Bukan bacaan untuk bocil.
Setiap manusia terlahir sebagai pemeran utama dalam hidupnya.
Namun tidak dengan seorang gadis cantik bernama Vania Sarasvati. Sejak kecil ia selalu hidup dalam bayang-bayang sang kakak.
"Lihat kakakmu, dia bisa kuliah di universitas ternama dan mendapatkan beasiswa. kau harus bisa seperti dia!"
"Contoh kakakmu, dia memiliki suami tampan, kaya dan berasal keluarga ternama. kau tidak boleh kalah darinya!"
Vania terbiasa menirukan apa yang sang kakak lakukan. Hingga dalam urusan asmarapun Vania jatuh cinta pada mantan kekasih kakaknya sendiri.
Akankah Vania menemukan jati diri dalam hidupnya? Atau ia akan menjadi bayangan sang kakak selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Tidak tuan, aku tidak menyembunyikan apapun." Jawab Vania dengan nada setenang mungkin agar Betrand tidak curiga.
"Benarkah?" Betrand menatap tajam ke arah Vania.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Sepertinya kau tidak asing bagiku?" Tanya Betrand.
"Bukan hanya bertemu, tapi aku adalah ibu dari anakmu!" Gumam Vania dalam hartinya.
"Sepertinya aku memang tidak berarti apa-apa dalam hidupmu, sampai kau tidak bisa mengenali istrimu sendiri." Vania bermonolog.
"Tidak tuan, ini pertama kalinya aku merantau ke ibu kota. Sebelumnya aku tinggal di desa. Kalau anda tidak percaya, tanyakan saja pada Ririn." Ujar Vania.
"Tidak usah! Tidak penting untuk mengetahui darimana asal-usulmu! Yang terpenting bagiku sekarang adalah bisa mendapatkan baby Sitter yang cocok untuk bayiku" Tegas Betrand.
"Tidak penting katanya?!" Gumam Vania sembari menggigit bibir bawahnya agar tidak menangis.
"Kelihatannya kau masih sangat muda, Berapa usiamu?." Tanya Betrand. Namun ucapan tajam Betrand sebelumnya membuat Vania diam seribu bahasa.
"Usianya 25 tahun tuan, tapi Lisa sudah sangat berpengalaman mengurus anak kecil. Benarkan Lisa?" Ririn menyenggol lengan nyonya Vania yang sedari tadi hanya terdiam seperti patung.
"Eh, iya benar tuan." Ucap Vania tergugup.
"Aku sudah terbiasa mengasuh adik-adik serta keponakanku tuan." Dusta Vania, karna yang sebenarnya jangankan mengurus adik dan keponakannya, yang ada Vania selalu membuat mereka menangis dengan tingkah usilnya.
"Aku mohon berikan kesempatan pada sepupuku tuan. Lisa baru saja melahirkan, tapi dia sudah diceraikan oleh suaminya. Bayinya juga diambil paksa oleh keluarga suaminya yang kejam itu. Kasian Lisa tuan." Ucap Ririn dengan wajah memelas.
Deg!
Betrand merasa tersindir saat mendengar ucapan Ririn. Seketika Betrand jadi teringat pada sang istri.
"Baiklah, aku akan menerima dia. Tapi dengan satu syarat." Ucapan Betrand membuat Ririn dan Vania bisa sedikit bernapas lega.
"Apa syaratnya tuan?" Tanya Ririn dan Vania antusias.
"Jika kau bisa membuat bayiku berhenti menangis, maka aku akan menerimamu menjadi baby sitter untuk bayiku." Betrand yakin wanita itu tidak akan bisa membuat baby Anzela berhenti menangis, karna sudah puluhan orang pelamar mencobanya, namun tak ada satupun dari mereka yang berhasil menenangkan baby Anzela.
"Baiklah tuan." Tanpa pikir panjang Vania menyanggupi syarat yang diberikan Betrand.
Vania berjalan perlahan menuju baby Anzela dengan netranya yang sudah berkaca-kaca, meraih tubuh bayi kecil itu ke dalam dekapannya. Dan seperti keajaiban, setelah berada dalam gendongan Vania tangis baby Anzela pun terhenti.
"Wah sepertinya Anzelaku menyukaimu." Seru mom Clara. Vania hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan ibu mertuanya itu.
"Syukurlah, sepertinya mom Clara menyayangi putriku." Batin Vania.
Baby Anzela tampak begitu tenang dalam dekapan Vania, bahkan bayi kecil itu seperti mencari-cari sesuatu yang menjadi sumber makanannya di dada Vania.
"Sepertinya cucuku haus, bisakah kau memberikan ASI pada cucuku? Tadi aku dengar kau baru saja melahirkan?" Tanya mom Clara dengan sopan.
Diperlakukan selembut itu oleh mom Clara, hati Vania malah berdenyut nyeri. Pasalnya beberapa kali Vania bertemu dengan mom Clara, wanita paruh baya itu selalu memasang wajah tak sukanya saat di hadapan Vania.
"Tentu saja nyonya, aku akan memberikan ASI pada baby Anzela. Itupun jika anda dan tuan Betrand mengizinkannya." Lirih Vania.
"Terima saja dia nak, sepertinya Anzela menyukai wanita ini." Bujuk mom Clara.
"Tapi mah---" Betrand ingin menolak, namun urung saat mendapat tatapan tajam dari mom Clara.
