NovelToon NovelToon
Legenda Pendekar 2 Naga

Legenda Pendekar 2 Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Agen one

Perjalanan Xiao Chen dan Ling Ye, dua pendekar naga yang akan menjelajahi dunia untuk menumpaskan semua Iblis dan membela kemanusiaan.

inilah kisah suka dan duka 2 pendekar naga yang akan menjadi Legenda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27: Ilusi rasa bersalah

​Setelah menemukan kerangka-kerangka kultivator yang hancur, Xiao Chen dan Ling Ye meningkatkan kewaspadaan mereka hingga batas tertinggi. Mereka tidak lagi hanya mengkhawatirkan serangan fisik, tetapi juga invasi spiritual dan manipulasi mental.

​Mereka memilih rute yang lebih sulit, melewati formasi batu yang menjulang tinggi, memaksa mereka untuk naik-turun di medan yang curam dan licin. Kabut Kelabu Abadi di sini bergerak lebih cepat, berputar-putar seperti hantu yang gelisah, seringkali membuat mereka kehilangan orientasi total.

​Xiao Chen memimpin dengan Qi Dominasi yang dingin di sekitarnya. Ia tidak lagi mencoba meniru Qi lingkungan, melainkan memancarkan Qi yang menolak, menciptakan zona kecil kejelasan spiritual di mana ilusi sulit menancapkan akarnya.

​Namun, meskipun Xiao Chen melindungi jalur, kabut lembah itu cerdas dan agresif secara mental. Ia menyerang titik terlemah dalam jiwa Ling Ye: rasa bersalah dan ketakutan terbesarnya.

​Tiba-tiba, Ling Ye menghentikan langkahnya di tengah tanjakan berbatu. Tubuhnya membeku kaku, dan napasnya tercekat.

​"Ling Ye,kau kenapa?" bisik Xiao Chen, segera berbalik dengan Pedang Naga Langit teracung.

​Ling Ye tidak menjawab. Matanya, yang seharusnya penuh dengan Qi Pemurnian Putih, kini kosong dan dipenuhi kengerian.

​Kabut di depan Ling Ye mengental, dan ia melihat sosok orang tuanya yang sudah meninggal—berdiri kaku di hadapannya, wajah mereka pucat dan sedih.

​"Mengapa kau meninggalkan kami, Ling Ye?" Suara ibunya terdengar, penuh kekecewaan spiritual yang menembus pertahanan Qi Pemurniannya.

​"Kau telah gagal menepati janji untuk melindungi kami." tambah suara ayahnya, tangannya menunjuk ke dada Ling Ye. "Kau adalah anak durhaka yang tidak berguna!"

​Ling Ye tersentak mundur, meronta-ronta di bawah tuduhan spiritual yang kuat. Ia tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang ilusi. Rasa sakit masa lalu yang ia simpan dalam-dalam di jiwanya kini ditarik keluar oleh Lembah itu, menguras Qi mentalnya dengan kecepatan yang menakutkan.

​"Tidak! Aku... aku sudah mencoba!" gumam Ling Ye, tangannya mencengkeram kepalanya. Ia terhuyung-huyung ke samping, hampir terjatuh ke jurang sempit di samping mereka.

​Melihat Ling Ye benar-benar lumpuh oleh serangan mental, Xiao Chen tahu bahwa ilusi spiritual jauh lebih mematikan daripada Manifestasi Qi Bayangan.

​Xiao Chen melemparkan Pedang Naga Langit ke samping (yang segera menusuk batu dan berdiri tegak sebagai jangkar), dan dengan cepat memeluk Ling Ye, menariknya menjauh dari tepi jurang.

​"Ling Ye! Lihat aku! yang kau lihat Itu tidak nyata!" seru Xiao Chen, suaranya keras dan penuh Qi Dominasi.

​Ia mengalirkan Qi Naga Hitamnya—bukan untuk menyerang, tetapi untuk menstabilkan Ling Ye. Qi Dominasi adalah Qi yang mutlak dan murni dari kehendak spiritual. Saat Qi itu memasuki meridian Ling Ye, ia menghalau Qi liar Lembah yang merangkak masuk melalui celah mentalnya.

​Ling Ye berkedip bingung, pandangannya masih kabur. Ia melihat wajah Xiao Chen yang tegas, dan di belakang Xiao Chen, ia masih melihat siluet marah orang tuanya.

​"Mereka... mereka benar, Xiao Chen. Aku tidak cukup kuat dan tidak berguna." bisik Ling Ye, air mata spiritual mengalir dari matanya.

​"DIAM!" teriak Xiao Chen. "Kau adalah Perisai Sejati! Perisai tidak pernah menyerah! Perisai tidak perlu menyerang, kau hanya perlu bertahan! Dan kau telah berusaha untuk melindungi semua orang, dan kau juga telah melindungiku! Kau tidak gagal!"

​Xiao Chen menggenggam bahu Ling Ye dengan kekuatan. Ia memfokuskan semua kehendaknya ke dalam Qi Dominasi, memaksa ilusi yang terbentuk di kabut di belakangnya hancur menjadi kepingan-kepingan Qi tak berarti.

​Saat Qi Dominasi Xiao Chen menarik semua kekacauan spiritual darinya, Ling Ye tersentak kembali ke kesadaran. Ia menarik napas dalam-dalam, mengaktifkan kembali Qi Pemurnian Putihnya. Kali ini, Qi Putih itu lebih kuat, tidak lagi hanya berfungsi sebagai perisai, tetapi juga sebagai obat penawar spiritual.

​"Sialan... Lembah ini," gerutu Ling Ye, menggosok matanya. "Aku hampir...saja dikuasai olehnya."

​"Lembah ini menciptakan hantu dari jiwa yang hancur." kata Xiao Chen, ia mengambil kembali Pedang Naga Langit dan menghela napas lega. "Itulah mengapa mereka menyebutnya Lembah Sepuluh Ribu Bayangan. Itu adalah bayangan pikiran kita sendiri."

