Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 26
Dinda terdiam, saat mendengar pertanyaan dari raffael. dia bingung harus memberikan jawaban apa, pada raffael.
Dinda pun akhirnya memutuskan, untuk memberikan jawaban sejujur-jujurnya. namun di saat dinda akan angkat bicara, tiba-tiba saja ponsel milik raffael berdering.
Dinda pun, menghela nafas pelan. bersyukur dirinya tidak jadi, memberikan jawaban pada raffael.
Berbeda dengan raffael, yang terlihat kesal saat melihat nama, yang tertera pada ponsel.
"Siapa, raf?" tanya dinda, saat melihat raffael yang terlihat kesal.
Raffael pun memperlihatkan layar ponselnya, pada dinda. "Ganggu aja." gerutu raffael yang kemudian, mengangkat panggilan dari Roy.
"Halo! Ada apa?" tanya raffael, ketus.
"Halo raf! Lo bawa dinda, kemana sih? Nih, Vano nanyain dinda terus, dari tadi! " jawab Roy yang terdengar kesal, dari seberang telepon.
"Gue lagi makan sama dinda. Bilang sama Vano, sebentar lagi kita, pulang." ujar raffael, memberitahu.
"Ya udah, cepetan! Awas aja kalau lo bawa dinda, ke tempat lain! " sahut Roy, ketus.
Setelah mengatakan hal itu, Roy pun memutuskan panggilannya sepihak. raffael yang menerima perlakuan dari Roy, seketika terkejut. sebab dengan tidak sopannya, Roy mematikan panggilannya tanpa permisi.
"Dasar, enggak jelas!" gerutu raffael, pelan.
Melihat hal itu, dinda pun menatap heran raffael. "Ada apa Roy? Apa terjadi sesuatu, pada vano?" tanyanya khawatir.
Raffael pun menggeleng pelan. "Semuanya baik-baik saja, din. Hanya kata Roy, Vano nanyain kamu. Mungkin dia rindu, sama mamahnya." jawabnya terkekeh.
Dinda pun tersenyum, merasa lega saat mendengar kabar dari raffael, tentang gevano.
Raffael yang tidak ingin, membuat gevano menunggu lebih lama lagi mengajak dinda, untuk pulang.
Tidak lupa, dia pun memesankan makanan untuk gevano, dan yang lainnya. raffael pun melajukan motornya, dengan kecepatan sedang. sebab kali ini tanpa harus di suruh, dinda berpegang pada pinggangnya.
Tak membutuhkan waktu lama, mereka berdua pun sudah sampai, di halaman rumah sakit.
Dinda dan raffael pun, berjalan beriringan masuk ke dalam rumah sakit. semua orang menduga, jika mereka berdua adalah pasangan suami istri.
Raffael yang berada di samping dinda, selalu saja curi-curi pandang. membuat dinda yang berada di sampingnya, merasa salah tingkah.
Ingin sekali dinda menegur raffael, namun jika di pikir lagi, itu semua adalah haknya raffael untuk mengagumi seseorang.
Dinda memilih bersikap acuh saja, meskipun perasaannya saat ini terasa tidak menentu.
Sesampainya di ruangan gevano, dinda dan raffael langsung masuk saja. bahkan kedatangan mereka pun, di sambut gevano dengan bahagia.
"Mamah...! Papah...!" panggil gevano, bahagia.
Dinda dan raffael saling menatap satu sama lain, ketika gevano memanggil mereka layaknya sepasang suami-istri.
Raffael seketika berdehem pelan, untuk menetralkan jantungnya yang berdegup kencang.
Entah kenapa, dirinya sangat bahagia ketika berada dekat dengan dinda dan gevano.
Dinda hanya tersenyum tipis, menatap ke arah gevano yang masih tersenyum. dia pun berjalan menghampirinya. "Siapa, yang rindu sama mamah?" tanyanya lembut.
"Vano, lindu mamah." jawabnya, memeluk dinda erat.
Dinda membalas pelukan gevano, dan tersenyum. "Maafin mamah, karena perginya terlalu lama. Pasti Vano khawatir, sama mamah."
"Vano, enggak khawatil mah. Kalena mamah pelginya, sama papah. Cuma tadi om loy bilang, kalau Vano halus pula-pula nangis. Kalena mamah, pelginya lama." ujar gevano polos, memberitahukan semuanya.
Roy yang merasa terciduk pun, menepuk jidatnya keras. rencananya membohongi dinda dan raffael, terbongkar sudah oleh gevano.
Raffael dan dinda, menatap tajam ke arah Roy secara bersamaan.
