Dewina gadis dari keluarga biasa memiliki kepekaan yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar , sampai tetangganya bahkan orang lain melihatnya aneh , dengan kemampuannya ia bisa merasakan apa yang orang lain raskan , dan Ia bisa merasakan kehadiran makhluk astral meskipun tidak bisa melihat makhluk tersebut .
Kedua orang tuanya berpisah karena takdir ,ayahnya meninggal ketika Dewina sekolah menengah pertama .
Bagaimana Dewina menjalani kehidupannya yang tidak biasa ,mampukah ia melewati itu semua ?
Ikuti kisahnya dan beri tanggapan kalian dikomentar , terimakasih .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketiga Puluh Empat Pertemuan Tak Terduga
Dewina sudah mulai bekerja di warung Bu Siti kembali setelah tiga hari ijin libur . “Wah , yang habis liburan ceria sekali pasti dapat cowok orang kota ," celetuk Hanum menggoda Dewina .
Dewina menggelengkan kepala mendengar perkataan Hanum tersenyum . "Mana ada orang kota yang mau sama aku yang kampungan ini , Han ,“ kata Dewina sambil merebus air .
Hanum merasa tidak enak hati dengan jawaban Dewina . “Yang namanya jodoh kita tidak pernah tahu Win ,“ sahut Hanum , " Aku belum mau menikah karena masih ingin bekerja ,“ Dewina merasa minder dengan keadaannya saat ini
“Jangan pernah bicara seperti itu kalau sudah ketemu jodoh pasti mau ," ucap Hanum . "Entahlah ," hanya itu jawaban Dewina , selama ini ia sama sekali belum memikirkan soal menikah bertemu pria saja ia merasa minder gimana mau kenal .
“Biar jadi perawan tua kalau tidak menikah kalau menolak semua pria pada akhirnya tidak ada yang mau sama kamu karena kamu sok jual mahal ," kata Santi berjalan ke dapur sambil melirik Dewina .
Dewina melihat Santi merasa ada yang tidak beres ada bau kemenyan ketika dia lewat didepan Dewina ."Han , apa kamu mencium bau kemenyan ?" tanya Dewina sambil mengendus . Hanum ikut mengendus kemudian menutup hidungnya karena baunya sangat menyengat .
"Iya Win , bukan kemenyan saja tapi ada bau amis gimana gitu ," jawab Hanum merasa ingin muntah berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya namun hanya air yang ke luar kemudian membersihkan diri dan ke luar bergabung dengan Dewina di depan melayani pembeli .
Beberapa orang melihat Hanum merasa aneh karena wajahnya merah . Dewina melihat Hanum datang merasa lega . "Kamu tidak apa-apa kan ?" tanya Dewina . "Iya tidak apa-apa , tadi itu rasanya sangat tidak enak ," sahut Hanum .
Santi membawa sayur dalam panci meletakkan di meja etalase sambil melihat beberapa orang yang sedang makan tanpa sengaja melihat Ramos sedang makan di situ , keduanya saling pandang kemudian Santi mengalihkan pandangannya sedangkan Ramos tersenyum smirk .
"Waktunya beres-beres dan pulang ,“ ucap Hanum dengan semangat sambil membersihkan meja etalase . Dewina dan Santi melihat Hanum begitu senang ikut senang . Mereka membersihkan bersama-sama sambil melantunkan sebuah lagu .
Tiba-tiba terdengar suara seseorang ikut menyanyi , mereka terkejut menoleh ke segala arah namun tidak ada siapa-siapa ,mereka berhenti menyanyi dan dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya kemudian menutup pintu dan mengayuh sepeda dengan cepat .
"Kalian ini bikin aku takut aja ," teriak Hanum . Dewina dan Santi menoleh ke arah Hanum kemudian melihat ke belakang tepatnya ke warung . Seseorang melambaikan tangan sambil tertawa dan hanya Santi yang melihat , Santi merasa ketakutan langsung tancap pedal dengan cepat ia mengayuh sepedanya .
Hanum dan Dewina merasa heran dengan Santi yang begitu ketakutan . "Apa Santi melihat sesuatu sampai ketakutan begitu ?" tanya Hanum kepada Dewina . "Mungkin ," jawab Dewina menoleh ke arah warung makan namun tidak ada siapa-siapa begitu juga Hanum .
Dewina dan Hanum berpisah dan mengayuh sepeda sampai rumah dengan santai . Dewina menikmati perjalanan malam dengan tenang dan senang karena tidak ada yang mengganggu tapi saat ia akan memasuki rumah seseorang menepuk bahunya .
Dewina berjingkat karena terkejut kemudian menoleh ke belakang . Kedua orang di depan rumah saling memandang tak ada sapa karena merasakan sesuatu .