​"Bagaimana kau... bagaimana kau bisa mengabaikan ilusi itu?" tanya Ling Ye.

​Xiao Chen menatap kabut yang berputar dengan ekspresi tanpa emosi yang dalam. "Pedang Naga Langit adalah Dominasi Mutlak. Ia tidak mengakui apa pun selain kehendakku. Ilusi itu mencoba menguasai kehendakku, dan aku menolaknya," jawab Xiao Chen. "Tetapi Dominasi hanya bisa menolak ilusi, ia tidak bisa menyembuhkannya. Kita harus meninggalkan Lembah ini secepatnya."

​Mereka melanjutkan perjalanan, kini berpegangan tangan dengan erat (sebuah kontak fisik Qi yang diperlukan untuk menjaga fokus mental). Ling Ye kini berusaha keras untuk menyalurkan Qi Pemurnian ke dalam pikiran Xiao Chen, membalas kebaikan sahabatnya, sambil terus berjuang dalam keheningan melawan bisikan-bisikan pengkhianatan dan penyesalan yang coba disuntikkan Lembah ke dalam jiwanya.

​Setelah Ling Ye berhasil membebaskan diri dari serangan ilusi yang kuat, ia dan Xiao Chen mempererat kontak spiritual mereka. Ling Ye kini memegang erat pergelangan tangan Xiao Chen, Qi Pemurnian Putihnya mengalir sebagai benang penenang yang halus ke dalam meridian Xiao Chen, sekaligus bertindak sebagai peringatan fisik terhadap serangan mendadak.

​Xiao Chen, yang memimpin navigasi, mempertahankan Qi Dominasi yang konstan, memaksanya memurnikan Qi Lembah yang kacau. Ini adalah tugas ganda yang sangat menguras tenaga—berjalan, menolak ilusi, dan memurnikan Qi—tetapi ia tahu ini adalah satu-satunya cara mereka untuk tidak berakhir seperti kerangka di belakang mereka.

​Semakin jauh mereka melangkah ke dalam Lembah, medan mulai berubah lagi. Kabut Kelabu Abadi mulai menipis di bagian atas, menunjukkan bahwa mereka semakin dekat ke ketinggian yang lebih tinggi, yang biasanya menandai pintu keluar Lembah.

​Namun, medan di bawah kaki mereka menjadi jauh lebih berbahaya. Mereka bergerak di lereng berbatu yang sangat curam dan licin akibat embun Qi Lembah. Tanah di bawah mereka adalah batu basal hitam yang rapuh dan tajam, memancarkan aura magnetis aneh yang mengganggu sirkulasi Qi di kaki mereka.

​Tiba-tiba, Xiao Chen terpaksa berhenti total. Di depan mereka, terbentang Jurang Tali Abadi.

​Itu adalah celah raksasa yang memotong lembah menjadi dua, kedalamannya tidak terlihat karena dasarnya tertutup kabut tebal. Lebarnya sekitar sepuluh meter—terlalu lebar untuk dilompati oleh kultivator Pemurnian Qi yang kelelahan.

​Satu-satunya cara untuk menyeberang adalah melalui satu helai tali tebal yang terbuat dari serat tanaman spiritual dan terbentang tegang melintasi jurang.

​"Jurang Tali Abadi..." gumam Xiao Chen, mengingat sepotong pengetahuan dari peta yang ia curi. "Dinamai begitu karena tali itu terbuat dari tumbuhan Qi abadi yang tumbuh di sini, dan jurang ini menarik Qi spiritual apa pun yang jatuh ke dalamnya. Itu adalah jalan satu arah."

​Melihat jurang dan kabut yang masih berputar di bawah, Ling Ye menelan ludah dengan ketakutan.

​"Bagaimana kita bisa menyeberang? Tali itu... terlihat terlalu tipis untuk menahan kita berdua,Xiao Chen." kata Ling Ye, matanya memindai ke seberang.

​"Kita tidak akan menyeberang bersamaan,Ling Ye." putus Xiao Chen. "Kita berdua terlalu berat dan Qi kita tidak stabil. Aku akan menyeberang dulu, menggunakan Qi Dominasi untuk menjaga keseimbangan. Setelah aku sampai, aku akan mengamankan tali dengan Qiku, dan kau akan menyusul."

​Xiao Chen melepaskan Qi Naga Hitamnya ke tangan. Ia menguji tali itu dengan sentuhan ringan. Tali itu dingin dan padat, tetapi licin karena Qi kabut.

​"Aku akan membungkus diriku dengan Qi Putih yang padat," kata Ling Ye, ia mengaktifkan lapis terkuatnya. "Jika aku jatuh, setidaknya aku akan bertahan sebentar sebelum... ditarik Qi."

​Xiao Chen mengangguk serius. "Jangan bicara seperti itu. Kau tidak akan jatuh."

​Xiao Chen melangkah dengan hati-hati ke atas tali. Ia berjongkok rendah, Pedang Naga Langit disarungkan di punggungnya, tetapi tangan kanannya memegang tali dengan erat. Ia mengalirkan Qi Dominasi ke setiap inci tali yang ia sentuh, mengeringkan kelembapan Qi dan membuat cengkeramannya kokoh.

​Pergerakannya sangat lambat, setiap sentimeter adalah perjuangan melawan gravitasi spiritual Lembah. Angin Lembah, yang tidak terlihat, mulai bertiup kencang, mencoba mendorongnya jatuh ke dalam kabut di bawah.

​Setelah perjalanan yang menegangkan selama tiga menit, Xiao Chen akhirnya mencapai sisi seberang. Ia segera mengamankan tali ke formasi batu dan memancarkan Qi Dominasinya untuk menstabilkan tali itu sepenuhnya.

