginap
74 Biarkan Saja
75 Puncak Kesabaran Inaya
76 Menuai Apa yang Ditanam
77 Masih Tidak Sadar
78 Maksud Tersembunyi
79 Siapa Dia?
80 Weko yang Gelisah
81 Deni
82 Apa Aku Pembawa Sial?
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Inaya
2
Sepupu Sintya
3
Menagih Hutang
4
Merasa Hutang Budi
5
Dijodohkan
6
Reuni
7
Mengantar Pulang
8
Apa Dia Bisa Menerima?
9
Masalah Keluarga Inaya
10
Merasakan Ketulusan
11
Memperbaiki Diri
12
Mengetuk Pintu
13
Lamaran
14
Membalas Lamaran
15
Sebelum Menikah
16
Sah!
17
Sepasar
18
Kehidupan Berdua
19
Membuat Candu
20
Ibu Mertua
21
Antar Jemput
22
Ke Rumah Inaya
23
Kembali Melaut
24
Kabar Gembira
25
Salah Paham
26
Marahnya Inaya
27
Tidak Boleh Melaut
28
Kejutan
29
Masih Tidak Rela
30
Menunggu Kabar
31
Menabrak Karang
32
Kabar Buruk
33
Hilang
34
Dinyatakan Meninggal
35
Memperhatikan Keluarga Suami
36
Beban Berkurang
37
Observasi
38
Mengikhlaskan
39
Satu Tahun
40
Memintanya Menggugat
41
Fatah
42
Janda Inaya
43
Memantapkan Hati
44
Merasa Iri
45
Mengikuti Inaya
46
Diwarnai Pertengkaran
47
Aku Akan Menunggumu
48
Menginap
49
Melewati Malam
50
Kehidupan Pernikahan Kedua
51
Mengganti Panggilan
52
Anggap Sebagai Ujian
53
Jalan-jalan
54
Silahkan datang ke Rumah
55
Periksa ke Dokter
56
Pandangan Berbeda
57
Fatah yang Overprotektif
58
Weko
59
Mantan Istri
60
Menjalani Jalan Masing-masing
61
Menjadi Mekanik
62
7 Bulanan
63
Ketakutan Inaya
64
Bertanya
65
Melahirkan
66
Selapanan
67
Promo Novel Baru
68
Kepergian Fatah
69
Kecelakaan
70
Mengantarkannya
71
Ruwat
72
Tidak Perlu Menggurui
73
Menginap
74
Biarkan Saja
75
Puncak Kesabaran Inaya
76
Menuai Apa yang Ditanam
77
Masih Tidak Sadar
78
Maksud Tersembunyi
79
Siapa Dia?
80
Weko yang Gelisah
81
Deni
82
Apa Aku Pembawa Sial?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!