"Baiklah. Mulai hari ini kau akan bekerja sebagai baby sitter sekaligus ibu pengganti untuk putriku." Betrand sudah memutuskan.
"Terima kasih tuan." Vania tersenyum senang.
"Ea..." Anzela yang kesal karna tak mendapatkan apa yang ia inginkan, mulai menangis kencang sembari terus mencari-cari sesuatu yang bisa ia hisap untuk menghilangkan rasa lapar dan hausnya.
"Oh kasian cucuku, sepertinya dia sudah sangat lapar." Mom Clara menatap baby Anzela penuh rasa sayang.
"Tunggu apa lagi, cepat kau berikan ASI pada baby Anzela agar dia tak menangis lagi." Ucap Roy antusias.
"Apa aku harus memberikan ASI pada baby Anzela di sini tuan?" Tanya Vania yang merasa tidak nyaman jika harus memberi ASI pada bayinya di hadapan Betrand dan Roy.
"Tentu saja, memangnya kau mau memberi ASI pada baby Anzela di tengah jalan?" Ucap Roy pula.
"Roy! Kau sudah bosan hidup ya!" Umpat mom Clara sembari menatap tajam pada Roy.
"Ibu dan anak sama saja, sama-sama suka mengancam." Batin Roy dengan bibirnya yang mencebik.
"Maaf nyonya, aku masih ingin hidup." Lirih Roy sembari menundukan kepalanya.
"Kalau begitu cepat pergi dari ruangan ini. Karna Lisa akan segera memberi ASI untuk cucuku!" Mom Clara mengusir Roy tanpa basa-basi.
"Memangnya kenapa kalau aku tetap di sini? Aku sudah terbiasa melihat para mantan istriku memberi ASI pada anak-anakku." Kekeh Roy.
"Roy, ayo ikut ke ruang kerjaku!" Titah Betrand sembari berjalan ke arah ruang kerjanya.
"Tidak tuan, aku masih mau di sini." Balas Roy yang sangat ingin melihat Lisa memberikan ASI pada baby Anzela.
Pletak!
"Aww! Sakit tuan." Rintih Roy kala tuan Betrand menjitak kepalanya dengan keras.
"Ikut aku atau kau akan aku pecat!" Ancan Betrand.
"Baik tuan." Patuh Roy sembari memegang kepalanya yang terasa sakit akibat ulah tuan Betrand.
Setelah Betrand dan Roy pergi Vania tak kunjung memberikan ASInya pada baby Anzela, hal itu membuat mom Clara gemas, apalagi saat melihat tangis sang cucu semakin keras.
"Tunggu apa lagi, ayo cepat berika ASI untuk Anzelaku!" Titah mom Clara.
"Nyonya, bisakah aku memberikan ASI untuk baby Anzela di kamar baby Anzela saja. Aku takut kalau tiba-tiba tuan Betrand atau tuan Roy kembali." Pinta Vania.
"Baiklah, ayo ikut aku." Mom Clara membimbing Vania menuju kamar sang cucu.
"Wah, cantik sekli. Kapan kak Betrand menyiapkan semua ini?" Tanya Vania dalam hati sembari menatap kagum pada kamar baby Anzela yang bertema Disney Princess.
"Ini adalah kamar cucuku, kau bisa memberikan ASI pada cucuku dengan tenang di kamar ini." Beritahu mom Clara dengan ramah.
"Terima kasih nyonya." Balas Vania.
"Apa kau ingin aku keluar juga?" Tanya mom Clara pula.
"Tidak usah nyonya, anda bisa tetap di sini jika anda mau." Kata Vania yang merasa tak enak hati jika harus mengusir mom Clara.
Vania duduk di atas sofa yang tersedia di kamar itu, mencari posisi yang nyaman untuk memberi ASI pada baby Anzela.
Tangis baby Anzela sedikit mereda setelah ia mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Ssshh." Vania meringis saat mendapat hisapan yang begitu kuat dari bayi kecilnya. Karna ini kali pertama Vania memberi ASI pada bayinya secara langsung, Vania merasa aneh dan sedikit tidak nyaman. Namun semua rasa itu berubah jadi rasa haru saat melihat mata biru baby Anzela menatap tajam ke arahnya.
"#%*^$@%&*%^&** " Baby Anzela bergumam tidak jelas sembari menatap tajam wajah sang ibu.
"Kemana saja kau selama ini mah? Kenapa baru menemuiku sekarang?!" Mungkin seperti itulah arti racauan baby Anzela.
Mendengar ocehan bayinya yang terdengar seperti suara malaikat, Vania pun tersenyum senang. Andai tidak ada mom Clara, ingin rasanya Vania mencium wajah bayi mungil itu bertubi-tubi.
"Kenapa suamimu menceraikanmu nak? Kau masih sangat muda dan sepertinya kau adalah wanita yang baik." Tanya mom Clara tiba-tiba.
"I-itu karna mertuaku tidak merestui hubungan kami nyonya, aku bukan menantu yang mereka inginkan." Jawab Vania dari hati.
"Ck. Orang tua macam apa yang masih mengatur kehidupan anak-anaknya! Harusnya mereka membiarkan anak-anak mereka bahagia dengan pilihan mereka sendiri." Ujar mom Clara panjang lebar. Namun setelah itu hening, karna mom Clara merasa seperti sedang menasehati dirinya sendiri.
Bersambung.
gitu amat sikapnya 😡😡
Gak sabar nunggu moment itu terkuak 👍🤗