​"Cepat, Ling Ye! Sekarang giliranmu!" seru Xiao Chen.

​Ling Ye, dengan wajah tegang namun mata penuh tekad, menggenggam tali itu. Ia memfokuskan Qi Pemurnian Putihnya hingga ia merasa seringan bulu (meskipun ia sebenarnya sangat berat). Ia meluncur di atas tali, mengandalkan keseimbangan Qi yang sempurna. Ia berhasil mencapai sisi seberang tanpa hambatan sedikit pun.

​Saat mereka berdua mengambil napas di tepi jurang, mereka melanjutkan eksplorasi di area tempat mereka mendarat. Tepat di balik formasi batu, mereka menemukan sisa-sisa pertempuran yang sudah sangat lama.

​Ada tiga lubang dalam di batu basal, yang terlihat seperti bekas hantaman benda tumpul raksasa. Dan di tengah-tengah lubang itu, tertancap sebuah tombak yang berkilauan emas samar—meskipun sudah berkarat, Qi emas yang tersisa di tombak itu begitu kuat hingga membuat mereka berdua terhuyung mundur.

​"Tombak itu...Memancarkan Qi yang sangat kuat," gumam Ling Ye. "Qi ini setidaknya Level Pemutus Jiwa, atau lebih tinggi."

​Xiao Chen memeriksa tombak itu dengan matanya. "Bukan hanya kuat. Qi ini adalah Qi Kekaisaran. Tombak ini milik pasukan Kekaisaran atau kultivator setingkat Jenderal yang mencoba melewati Lembah ini puluhan tahun lalu."

​Di dekat tombak itu, mereka juga menemukan serpihan kecil dari Lambang Kepala Burung Hantu yang mereka lihat sebelumnya, tetapi serpihan ini terlihat jauh lebih tua dan hampir hancur.

​Penemuan ini menjadi konfirmasi yang mengerikan: Lembah Sepuluh Ribu Bayangan adalah titik konflik abadi. Pasukan Kekaisaran, kultivator kuat, dan Organisasi Bayangan telah silih berganti bertarung di sini.

​"Lembah ini bukan hanya jalur, Ling Ye. Ini adalah medan perang yang tersembunyi," kata Xiao Chen, mengambil keputusan di dalam hatinya. Ia tidak berani menyentuh tombak emas itu, tetapi ia menyerap sisa Qi Dominasi yang tersisa di udara dari pertempuran kuno itu.

​Mereka melanjutkan pendakian mereka. Di atas kepala, mereka bisa melihat celah tipis di kabut, sinar matahari murni yang pertama kali mereka lihat sejak memasuki Hutan Inti. Pintu keluar Lembah sudah di depan mata.

​Pendakian terakhir menuju pintu keluar Lembah Sepuluh Ribu Bayangan terasa jauh lebih berat daripada seluruh perjalanan mereka di Hutan Inti. Mereka kini bergerak sepanjang jalur sempit di antara dinding batu basal yang tajam, jalur yang melengkung ke atas seperti corong raksasa.

​Kabut Kelabu Abadi di sini mulai bergolak kencang, seolah enggan melepaskan mereka. Angin yang membawa kabut itu menusuk tulang, dan Xiao Chen merasakan Qi Dominasinya bekerja lembur hanya untuk menjaga tubuhnya tetap hangat dan pikiran Ling Ye tetap jernih.

​Ling Ye, dengan Qi Pemurnian Putihnya yang kini berfungsi sebagai jangkar spiritual, harus berjuang melawan bisikan Lembah yang menggoda dan menghina di setiap langkahnya. Bisikan itu mengejek kegagalannya dan meramalkan kematiannya yang menyakitkan.

​"Xiao Chen... aku... aku mendengar suara mereka lagi." bisik Ling Ye, matanya tertutup rapat saat ia mencengkeram pergelangan tangan Xiao Chen dengan erat.

​"Fokus, Ling Ye! Anggap saja itu udara busuk! Jangan berikan kehendak spiritualmu kepada Lembah!" balas Xiao Chen, suaranya keras dan penuh otoritas yang berasal dari Qi Dominasi yang memuncak.

​Saat mereka mencapai tikungan terakhir sebelum puncak, kabut itu mengganas. Ia mematerialisasi menjadi puluhan mata spiritual yang menatap mereka dari dinding batu. Mata-mata itu tidak menyerang, tetapi tatapan tajam mereka membuat tubuh gemetar dan mengganggu sirkulasi Qi mereka secara parah.

​Xiao Chen tidak punya waktu untuk melawan setiap mata spiritual itu. Ia menarik Pedang Naga Langit dari sarungnya dan menusukkannya ke langit-langit corong batu di atas mereka.

​KREK!

​Xiao Chen mengalirkan sisa Qi Dominasi yang ia miliki ke bilah pedang. Gelombang Qi hitam itu menyebar cepat di sepanjang bilah pedang, beresonansi dengan batu basal Lembah. Qi Dominasi menghantam Formasi Alam yang menciptakan kabut dan ilusi.

​Seluruh Lembah bergetar. Mata-mata spiritual itu meledak menjadi asap dan menghilang dengan lolongan senyap. Xiao Chen telah memaksakan kehendaknya pada Lembah, meskipun itu hanya untuk beberapa detik.

​"LARI, LING YE! SEKARANG!"

​Mereka melesat maju dengan kecepatan maksimal mereka, didorong oleh sisa-sisa Qi dan ketakutan mentah akan Lembah yang baru saja mereka provokasi.

​Tiba-tiba, Kabut Kelabu Abadi lenyap.

​Mereka mencapai puncak dan terhuyung-huyung keluar dari celah batu. Mereka jatuh tersungkur di atas padang rumput hijau cerah yang disinari matahari yang hangat dan nyata.

​Kontrasnya begitu mencolok dan mencengangkan hingga mata mereka berkunang-kunang dan hampir tidak bisa beradaptasi dengan cahaya alami.

