NovelToon NovelToon
Kau Hancurkan Hatiku, Ku Hancurkan Keluarga Mu

Kau Hancurkan Hatiku, Ku Hancurkan Keluarga Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Pernikahan rahasia
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cahyaning fitri

Kau Hancurkan Hatiku, Jangan Salahkan aku kalau aku menghancurkan Keluargamu lewat ayahmu....

Itulah janji yang diucapkan seorang gadis cantik bernama Joana Alexandra saat dirinya diselingkuhi oleh kekasihnya dan adik tirinya sendiri.

Penasaran ceritanya???? Yuk kepo-in.....

Happy reading....😍😍😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 : Rosa Drop

Bram melangkah gembira masuk ke rumahnya, senyumnya tak lekang dari wajah. Ia baru saja pulang dari perjalanan bisnis yang tak hanya sukses, tapi juga penuh kenangan menyenangkan. Setiap langkahnya ringan, seolah membawa kisah-kisah seru yang hanya ia yang bisa merasakannya.

Langkahnya tiba-tiba terhenti, saat seorang art berjalan ke arahnya dengan langkah tergesa. Wajahnya terlihat cemas. Seolah-olah ada sesuatu yang tengah terjadi, dan ia tak tahu.

"Ada apa, Bi?" tanyanya, tiba-tiba dirinya dilanda kecemasan.

"Nyonya, Tuan," jawabnya terbata.

"Ada apa dengan Nyonya?" tanya Bram, penasaran.

"Nyonya masuk RS,"

"APA?" kaget pria itu.

-

-

Di rumah sakit swasta Bram berjalan cepat menyusuri lorong rumah sakit. Langkah kakinya cepat dengan mimik cemas dan khawatir.

Jantung Bram berdegup kencang, dengan perasaan berkecamuk. Bram sangat mengkhawatirkan Rosa yang kata salah satu art-nya mendadak drop.

“PIh?”

“Bagaimana tiba-tiba mami drop, Kev?” tanya Bram yang baru saja menghampiri putranya di depan ruang ICU.

“Nggak tau, Pi. Aku ditelepon Bi Rini disuruh pulang karena Bibi menemukan mami tergeletak di kamarnya,” jawab Kevin memberikan alasan.

Bram melangkah pelan menuju ruang ICU, hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran dan kesedihan. Saat dia mencapai kaca besar yang memisahkan ruang ICU dengan area tunggu, pandangannya langsung tertuju pada sosok lemah di balik kaca. Rossa, istri tercintanya, terbaring di brankar dengan selang oksigen menempel di tubuh. Wajah yang biasanya cerah dan bersemangat kini terlihat pucat dan lemah.

Bram mengambil napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri, tapi rasa khawatir dan takut kehilangan orang yang dicintai terus menghantui.

Tak berapa lama, tiba-tiba dokter datang mendekat.

“Dok, bagaimana keadaan istri saya?” tanya Bram terlihat cemas dan khawatir.

“Keadaan Bu Rosa agak menurun, Pak. Tekanan darahnya juga menurun.” Kata Dokter menjelaskan.

“Tapi…. bagaimana itu bisa terjadi, Dok?”

“Melihat riwayat sakit yang diderita Bu Rosa, kondisi drop seperti ini akan sering terjadi, Pak. Kita sebagai keluarga harus bisa menjaga perasaannya, selalu memberikan support dan selalu berada di sisinya? Dukungan keluarga sangat Bu Rosa butuhkan untuk saat ini?” kata Dokter.

“Saya paham, Dok,” angguk Bram, wajahnya sedih.

“Kita berdoa saja ya, Pak? Semoga keadaan Bu Rosa tidak semakin memburuk?”

“Tolong usahakan yang terbaik untuk istri saya, Dok? Saya mohon….?”

“Tentu saja, Pak. Kami akan memberikan yang terbaik untuk Bu Rosa? Bapak berdoa saja ya?”

Bram mengangguk, tubuhnya merosot, lemah. Sebuah gelombang penyesalan yang dalam menghantam dirinya dengan kekuatan penuh. Hatinya remuk redam, menyesali tindakannya yang penuh kelalaian. Bagaimana mungkin dia masih bisa tersenyum dan bersenang-senang, sementara istrinya, jiwa pasangannya, terkapar tak berdaya di brankar putih yang sepi di rumah sakit. Ironi keadaan itu menyesakkan dada, menusuk ke dalam hati yang paling dalam.