"Sorry. Gue hanya bercanda." ucap Roy terkekeh.
Raffael mendelik, saat Roy dengan tanpa rasa berdosa menyebutkan, jika semuanya hanya candaan.
Dinda pun menatap gevano. "Sayang, kalau ada orang yang menyuruh mu, berbohong. Jangan di turuti, ya." ujar dinda, lembut.
"Memangnya kenapa mah?"tanya gevano polos.
"Karena sikap berbohong itu tidak baik, gevano. Jadi lain kali, jangan dengarkan perkataan om Roy. Sebab dia, sesat." Raffael mendekati gevano, dan memberikan sedikit nasihat.
Kini giliran Roy yang mendelik, saat mendengar perkataan raffael, yang mengatakan bahwa dirinya sesat.
Dinda tersenyum tipis, melihat raffael dan Roy yang terlihat seperti anak kecil. dia pun segera melerai sebelum terjadi keributan, yang selalu membuatnya pusing.
"Sudah-sudah. Lebih baik, kalian makan dulu." sahut dinda menengahi. Kemudian dia pun, memperhatikan setiap sudut ruangan, seakan sedang mencari sesuatu. "Inces mana?" tanyanya heran.
"Dia pulang dulu, karena harus masuk kerja pagi." jawab Roy, berjalan menghampiri ranjang gevano.
Dinda mengangguk pelan, sebagai jawaban. dia tahu jika tempat kerja inces, tidak memberikan libur lebih. sehingga inces selalu, harus bekerja.
"Raf, sepertinya kita juga harus pulang dulu, ke jakarta." ucap roy, di sela makannya.
Raffael yang sejak tadi memperhatikan gevano pun, seketika mengalihkan pandangannya. "Kenapa?" tanyanya, dengan nada tidak suka.
"Besok. Di perusahaan ada sedikit masalah. Seperti biasa, ada orang-orang yang tidak bertanggung jawab, sudah berbuat seenaknya pada perusahaan, lo." jawab roy, dengan nada bicara serius.
Raffael menghela nafas kasar. "Baiklah... besok kita kembali ke jakarta." sahutnya dengan berat hati.
Gevano yang mendengar hal itu pun, langsung menatap Raffael lekat. "Papah mau pulang, kemana? Bukannya papah, akan tinggal di lumahnya vano." ucap gevano tiba-tiba sedih.
Gevano tidak rela, jika Raffael harus meninggalkannya lagi. baru saja gevano merasakan kebahagiaan sebagai anak, yang lengkap dengan kehadiran kedua orang tuanya.
Dinda yang melihat hal itu pun, merasa ikut sakit hati. dia pun segera, menenangkan gevano yang mulai terisak.
"Vano...papah hanya pergi, sebentar saja. Nanti juga papah, akan kembali ke sini lagi. Jadi, Vano tidak boleh bersedih lagi." ujar dinda lembut.
Gevano pun, menatap dinda. "Tapi bagaimana, kalau papah sampai tidak pulang lagi, ke sini mah. Vano takut, papah di sana punya anak balu." sahut Vano, berprasangka buruk.
Dinda, Raffael dan roy, tercengang, saat mendengar perkataan gevano, yang terdengar ambigu.
Bisa-bisanya gevano berpikiran seperti itu, tentang orang tuanya sendiri.
"Vano...kamu jangan berpikir, seperti itu. Kamu harus percaya, jika papah termasuk orang yang setia, sayang. Jadi tidak mungkin, papah mempunyai anak selain, Vano." Dinda pun kembali, menenangkan gevano.
Raffael tersenyum tipis, saat mendengar perkataan dinda yang menyebutkan dirinya, seorang yang setia. hatinya merasa senang, karena secara tidak langsung, dinda mengakui akan kesetiaannya.
Roy yang mendengarkan perkataan dinda, terlihat sebal. dia pun memberikan jari tengah, pada Raffael yang tersenyum penuh percaya diri.
"Tapi Vano, tetap tidak mau...papah pelgi, mah. Kalau papah pelgi. Vano juga, mau ikut sama papah!" rengek gevano.
Dinda menghela nafas kasar, entah bagaimana lagi dirinya harus menjelaskan pada Vano, bahwa Raffael akan kembali ke desa itu.
Kini giliran Raffael, menjelaskan pada gevano. "Vano, papah janji...tidak akan lama di sana. Vano mau papah, bawakan apa dari sana?" tanyanya lembut.
Gevano nampak berpikir. "Vano mau adek, pah. Biar papah pelgi, Vano tetap ada teman main." celetuk gevano, santai.
lanjut Thor 🥰