​Udara di sini segar dan bersih, tanpa bau busuk atau getaran Qi kacau. Itu adalah Qi spiritual alam yang murni dan menenangkan.

​Mereka berdua terbaring di rumput, napas mereka terengah-engah dan tak teratur. Mereka telah berhasil keluar dari Lembah Sepuluh Ribu Bayangan.

​Setelah beberapa menit, Xiao Chen mencoba bangkit. Ia merasa pusing, dan kekuatan di kakinya lenyap. Ia terhuyung-huyung dan memaksakan diri untuk duduk bersila.

​Ia menyadari bahwa Qi Dominasinya telah berkurang drastis. Meskipun ia selamat, harga untuk melewati Lembah dan memaksa penghancuran ilusi adalah sebagian besar Qi Pemurniannya. Ia harus berkultivasi intensif untuk memulihkannya.

​Ling Ye terbatuk keras, dan setetes darah keluar dari mulutnya—darah yang berwarna abu-abu gelap.

​"Ling Ye! Itu Qi kematian!" seru Xiao Chen, ia merangkak cepat mendekati sahabatnya.

​"Jangan khawatir," kata Ling Ye, tersenyum lemah. "Ini Hanya sisanya... aku sudah mengeluarkannya. Qi Putihku menyelamatkan inti Dantian-ku. Aku merasa lelah, tapi...aku juga merasa lebih kuat."

​Xiao Chen memeriksa denyut nadi spiritual Ling Ye dan menghela napas lega. Qi Pemurnian Putih Ling Ye berputar lebih lambat, tetapi lebih padat dan lebih ulet dari sebelumnya. Melawan Qi kematian telah memperkuat esensi pertahanannya.

​Mereka berdua menoleh ke belakang. Pintu masuk Lembah Sepuluh Ribu Bayangan kini terlihat seperti celah hitam kecil di antara tebing, tertutup kabut kelabu yang tampak damai, seolah-olah tempat itu tidak pernah menjadi ancaman yang mematikan.

​Di kejauhan, di ufuk Barat, mereka bisa melihat siluet samar pegunungan—dan di balik pegunungan itu, pusat peradaban yang mereka tuju.

​Mereka telah meninggalkan Hutan Inti dan Lembah Bayangan. Mereka kini berada di dataran tinggi yang luas, yang seharusnya lebih aman dan lebih padat penduduk.

​"Kita berhasil, Ling Ye." kata Xiao Chen, suaranya mengandung kelegaan yang jarang ia tunjukkan.

​Ling Ye mengangguk, tatapannya kini dipenuhi tekad baru. "Sekarang, kita harus mencari kota terdekat. Kita perlu informasi, sumber daya, dan pemulihan total sebelum memasuki Ibukota Kekaisaran. Ini belum berakhir, Xiao Chen."

​Mereka bangkit perlahan. Perjalanan menuju Ibukota Kekaisaran kini telah memasuki fase baru: Fase Komersial, di mana musuh manusia dan intrik politik akan menjadi ancaman utama mereka.

​Setelah pemulihan singkat dan meditasi Qi minimal di padang rumput yang cerah, Xiao Chen dan Ling Ye memaksakan diri untuk melanjutkan perjalanan. Mereka berjalan perlahan menyusuri dataran tinggi, menikmati kehangatan matahari yang sudah lama tidak mereka rasakan.

​Ling Ye, meskipun Qi Pemurniannya terkuras, kini berjalan dengan aura yang lebih tegar. Ia telah mengatasi ujian mental Lembah, dan hal itu telah memperkuat kehendaknya sebagai Perisai Sejati.

​"Kita harus menemukan jalur. Di mana pun ada padang rumput ini, pasti ada desa atau kota kecil di dekatnya." kata Xiao Chen, menjelajahi cakrawala dengan matanya yang kini lebih tajam karena pelatihan intensif.

​Saat mereka berjalan, matahari semakin tinggi, dan realitas baru mulai menghantam mereka: penampilan mereka.

​"Xiao Chen, hentikan langkahmu sebentar." pinta Ling Ye, tiba-tiba menarik lengan Xiao Chen.

​"Ada apa? Apa kau merasakan Qi musuh?" tanya Xiao Chen, seketika waspada dan menggenggam sarung Pedang Naga Langit.

​Ling Ye menggelengkan kepala. "Bukan musuh. Tapi... realitas. Lihat dirimu."

​Ling Ye menunjuk ke arah Xiao Chen. Pakaian Xiao Chen, jubah abu-abu Sekte yang sudah lusuh, kini robek-robek di banyak tempat akibat gesekan batu dan sulur, tertutup lumpur kering, dan berbau busuk karena keringat dan kabut Lembah. Rambutnya berantakan dan dipenuhi ranting kecil.

​"Aku terlihat seperti pengemis yang baru selamat dari badai,Ling Ye." gumam Xiao Chen, menganalisis dirinya dengan wajah datar.

​"Dan coba lihat aku!" kata Ling Ye, menunjuk ke dirinya sendiri. Jubah kulitnya terkelupas di beberapa bagian (sisa serangan Pembunuh Burung Hantu dan Manifestasi Bayangan), dan ia masih memiliki noda lumpur tebal di wajahnya.

​"Kita tidak terlihat seperti pewaris sekte atau kultivator bangsawan. Kita terlihat seperti dua orang gila yang kabur dari penampungan orang gila." simpul Ling Ye dengan nada dramatis.

​"Itu karena kita memang baru saja kabur dari hutan yang lebih buruk daripada penampungan orang gila, Ling Ye." balas Xiao Chen. "Lalu, masalahnya apa? Kita juga tidak mencari pujian untuk pakaian."

