Apa jadinya jika hidup di jaman para pendekar tidak bisa berlatih tenaga dalam?
." apakah kamu ingin menjadi kuat dan membalas dendam wira?"
"'iya tentu saja kek.."
" jika aku bilang kamu tidak bisa membalas dendam kamu percaya?"
" Wira kenapa kakek?"
Begini Wira,, 3 jari dibawah pusar ada satu titik vital sebagai pusat tenaga dalam pada manusia.
titik vital yang ada di dalam tubuh mu akibat pukulan Sura Keling,entah dia sengaja atau tidak , telah terluka sangat parah.
menurut perhitungan ku, kemungkinan besar telah hancur, semoga saja itu salah.
aku tak tau apakah di masa depan kamu bisa sembuh atau tidak, yang jelas untuk saat ini kamu tidak mungkin bisa membangkitkan tenaga dalam mu... entah sampai kapan..
maaf Wira..tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menolong mu, aku sangat berharap hitungan ku salah.
benarkah demikian? di dunia ini segala nya tak pasti, hanya satu yang pasti , yaitu mati !
cerita ini masih tersambung dengan cerita "tahta berdarah sang pangeran"!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lintang88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal kata mesum
Siang itu Wira ada di desa bernama bangun sari, dia tengah menyantap ayam kampung bakar yang jadi kegemaran nya, sudah tiga ekor dia habiskan sendiri.
Wira menyadari ada beberapa pasang mata mengawasinya secara sembunyi, dia tidak peduli , berpura pura tidak tahu, tetap asik menyantap makanan nya sambil sesekali menggoda pelayan disini.
" neng cantik... kendi air nya bolong nih.."
" ah masa den..?"
" iya ..ini kosong..tidak ada air nya.."
" eleh....bilang aja mau minta tambah air minum nya den...!!"
" hahaha...iya.. neng cantik pintar..sekalian minta Dogan muda nya ya neng cantik.."
" eh neng cantik, kalo di sini ada penginapan tidak ya..aku malas pulang.."
" disini mah tidak ada den..paling biasanya kalau mau menginap bisa minta ijin ke Kuwu desa ."
" oh gitu ya .kalau menginap di rumah neng cantik apa boleh?"
" boleh..kalo mau di bacok bapak..hahaha'
" eh aku serius nih neng cantik, "
" oh... serius ya .ayo tanya bapak kalo gitu"
" ayo "
ditemani pelayan , Wira menghampiri pemilik warung, setelah di jelaskan pemilik warung mengerti dan dia berkata
"Jika Aden tidak keberatan Aden bisa istirahat di gubuk mamang , hanya tempat nya di tengah sawah den, jika satu atau dua hari , lumayan lah..disana lengkap kok.."
" oh.. gitu ya.. makasih mang aku di gubuk mamang saja,aku sudah selesai makan jadi berapa Sekalian sama bayar sewa gubuk nya.."
" hushhh..gubuk nya gratis, tidak ada sewa sewa an, bayar makan nya saja..sebentar mamang hitung ."
puas makan Wira melanjutkan perjalanan keluar gerbang desa , sawah hijau terbentang luas, di salah satu sawah ada gubuk yang dikatakan pemilik kedai makan, kesanalah tujuan Wira,
" krik .krik..krik..." suara jangkrik berbunyi , api unggun kecil menyala dari sebuah gubuk kecil di tengah sawah.
" sampurasun.. permisi.."
sekian lama menunggu tidak ada orang yang menjawab
aneh..tidak ada orang aku yakin dia tadi ada disini , api unggun nya menyala, ah..sebodo amat, badanku lelah, aku istirahat saja sebentar disini .
orang yang datang seorang perempuan muda berpakaian pangsi hitam hitam, rambut nya dikuncir kuda, dia membawa buntalan kain lumayan besar dan sebilah golok panjang.
pondok itu kosong,tapi ada api unggun yang menyala, ada Periuk ada kendi air, di Periuk , ada singkong dan ubi rebus yang masih hangat.
sambil duduk perempuan itu melahap habis makanan yang ada di Periuk
di kegelapan Wira tersenyum, ini salah satu pasang mata yang ikut mengawasi dan mengikuti nya.
Rumah kepala desa terang , tiap sudut pagar ada empat penjaga , di tengah halaman ada sepuluh orang, di empat penjuru rumah ada satu penjaga
sosok bayangan bergerak cepat,dia lah Wira , malam ini dia menyantroni rumah Kuwu desa bangun sari, rumah ini pernah dia datangi satu Minggu lalu, dia datang lagi untuk mengambil sisa harta si Kuwu . dia melumpuhkan empat penjaga pagar Tampa kesulitan berarti, dia melompat, langsung masuk rumah,
" hei siapa ..
" buk " sebuah sodokan siku di dada nya membuat orang itu terdiam, sesak nafas lalu jatuh,
" awww... siapa kamu..tolong...rampok .. rampok mesum.."
Wira salah masuk kamar, kamar ini ternyata milik selir si Kuwu, kebetulan selir ini sedang berganti baju, malam ini giliran nya melayani si Kuwu.
Wira bergerak cepat, memukul ringan tengkuk nya, perempuan itu pinsan , Wira menahan tubuh perempuan itu, menggendong nya, ingin meletak kan nya di atas tempat tidur, ketika tiba tiba
" brak..." pintu kamar terpentang lebar
" bajingan..rampok mesum, lepaskan istriku "
Wira meletakkan tubuh perempuan itu, sayang mulutnya terlalu ringan ,asal asalan dia menjawab.