“Papi 3 hari ini kenapa tidak menghubungi mami? mami sudah berusaha menelpon papi. Tapi katanya ponsel papi tidak aktif?” ujar Kevin setelah dokter pergi meninggalkan keduanya.

Suara Bram tercekat mendengar perkataan dari putranya. Dia bingung bagaimana harus menjelaskan pada putranya agar tidak curiga.

Seketika otak Bram berhenti cerdas. Bahkan ia tidak memaparkan alasan kenapa dirinya tidak memberi kabar pada mamanya Kevin. Namun kalau dia tak memberi alasan, Kevin akan terus menatapnya penuh curiga.

“Maaf, Vin. Ponsel papi rusak. Terjatuh. Terpaksa papi membawanya untuk diperbaiki. Ada ponsel lain. Kamu kan tau, ponsel satunya khusus untuk bisnis. Jadi hanya nomor teman-teman pengusaha saja yang papi simpan. Maafkan papi, Vin. papi benar-benar nggak tau kejadiannya bakal kayak gini?” jelas Bram, memberikan alasan.

“Lain kali papi harus menyimpan nomor ku dan nomor mami juga di ponsel satunya. Kami ini keluarga papi. Setidaknya kalau ponsel yang satu tidak bisa dihubungi, masih ada ponsel yang satunya. Yang terpenting papi bisa selalu memberikan kabar. Mungkin kondisi mami drop, karena terlalu memikirkan papi yang 3 hari menghilang tanpa kabar.” Kata Kevin, memukul kenyataan.

Bram mengusap gusar wajahnya, tiba-tiba pria itu merasa bersalah setelah mendengar penjelasan dari putranya, yang mengatakan bahwa kondisi Rossa drop karena tiga hari ia tak memberi kabar apapun.

Hati Bram langsung tertusuk dengan kenyataan. Tanpa malu, dia bersenang-senang dengan istri mudanya tanpa memikirkan perasaan Rossa, istri sahnya.

-

-

Setelah menunggu dua hari, akhirnya kondisi Rosa mulai stabil, dan dokter memindahkan Rosa ke ruang perawatan. Bram bernafas lega, akhirnya kondisi sang istri mulai membaik, meski hati masih diliputi perasaan bersalah.

Dengan setia, Bram duduk menunggui istrinya di ruang rawat inap VIP. Bram meraih tangan Rossa, lalu menciumi tangannya dengan sayang. Sebegitu cintanya ia dengan istri pertamanya.

“Maafkan papi, Mi. Papi benar-benar menyesal sudah mengabaikan mama?” kata Bram penuh penyesalan.

“Papi juga sudah mengkhianati mama. Maafkan Papi, Mi?” namun Kalimat itu hanya berupa gumaman saja.

Di depan Rosa yang masih terpejam, Bram berani mengakuinya. Namun, pria itu tidak akan berani mengakui hal itu saat Rosa tersadar.

“Jerat perempuan itu benar-benar sudah membuat, aku melupakan wanita yang paling kucintai dalam hidupku. Maafkan aku, Sayang?” gumamnya.

“Aku janji akan memperbaiki semuanya. Aku akan meninggalkan perempuan itu…..!” ucapnya lirih.

“Pa….?” panggil Rosa. Bram terkesiap melihat istrinya baru saja membuka mata.

“Rossa….? Kamu sudah sadar?” senang Bram melihat istri istri tercintanya sudah membuka mata.

“Aku akan memanggil dokter….!”

Rossa hanya mengangguk kecil, lalu melemparkan senyum.

Begitu sang suami keluar dari ruangan, air matanya meleleh begitu saja.

Rossa mendengar jelas pengakuan Bram. Sangat jelas.

Dia sadar beberapa menit yang lalu, saat akan membuka mata, dia mendengar sang suami menangis sambil bermonolog sendiri. Disitulah Rossa mendengar kalimat demi kalimat yang suaminya ucapkan.

Tak berapa lama, pintu ruangan terbuka dari luar. Rosa yakin itu Bram, ia pun buru-buru mengusap air matanya.

Dokter memeriksa denyut nadi Rossa dengan seksama, sambil bertanya tentang keadaannya, “Gimana keadaan Anda, Bu Rossa?" tanyanya dengan nada yang lembut dan penuh perhatian.

"Lebih enakan, Dok." Jawab Rossa terbata-bata.