​"Masalahnya adalah uang dan informasi, Xiao Chen! Jika kita masuk kota dengan penampilan seperti ini, kita akan langsung ditarik penjaga karena dianggap gelandangan atau dianggap mata-mata oleh Organisasi Kepala Burung Hantu!" protes Ling Ye.

​"Kalau begitu...Kita akan menjual sesuatu," kata Xiao Chen, memeriksa kantungnya. Ia mengeluarkan dua Inti Spiritual Level 2 (milik Laba-Laba dan Binatang Spiritual yang ia bunuh), beberapa jarum perak yang ia curi diam-diam dari Master Bos saat berlatih, dan sebungkus kecil bubuk Qi obat yang dicuri Ling Ye.

​"Sepertinya barang-barang ini terlalu mahal dan mencolok untuk dijual di desa kecil,Xiao Chen." ujar Ling Ye. "Jika kita menjual Inti Spiritual, kita akan menarik perhatian kultivator Level Pembentukan Inti. Kita perlu sumber daya tersembunyi."

​Ling Ye menghela napas dan kemudian merogoh saku dalam jubahnya dengan ekspresi yang sangat rahasia dan penuh rasa bersalah.

​Ia mengeluarkan sebungkus bakpao yang kini sudah mengeras seperti batu dan tiga butir kacang rebus yang ternyata masih tersisa.

​"Ini dia. Senjata rahasia kita." bisik Ling Ye.

​Xiao Chen menatap bakpao keras itu dengan alis terangkat. "Kau... kau menyembunyikan bakpao itu? Sejak kapan?"

​"Sejak hari kita diserang di tepi sungai! Aku menggunakan Qi Pemurnian untuk mengawetkannya di saku bagian dalam! Itu adalah pertahanan darurat yang terakhir!" bela Ling Ye. "Aku... aku tidak tahan meninggalkannya."

​Xiao Chen menggelengkan kepalanya dan tertawa kecil—tawa yang sangat langka dan terdengar sedikit sumbang setelah semua yang ia lalui.

​"Baiklah, Tuan Bakpao yang Diawetkan." kata Xiao Chen, menarik Pedang Naga Langit dari punggungnya. "Kita akan menyisir pedesaan terdekat. Kita membutuhkan Qi Pemurnian darurat, dan kau membutuhkan pakaian baru."

​Xiao Chen mengayunkan Pedang Naga Langit ke samping, memotong beberapa helai rumput spiritual yang tumbuh subur di padang rumput. Ia mengaktifkan Qi Dominasinya untuk memurnikan getah dari rumput itu, menciptakan salep penyembuh instan yang berbau mint.

​"Gunakan ini untuk memulihkan luka Qi milikmu. Setelah itu, kita akan mencari desa terdekat. Dan untuk kebaikan kita berdua, jangan berani-beraninya kau memelukku lagi saat tidur,Ling Ye." ancam Xiao Chen.

​Ling Ye hanya cemberut sambil mengoleskan salep ke lengannya. Ia tahu, meskipun Xiao Chen terlihat dingin dan dominan, sahabatnya itu masih peduli padanya. Mereka berdiri bersama di dataran, dua sosok lusuh yang siap menghadapi dunia peradaban dengan kekuatan yang tersembunyi dan humor yang tak terhindarkan.

​Setelah menenangkan diri dan mengoleskan salep Qi penyembuh yang dibuat Xiao Chen, kedua sahabat itu melanjutkan perjalanan melintasi padang rumput yang luas. Cahaya matahari yang hangat dan nyaman terasa seperti kemewahan yang tak ternilai setelah berminggu-minggu berkutat dengan Qi yang busuk dan kegelapan Lembah.

​"Kita perlu menemukan jalan atau desa. Kita terlihat terlalu mencolok di sini." kata Xiao Chen, menyipitkan mata ke arah barisan pohon yang samar-samar di kejauhan.

​"Aku punya ide!" seru Ling Ye, tiba-tiba berhenti dan bersemangat. Ia menggenggam Batu Naga Putih di dadanya. "Di warisan kuno ini ada Teknik Pergeseran Qi Jarak Pendek! Aku bisa mencobanya!"

​Xiao Chen langsung menoleh dengan ekspresi tidak percaya. "Kau yakin? kau bahkan baru saja menguras habis Qi milikmu, baru pulih dari serangan spiritual, dan kau ingin mencoba teknik teleportasi pemula? Kau mau berakhir terjebak di antara dua dimensi?"

​"Tidak akan! percaya saja padaku. Qi Pemurnian Putihku kini lebih stabil! Aku hanya akan berpindah sejauh 50 meter! Itu akan menghemat waktu, dan kita bisa sampai di sana sebelum malam tiba!" balas Ling Ye, ia bersiap dengan posisi kuda-kuda. Wajahnya penuh percaya diri yang biasanya berujung bencana.

​Ling Ye memejamkan mata, memfokuskan semua Qi Pemurniannya ke kedua kaki. Ia mengucapkan mantra spiritual singkat dari warisan kuno yang di ciptakan oleh Kaisar Kuno, dan kemudian, dengan tekad yang membara, ia mengaktifkan teknik itu.

​FSSHHH—TIDAK!

​Sebuah cahaya putih redup sempat menyelimuti Ling Ye, tetapi bukannya bergerak maju, tubuh Ling Ye hanya berputar 90 derajat dan ia terhuyung-huyung satu langkah ke samping. Ia gagal berteleportasi dan malah tersandung pada kakinya sendiri.

​BRAK!

​Ling Ye jatuh tersungkur ke dalam semak-semak lebat yang ternyata berisi kotoran kuda yang sudah kering.

​Xiao Chen menatap adegan itu dengan mata datar selama tiga detik penuh, lalu menghela napas yang sangat panjang.

​"Apa yang terjadi?" tanya Ling Ye, ia terduduk sambil mengusap kotoran kering dari jubah lusuhnya.

