When I Married With You

“mamah, assalamu'alaikum” Alana membuka pintu rumah orang tuanya.

Mama yani yang mendengar suara pun segera ke depan. Dia terkejut melihat anak nya datang dan segera menghampiri nya.

“Lho al, kamu kesini? Kenapa gak ngabarin mamah dulu?” Tanya mama yani.

Alana menyalami tangan perempuan yang sudah melahirkan nya itu lalu memeluknya. Aroma tubuh ibu nya yang sudah lama tak dia rasakan, dia sangat merindukan nya.

“Gak di rencanain mah kesini nya. Al kangen sama mamah sama papah” Ucap gadis itu.

Mama yani menuntunnya untuk duduk di sofa. Dia tersenyum mendengar sang putri merindukan nya. Tanpa di beritahu pun, mama yani juga sangat merindukan putrinya ini.

“Sama siapa kesini? Suami kamu ikut?”

Alana menggeleng, senyumnya sedikit redup saat nama suaminya di sebut. “Nggak mah, al sendiri. Al udah izin sama bunda dan ihsan kok” Alana berusaha tak membuat ibunya curiga.

“Kamu udah makan belum? Makan dulu nak, mumpung mamah udah masak” Titah mama yani.

Alana mengangguk, “mamah udah makan?” Tanyanya.

“Udah tadi sambil nonton film”.

“mamah temenin al makan ya? Al juga mau kasih tahu sesuatu” Pinta alana manja.

Mama yani tersenyum dan mengangguk. Keduanya segera ke meja makan, makanan yang tadi dia masukkan ke dalam lemari dia keluarkan lagi dan di tata di atas meja untuk alana makan.

Alana pun ikut membantu, dia mengambil sebagian masakan lalu piring untuk nya makan. Sembari makan alana mengajak ngobrol mamanya.

“Papah belum pulang ma?” Tanya alana.

“Sudah dua hari papah kamu lembur. Katanya perusahaan lagi buat produk baru, jadi lebih banyak pekerjaan” Jawab mama yani.

Alana mengangguk anggukan Kepala nya, masakan mamanya sangat enak. Alana sampai menambah lagi porsi makan nya.

“Oh ya ma, alana mau kasih tahu sesuatu. Tapi mamah jangan kaget ya?”

“Apa?” Mama yani bertanya. Memperhatikan anak nya yang sedang makan.

“Alana hamil mah, kemarin baru dicek” Ucap alana santai.

Mama yani membulatkan matanya, dia memelotot tak percaya sampai tubuhnya ikut di Condongkan pada alana. “Serius al? Mama mau jadi nenek?” Tanya nya tak percaya.

Alana mengangguk, menyelesaikan makannya dengan suapan terakhir. “Maaf ya ma, alana belum bisa seperti yang mama mau” Kata alana menyesal.

Mamanya mengharapkan alana menjadi dokter, sama seperti cita citanya dulu. Tetapi jika sudah begini, mau bagaimana? Tak mungkin alana menjalani kuliah dengan keadaan hamil besar.

“Gak papa sayang, ini juga kan mamah sama papah yang bikin kamu nikah muda. Sekarang kamu fokus aja sama kehamilan kamu ya? Gak usah di pikirin soal permintaan mama.” Ujar mama yani. Dia tak menuntut alana untuk bisa seperti yang dia inginkan.

Cukup sudah dia bersalah dengan memaksa putrinya menikah di usianya yang masih muda, dia tak ingin alana semakin terbebani oleh permintaan nya. Bahkan sampai sekarang rasa bersalah itu masih sering menghantuinya.

“Makasih mah” Sahut alana. Dia merasa sedikit lega mendengar ucapan mama nya barusan.

. … .

Malam harinya setelah Kepulangan papa adrian, alana memberitahu nya soal kehamilannya. Papa adrian tentu terkejut mendengarnya, dia tak menyangka pernikahan anak nya sudah seserius itu.

Awalnya papa adrian berpikir pernikahan anaknya masih labil. Keduanya menikah tanpa cinta bahkan terpaksa, dia pikir mungkin mereka masih mencoba mengenal satu sama lain dan mencoba saling menerima.

Tetapi dugaannya salah, mendengar putrinya tengah hamil membuat nya sadar jika pernikahan alana sudah serius. Bukan lagi di tahap kenalan mengenal atau menerima.

“Jaga kesehatan kamu dengan baik al, sekarang yang kamu jaga bukan cuma diri kamu tapi juga bayi yang ada di perut kamu” Ujar papa adrian memberi pesan.

Alana mengangguk, dia memeluk papa nya dengan erat melepaskan rindunya yang sudah lama tak bertemu.