Meskipun Rossa berusaha tersenyum, wajahnya masih terlihat pucat dan lemah.

Dokter terus memeriksa kondisi Rossa, termasuk memeriksa mata dan tenggorokannya. Ketika dia menyinari mata Rossa dengan senter, Rossa sedikit memejamkan mata karena silau.

"Maaf, Bu Rossa," kata dokter dengan nada yang sopan.

Rossa membuka matanya perlahan-lahan, sambil mengedipkan mata untuk menghilangkan rasa silau. Dokter terus berbicara pada perawat, dan perawat itu mencatat hasil pemeriksaan dokter.

“Alhamdulillah, Bu Rossa sudah semakin membaik, Pak Bram. Tolong dijaga kondisinya ya. Jaga juga perasaannya?” canda dokter itu, tersenyum tipis.

Memang cuma bercanda, tapi ucapan dokter itu seperti menampar dirinya untuk sadar dari sebuah kenyataan.

Sementara Rossa hanya tersenyum tipis, mengucapkan terimakasih.

“Sama-sama, Bu Rossa. Silahkan ibu beristirahat. Nanti saya akan datang lagi untuk memeriksa. Saya mohon permisi ya, Bu, Pak.” Pamit dokter yang ber-tag name, dokter Wirawan.

“Silahkan, Dok!” sahut keduanya bersamaan.

“Sayang….?’ panggil Bram dengan lembut.

“Bagaimana perasaan mu?” tanya Bram begitu perhatian.

“Baik, Pih,” jawab Rossa berusaha tenang. Dia tidak menunjukkan perasaan kecewanya pada sang suami.

“Maafkan papi ya. Tiga hari nggak memberi kabar. Ponsel papi rusak, Mi. Dan kebetulan di ponsel satunya, papi tidak menyimpan nomor mami dan Kevin. Ini memang kesalahan papi. Mami boleh marah sama papi?” kata sang suami penuh penyesalan.

Rosa memandang suaminya dengan tatapan yang sarat kelembutan, menimbang-nimbang setiap detail dari raut wajah pria yang telah bersamanya selama bertahun-tahun. Namun di balik tatapan itu, sebuah kesedihan mendalam merayap dalam hatinya. Sebagai seorang istri, Rosa merasa ia telah gagal dalam memberikan kebahagiaan yang seutuhnya kepada suaminya. Sebuah kewajiban untuk memenuhi nafkah batin yang kini terasa semakin berat dan tak terjangkau.

Dia sudah bertahan sejauh ini, namun tidak seharusnya Bram, sang lelaki yang telah berjanji akan setia, menghianati cinta serta kepercayaan yang telah mereka bina bersama.

Rosa menatap mata Bram, dia bisa melihat bayangan pengkhianatan yang bersembunyi di balik sorot mata yang hampa, sebuah pukulan yang menghancurkan segala kepercayaan yang pernah ada. Kesetiaan yang telah terbelah, dan hati Rosa yang tercabik-cabik.

Kekecewaan dan pengkhianatan itu bagai racun yang terus mengalir dalam darah, mengikis setiap sisa kebahagiaan yang pernah dimiliki.

“Nggak apa-apa, Pih?” kata Rosa berusaha menahan tangisnya yang hampir meledak.

“Papi seneng, mama sadar. Tolong jangan tinggalkan papih dan Kevin, Mih. Kami berdua sangat sayang sama mami!”

“Mami juga sangat sayang kalian?” Rosa tersenyum lebar, berusaha bersikap biasa saja. Bram bahagia, ia menciumi punggung tangan wanitanya dengan lembut.

“Apa urusan pekerjaan papi di Jepang sudah selesai?” tanya Rosa, melepaskan genggaman tangan suami dari tangannya.

“Sudah, Mi. Semua ini berkat doa-doa mami selama ini?”

“Alhamdulillah kalau begitu….? mami turut seneng,” kata Rosa mengulas senyum terpaksa. Padahal hatinya terasa sakit.

“Dimana Kevin, Pih?” tanya istrinya sambil celingukan.

“kevin pamit pergi tadi. Dia mau jemput pacarnya….?”

"Oh," perempuan itu membulatkan bibir.

TBC....

Komen, Komen, Komen....

1
US
bagus alurnya thor /Drool/
Cahyaning Fitri: Terima kasih 😘😘😘
total 1 replies
Fang
Kisah yang menyentuh hati.....😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!