​"Kau berhasil berpindah spiritual sejauh nol meter dan berpindah fisik sejauh dua meter ke samping, Dan langsung mendarat di sarang kotoran." jawab Xiao Chen dengan nada tanpa emosi yang luar biasa. "Itu adalah rasio efisiensi terburuk dalam sejarah teleportasi spiritual."

​Ling Ye meratap dramatis, memeriksa jubahnya dengan horor. "Jubahku sudah hancur, dan sekarang berbau kotoran! Ini adalah penghinaan terakhir yang diberikan alam pada seorang Perisai!"

​Xiao Chen berjalan santai mendekati Ling Ye, mengulurkan tangan ke arahnya. "Kau lupa. Kau juga memiliki sepotong bakpao keras yang diawetkan di sakumu. Anggap saja ini adalah bumbu tambahan untuk pertahananmu yang konyol."

​Ling Ye menerima uluran tangan Xiao Chen, memaksa dirinya berdiri. "Aku bersumpah, jika kita bertemu Pembunuh Kepala Burung Hantu sekarang, aku akan meminta mereka untuk tidak membunuhku, tetapi mencucikan jubahku!"

​Setelah Ling Ye membersihkan diri seadanya dan Xiao Chen menegurnya lagi karena mencoba teknik berbahaya dengan Qi rendah, mereka melanjutkan perjalanan.

​Kali ini, Xiao Chen mengabaikan Qi dan hanya mengandalkan naluri yang diasah oleh pelatihan.

​"Lupakan teknik spiritual. Lihatlah langit,Ling Ye." ujar Xiao Chen, menunjuk ke atas.

​Ling Ye mendongak. Di atas mereka, burung-burung pipit biasa mulai terbang dengan pola yang teratur, menurun ke satu titik.

​"Burung? Kenapa?" tanya Ling Ye.

​"Burung pipit berkumpul di area yang memiliki sumber makanan yang stabil. Di hutan, mereka mengikuti Qi alam.Sedangkan di dataran, mereka mengikuti tanah pertanian." jelas Xiao Chen, ia mengingat pelajaran alam dari ayahnya.

​Mereka mengikuti pola terbang burung itu selama sepuluh menit, dan tiba-tiba, padang rumput terbuka. Di kejauhan, terbentang petak-petak sawah yang subur dan berwarna hijau kekuningan, dan di tengah-tengahnya, atap-atap kayu yang sederhana.

​"Kita berhasil menemukan Desa pertama,Xiao Chen. kata Ling Ye, matanya berbinar lega.

​Xiao Chen menyarungkan Pedang Naga Langit sepenuhnya. Ia memeriksa penampilan mereka sekali lagi.

​"Ingat, Ling Ye. Kita adalah kultivator pengembara yang sangat lelah dan sedikit gila, tapi bukan pengemis!" kata Xiao Chen. "Tahan aura Dominasiku. Kau, pasang wajahmu yang paling bersahabat dan bodoh."

​Ling Ye mengangguk cepat, senyum lebar dan agak konyol terukir di wajahnya. "Siap menampilkan Perisai Bakpao yang ramah lingkungan!"

​Mereka melangkah menuju desa, meninggalkan Lembah Sepuluh Ribu Bayangan dan kesulitan spiritual di belakang mereka, kini bersiap menghadapi tantangan uang, kebersihan, dan interaksi sosial yang canggung.

​Xiao Chen dan Ling Ye melangkah ke batas Desa Bunga Matahari, sebuah permukiman kecil dan damai yang dikelilingi oleh ladang gandum. Udara dipenuhi aroma tanah basah dan masakan rumahan yang samar-samar. Penduduk desa, yang sebagian besar adalah petani sederhana, terlihat tenang dan tidak terganggu oleh dunia kultivasi.

​Mereka berjalan ke jalan utama desa, segera menarik perhatian beberapa anak kecil yang sedang bermain di lumpur. Anak-anak itu berhenti bermain dan menatap dua orang asing yang lusuh, beraroma aneh (karena kotoran kuda dan Qi Lembah), tetapi memancarkan aura bahaya yang tersembunyi.

​Xiao Chen memasang ekspresi sedatar mungkin, mencoba memproyeksikan aura 'kultivator pengembara yang kalem'. Ling Ye, mengingat instruksi Xiao Chen, memasang senyum lebar yang ia yakini 'ramah', tetapi karena kelelahan, senyum itu malah terlihat agak menyeramkan dan terlalu bersemangat.

​Mereka menghampiri seorang wanita tua yang sedang menyiram bunga di depan rumah kayu.

​"Permisi, Nenek." sapa Xiao Chen dengan suara yang ia coba buat lembut, namun terdengar sedikit kaku karena lama tidak berinteraksi normal.

​Wanita tua itu, yang sedang memegang teko air keramik, melihat ke atas dan sekali lagi melihat ke bawah pada penampilan lusuh mereka, lalu kembali menatap mata mereka. Ia mengangkat alis dan sedikit mundur.

​"Kalian... mencari apa, Nak?" tanya wanita tua itu, suaranya hati-hati.

​Ling Ye, yang merasa harus memimpin diplomasi karena Xiao Chen terlihat seperti patung es yang bisa bergerak, segera maju selangkah.

​"Kami mencari penginapan dan tempat mandi, Nenek! Kami adalah kultivator yang baru saja menyelesaikan ujian kultivasi ekstrem di Hutan Inti dan Lembah Sepuluh Ribu Bayangan!" seru Ling Ye, sangat bersemangat dan berbicara terlalu keras.

​Xiao Chen memukul keningnya sendiri dengan telapak tangan—sebuah gerakan frustrasi yang terselubung di balik jubahnya.

​Mengapa dia harus menyebut Lembah Sepuluh Ribu Bayangan? Itu adalah tabu! batin Xiao Chen.

​Wanita tua itu langsung pucat. Ia menjatuhkan teko airnya yang segera pecah di tanah.