" tuh sudah aku taruh,payah..segitu saja sudah pinsan.."
maksudnya Wira adalah pukulan ringan di tengkuk perempuan itu tapi yang mendengar salah tanggap
" bajingan..sudah kau apakan istri ku.."
" hanya aku begitu kan seperti biasa.."
" ahhhh..bangsat..sudah perampok, ternyata juga bajingan mesum,keparat kau..,bunuh dia..aku ingin menguliti nya.."
empat sabetan golok berkelabatan, empat kali tendangan di lepaskan Wira dalam jurus " kumaha aing," tendangan nya asal, mengarah ke perut dalam gerakan lambat
lawan meremehkan, tetap melanjutkan serangan sabetan golok , mereka yakin sabetan golok mereka lebih cepat
"ugh..ugh ."
empat orang sama menunduk , perut mereka mulas kena tendangan kaki Wira .
saat golok berkelebat Wira menjatuhkan diri,seperti orang terpeleset, dia bukan saja menghindari sabetan golok,tendangan kaki nya yang tadi terlihat menendang secara asal dan lambat terus maju, malah semakin panjang jangkauan nya karena gerakan Wira yang seperti orang terpeleset itu .
empat lain nya maju, Wira tak menunggu, dia melanjutkan serangan nya,
"plak .plak.."
Wira menampar empat penjaga hingga terdorong mundur.
perlahan dia maju, para penjaga mundur, Wira terus maju hingga sampai halaman, memang ini yang dia mau, di kamar terlalu sempit, tidak leluasa bergerak, membuang waktu saja Wira dikepung hampir dua puluhan orang bersenjata kan golok, 8 orang yang tadi dia tendang dan tempeleng juga ikut bergabung, Wira tak membuang waktu,dengan 7 langkah dewa dan layang kumintir nya dia bergerak, cepat, merampas satu golok, dan.. pembantai an pun terjadi...tapi tidak berdarah darah .
wira bukan pendekar haus darah,dia menggunakan gagang golok untuk menyodok perut lawan hingga mulas, menggunakan badan golok untuk menggebuk pundak hingga tulang pundak nya terasa patah, menendang tulang kering kaki lawan nya hingga tak bisa bangun, itu saja yang dia lakukan , hanya melumpuhkan lawan.
Ki Kuwu gemetar, golok telah menempel di lehernya padahal sisi tajam nya di balik, yang menempel di leher sisi tumpul golok.
" harta mu atau burung mu..pilih cepat , apa jadinya ya dengan istrimu jika burung mu ku tebas ? Apa dia bisa puas ??
Ki Kuwu makin gemetar tak sanggup membayangkan jika harus jadi kasim..
" jangan jangan ."
terpaksa dia menyerahkan harta yang tersisa sambil berurai air mata , burung lebih berharga daripada harta !
Tidak ada lagi yang menghalangi Wira, dia berjalan sambil membawa peti uang, dua puluh orang tergeletak tak berani bangun saat Wira melewati mereka.
" plok .plok.plok..hebat...hebat.."
terdengar suara tepukan tangan disertai meluncur turun sosok tubuh dari atas genting rumah, Wira hanya tersenyum, dia tau siapa yang datang.tampa berbalik Wira melemparkan golok nya
" wutttt..."
" ahhh sosok yang meluncur turun gelagapan tak menyangka langsung diserang..
"Trang.."
dia berhasil menyabet serangan golok dengan golok nya , tapi tangan nya gemetar, golok panjang nya nyaris terlepas .
Wira tetap melanjutkan jalan nya .
" hei tunggu..rampok sombong..hiattt"
Wira hanya menggeser kaki ke samping,sama sekali tidak berbalik badan untuk menghindari serangan dari arah belakang nya, dia terus berjalan, menuju pintu gerbang ingin keluar
sosok penyerang itu ternyata perempuan, merasa diremehkan dia semakin kesal, menyerang Wira habis habisan
" lawan aku..lawan aku . jangan hanya menghindar pengecut!!"
sabetan golok berkelebatan sangat cepat kesana kemari, Wira menghindar dengan gerakan yang sangat lambat, bahkan seperti orang mabuk, sempoyongan tak karuan,
" bajingan..sialan.. sialan.."
perempuan itu kesal setengah mati, Wira seperti terpojok dekat tembok, dia sudah menyangka akan menang, tapi dia kecewa , tak satupun serangan nya yang berhasil,
" rampok sialan, buka topeng mu, lawan aku, seribu jurus aku ladeni...ayo lawan aku jangan cuman menghindar...!"
perempuan itu menyilangkan golok di depan dada, kakinya sedikit terpentang dengan posisi badan yang agak direndahkan, dia bersiap dengan jurus andalannya
" lawan aku bajingan .hyaaaa..."
" sesuai keinginan nan mu neng tik ."
Wira membarengi gerakan lawan, saat sudah dekat tau tau tubuh nya berkelit kesamping,tangan nya merangkul pinggang perempuan itu,
" cup . cup,cup.."
tiga kali Wira mengecup pipi gadis itu sambil berbisik
" ini hukuman karena berani menghabiskan singkong rebus ku, nengtik.. Eneng yang cantik.. sampai jumpa lagi.."
Wira melompat tinggi melewati tembok menggunakan aji Titian Bayu nya ,dengan cepat dia telah menghilang di kegelapan malam
" sialan.... rampok mesum... mesum!!!"
perempuan itu berteriak sekuat tenaga nya, wajah nya merah , malu tak berhasil mengalahkan lawan, malah kena di cium... sialan..