​"Lembah... Sepuluh Ribu Bayangan? Kalian... pulang dari sana?" bisik wanita tua itu, matanya melebar ketakutan.

​Ling Ye, tidak menyadari efek traumatis dari kata-katanya, mengangguk bangga. "Ya! Kami mengalahkan monster kabut dan ilusi rasa bersalah! Kami sekarang hanya perlu... mencuci jubah dan makan bakpao yang baru!"

​Wanita tua itu tidak menunggu lagi. Ia memekik ketakutan, berbalik, dan terburu-buru masuk ke dalam rumahnya, mengunci pintu di belakangnya dengan bunyi klotak yang keras.

​Beberapa detik kemudian, semua jendela di jalan utama Desa Bunga Matahari tertutup rapat. Keheningan total menyelimuti desa. Anak-anak yang tadi menonton mereka melarikan diri sambil menangis ke pelukan ibu mereka.

​Xiao Chen menoleh ke Ling Ye, tatapannya sedingin puncak gunung salju.

​"Bagus sekali, diplomat Qi Pemurnian!" sindir Xiao Chen, suaranya pelan dan tajam. "Kau berhasil membuat seluruh desa mengira kita adalah roh jahat atau kultivator gila yang akan memulai kiamat mini di tempat mereka."

​Ling Ye menggaruk kepalanya, senyum konyolnya memudar. "Aku... aku pikir mereka akan terkesan dan memberi kita makan gratis."

​"Mereka terkesan. Terkesan sampai sembunyi di bawah meja. Dengarkan aku: Di dunia fana, nama Lembah Sepuluh Ribu Bayangan adalah dongeng horor untuk menakuti anak-anak agar tidak masuk hutan! Kau baru saja mengaku sebagai hantu hidup!" jelas Xiao Chen, menahan diri untuk tidak mencubit telinga Ling Ye.

​"Baiklah, rencana diplomasi dibatalkan kalau begitu." putus Xiao Chen. "Kita butuh pendekatan kapitalis. Ikuti aku."

​Xiao Chen memimpin Ling Ye dengan langkah pasti menuju bangunan terbesar di desa, yang tampaknya adalah kedai minuman atau penginapan sederhana.

​Ia berdiri di depan pintu penginapan yang tertutup rapat, menarik napas dalam-dalam, dan mengeluarkan sebuah Inti Spiritual Level 2 yang berwarna hijau dari Laba-Laba Spiritual.

​Xiao Chen memukul pintu penginapan itu tiga kali dengan gagang Pedang Naga Langit, menghasilkan suara ketukan yang solid dan berwibawa.

​"Kami adalah kultivator pengembara yang lelah. Kami membutuhkan dua kamar dan makanan panas. Aku akan membayar dengan Inti Spiritual Level 2 yang dapat dijual seharga sepuluh keping emas di kota!" seru Xiao Chen dengan suara lantang dan penuh Qi yang tidak diragukan lagi kekuatannya.

Mereka tidak ada pilihan selain menjual inti spritual laba-laba.

​Keheningan sesaat, lalu terdengar bunyi gerendel yang dibuka perlahan. Pintu terbuka sedikit, memperlihatkan wajah pemilik penginapan yang berkerut dan penuh ketakutan, tetapi matanya berbinar saat melihat kristal hijau di tangan Xiao Chen.

​Uang mengalahkan ketakutan akan hantu Lembah.

​"S-silakan... Tuan-tuan... Silakan masuk," kata pemilik penginapan itu, membuka pintu lebar-lebar dengan senyum palsu yang gemetar.

​Xiao Chen mengangguk dingin dan melangkah masuk dengan Pedang Naga Langit di punggungnya, diikuti oleh Ling Ye yang tersenyum bodoh (dan berbau kotoran), membawa serta aura kultivasi dan kekacauan ke dalam penginapan desa yang damai.

​Pemilik penginapan, seorang pria paruh baya bernama Pak Tuo yang memiliki perpaduan rasa takut dan keserakahan di matanya, segera melayani Xiao Chen dan Ling Ye seperti tamu kehormatan (atau lebih tepatnya, dua bom waktu berharga).

​Pak Tuo dengan cepat mengantar mereka ke dua kamar terbaik di lantai atas dan segera mengatur air panas untuk mandi.

​"Kalian mandilah dulu, Tuan-Tuan Kultivator. Air panasnya akan segera siap. Dan aku akan menyiapkan hidangan daging terbaik yang dimiliki desa ini!" kata Pak Tuo, membungkuk berkali-kali sebelum kabur, tidak lupa mengambil Inti Spiritual Level 2 dari tangan Xiao Chen.

​Bagi Xiao Chen dan Ling Ye, air panas yang beruap dan beraroma kayu adalah kemewahan surgawi yang tak terbayangkan setelah berminggu-minggu hidup dengan lumpur dan kabut.

​Ling Ye, yang memasuki bak mandi lebih dulu, menghela napas lega yang terdengar seperti gajah terdampar saat tubuhnya yang tegang menyentuh air.

​"AHH! Surga Qi Pemurnian!" seru Ling Ye dari kamar mandinya, suaranya menggema di seluruh lantai atas. "Xiao Chen, kau harus coba! Aku merasa Qi kematian itu terkikis dari kulitku!"

​Xiao Chen, yang sedang membersihkan Pedang Naga Langit di kamarnya, hanya menggelengkan kepala kecil. Namun, ketika gilirannya tiba, ia harus mengakui bahwa air panas itu sungguh ajaib. Ia membiarkan air merendam setiap ototnya yang kaku, dan ia bahkan menggunakan Qi Dominasinya untuk memanaskan air sedikit lebih lagi, menciptakan uap tebal yang membantu membuka pori-pori spiritualnya.

​Setelah mandi, mereka membuang jubah Sekte mereka yang sudah compang-camping dan mengenakan pakaian sederhana yang disediakan Pak Tuo: jubah katun longgar berwarna biru dan cokelat. Meskipun sederhana, pakaian itu terasa ringan dan nyaman.

​Xiao Chen menyisir rambutnya yang panjang hingga rapi dan mengikatnya dengan pita kain. Dengan tubuh bersih, ia kembali memancarkan aura dingin dan berbahaya yang tersembunyi.

​Ling Ye, di sisi lain, terlihat seperti anak desa yang baru saja dicuci. Ia memancarkan aura damai dan ramah, meski matanya masih menunjukkan ketegasan Perisai Sejati.

​Mereka turun ke ruang makan penginapan, di mana Pak Tuo telah menyiapkan meja terpisah yang dijaga jarak dari penduduk desa lainnya yang kini berani keluar dari persembunyian mereka, menatap dua kultivator misterius itu dari jauh.

​Di atas meja, ada setumpuk roti gandum, sup daging kental yang mengepul, dan segelas besar susu segar.

​Ling Ye tidak menunggu lagi. Ia menyerbu makanan itu dengan kecepatan yang tidak manusiawi, roti gandum itu lenyap dalam dua gigitan, dan ia meneguk susu itu hingga habis dalam sekali tegukan.

​"Pelan-pelan, Ling Ye. Lagi pula saat ini kita tidak dikejar oleh Binatang Spiritual Qi Level 5 lagi." tegur Xiao Chen, meskipun ia sendiri makan dengan cepat dan penuh rasa lapar yang brutal.

​Pak Tuo, dengan wajah penasaran yang tidak bisa ia sembunyikan, mendekat.

​"Tuan Kultivator," kata Pak Tuo kepada Xiao Chen. "Inti Spiritual ini... kau yakin itu Inti Laba-Laba Racun?"

​Xiao Chen mengunyah dagingnya dan mengangguk santai. "Itu Inti Spiritual Laba-laba Giok Hitam Level 2. Pastikan kau menjualnya di kota besar. Jangan coba-coba memprosesnya di sini, racunnya terlalu kuat untuk Pemurnian Qi Level rendah di desa ini."

​Pak Tuo langsung pucat lagi, tetapi menggenggam kristal itu lebih erat. Potensi sepuluh keping emas masih terlalu menggoda.

​Ling Ye, yang baru selesai dengan hidangan pertamanya, mengeluarkan sisa bakpao kering dari sakunya. Ia menyerahkannya kepada Pak Tuo.

​"Pak Tua, tolong hangatkan bakpao ini. Tapi jangan buang! Ini adalah bakpao bersejarah yang menyelamatkanku dari kematian spiritual di Lembah!" pinta Ling Ye dengan mata memohon.

​Pak Tuo melihat bakpao keras itu, lalu melihat wajah Ling Ye, lalu melihat Inti Spiritual yang baru saja ia terima. Ia menghela napas dan mengangguk pasrah. "Baik, Tuan. Akan aku hangatkan."

​Xiao Chen menutup wajahnya dengan satu tangan.

​"Hanya kau, Ling Ye, yang bisa mengimbangi Inti Spiritual Level 2 dengan bakpao basi sebagai artefak spiritual, Haha" gumam Xiao Chen dengan sedikit tertawa.

​Malam itu, di tengah bisikan penduduk desa yang ketakutan, Xiao Chen dan Ling Ye menikmati makanan dan ketenangan pertama mereka, bersiap untuk mengumpulkan informasi besok—dan Ling Ye menunggu dengan sabar untuk menikmati bakpao bersejarah yang dihangatkan di tungku desa.

1
Si Hibernasi
keci
azizan zizan
hmmmm... ceritanya entah kemana-mana tapi kekuatan mc di situ2 aja tiada kemajuan...udah lah alurnya agak berantakan...sudah sampai di bab yang segini tapi kekuatan entah lah... agak membosankan baca alurnya...
aku
cerita bagus,..tapi detail nya terlalu dipaksakan...
makanya pembaca langsun hiatus
Si Hibernasi: 👍🙏🙏ke depannya di usahakan lebih baik lagi, komen mantap pokoknya👍
total 1 replies
AingRirin
nama sekte kita sama bang
Aman Wijaya
joooooss pooolll lanjut terus
Si Hibernasi: 👀👌👌👌/CoolGuy/
total 1 replies
azizan zizan
bapak nama LI YUAN kok si anak nama XIAO CHEN.....??????
Si Hibernasi: Begitu ya, Yaudahlah, udah terlanjur juga, makasih infonya👍
total 3 replies
Si Hibernasi
Panjang banget author, 15.000 kata dong perbab/Good/
Si Hibernasi: /Casual/
total 10 replies
Si Hibernasi
kalo gk suka, Skip aja ke bab berikutnya/Good//Pray/
Aman Wijaya
semangat xiao Chen dan Ling ye
Si Hibernasi: /CoolGuy/
total 1 replies
Aman Wijaya
gaaas terus Thor
Si Hibernasi: /Casual/
total 1 replies
Aman Wijaya
next
Si Hibernasi: /Determined/
total 1 replies
Aman Wijaya
lanjut terus
Si Hibernasi: /Scare/
total 1 replies
Aman Wijaya
joooooss Thor lanjut
Si Hibernasi: /Applaud/
total 1 replies
Si Hibernasi
baru sempet kultivasi/Gosh/
Si Hibernasi
/Blush/
Si Hibernasi
/Puke//Hammer/
Si Hibernasi
Krik krik krik
Fairuz
semangat kak jangan lupa mampir yaa
budiman_tulungagung
masih satu mawar 🌹 lagi
Si Hibernasi: /Kiss//Rose//Rose/
total 1 replies
budiman_tulungagung
gass satu mawar 🌹
Si Hibernasi: /Applaud//Rose//Rose//Rose/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!