Siena yang jatuh cinta pada kakak angkatnya! waw...., kok bisa?
Bisa dong! Bagaimana tidak, Vino seorang pria mapan, ganteng nggak ketulungan, bikin para gadis siap mengantri untuk jadi pacarnya meskipun dia sudah punya seorang pacar tentunya. lalu bagaimana nasib Siena Ya? apa dia akan dapatkan cinta Vino, sang kakak angkat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak mungkin kembali
Pagi-pagi sekali, sebelum matahari sepenuhnya muncul di langit, kedua orang tua Vino dan Siena sudah berkemas dan pergi. Mereka meninggalkan rumah tanpa banyak bicara, hanya menyampaikan pesan singkat kepada Vino sebelum berangkat. Suasana di rumah terasa sunyi, dan hanya ada keheningan yang menggantung di udara.
Vino, yang masih setengah mengantuk, menemukan secarik kertas di meja makan. Di atasnya, terdapat tulisan tangan ibunya yang rapi namun tegas.
Pesan dari Kedua orang tuanya:
"Vino, kami harap kamu bisa mempertimbangkan kembali keputusanmu. Hubunganmu dengan Airin penting, bukan hanya untuk kamu, tapi juga untuk keluarga ini. Cobalah untuk memperbaiki hubungan kalian sebelum terlambat."
Vino menghela napas panjang setelah membaca pesan itu. Orang tuanya jelas belum tahu bahwa Airin dan Reza akan segera bertunangan. Mereka masih berharap Vino bisa memperbaiki segalanya, meski kenyataannya sudah terlalu jauh untuk diperbaiki. Hatinya kembali terasa berat, karena meskipun ia tidak lagi memiliki perasaan untuk Airin, tekanan dari keluarganya membuatnya merasa terjebak.
Vino meletakkan kertas itu kembali ke atas meja, kemudian duduk di kursi terdekat sambil memijit pelipisnya. Sejak pembatalan pertunangannya dengan Airin, ia mencoba untuk move on, tetapi sepertinya keluarganya masih berpegang teguh pada harapan yang sudah tidak mungkin tercapai.
Siena yang baru saja turun dari tangga, melihat ekspresi kakaknya yang suram. Tanpa berkata apa-apa, ia berjalan mendekat dan mengambil tempat duduk di sebelah Vino. Ia melihat pesan yang ditinggalkan orang tua mereka, lalu menatap Vino dengan cemas.
"Mereka masih berharap, ya?" tanya Siena dengan nada pelan dan penuh perhatian.
Vino hanya mengangguk pelan, matanya masih tertuju pada secarik kertas di atas meja. Ia tahu bahwa kenyataan yang sebenarnya akan menghancurkan harapan orang tuanya. Namun, ia tidak mungkin berpura-pura bahwa semuanya masih bisa diperbaiki.
"Kak Vino, mereka tidak tahu kalau Airin dan Reza akan segera bertunangan, kan?" tanya Siena lagi dengan suara yang lebih tegas
Vino menggelengkan kepalanya, masih dengan nada suara yang lelah, "Tidak, mereka tidak tahu. Dan aku tidak yakin bagaimana mereka akan bereaksi ketika tahu yang sebenarnya."
Siena menghela napas, merasa frustrasi dengan situasi ini. Ia tahu bahwa Vino sudah berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi harapan keluarga, tetapi kenyataannya sudah berubah. Memperbaiki hubungan dengan Airin sudah tidak mungkin lagi, terutama dengan Reza yang kini berada di sisinya.
Siena dengan nada tegas, mencoba memberikan semangat, "Kak Vino, kamu tidak bisa terus-menerus hidup di bawah bayangan harapan orang lain. Kamu sudah membuat keputusan yang tepat dengan membatalkan pertunangan itu. Lagipula, kak Airin dan kak Reza sudah bahagia bersama. Orang tua kita harus mengerti itu, cepat atau lambat."
Vino mengangguk, meskipun ia masih merasakan beban yang berat di dadanya. Ia tahu bahwa ia harus menghadapi kenyataan ini dan bersiap untuk memberitahu orang tuanya tentang pertunangan Airin dan Reza. Namun, ia juga tahu bahwa itu akan menjadi pembicaraan yang sulit dan menyakitkan.
"Ya, kau benar, Siena. Aku harus memberitahu mereka... Tapi aku hanya butuh waktu untuk menyusun semuanya dalam pikiranku." sahut Vino dengan nada yang lebih tenang, namun masih ragu.
Siena tersenyum dan meremas tangan Vino dengan lembut, memberikan dukungan yang dibutuhkannya.
"Aku akan selalu ada di sini untukmu, Vino. Kita akan menghadapinya bersama, apa pun yang terjadi." ucap Siena dengan lembut.
Vino mengangguk lagi, merasa sedikit lebih ringan setelah mendengar kata-kata Siena. Meski tantangan di depan masih berat, ia tahu bahwa dengan Siena di sisinya, ia tidak akan menghadapi semuanya sendirian.
Siena menatap Vino dengan penuh keseriusan, menyadari bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan desakan dari orang tua mereka adalah dengan mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya. Namun, ia tahu bahwa Vino mungkin butuh waktu untuk mencerna semua ini.
"Kak, aku tahu ini tidak mudah, tapi kamu harus datang ke pesta pertunangan kak Airin dan kak Reza nanti. Dengan begitu, semuanya akan jelas. Orang tua kita akan tahu bahwa tidak ada lagi yang bisa diperbaiki, dan mereka tidak akan terus mendesakmu." ucap Siena dengan. Nada penuh tekat.
Vino terdiam sejenak, merenungkan saran dari adiknya. Dia tahu bahwa Siena benar—menghadiri pesta pertunangan itu akan menjadi cara terbaik untuk menunjukkan kepada keluarganya bahwa hubungannya dengan Airin benar-benar sudah berakhir. Namun, ada keraguan yang masih menggelayuti pikirannya. Apakah dia benar-benar siap untuk menghadapi kenyataan itu?
"Aku akan memikirkannya, Siena. Aku hanya butuh sedikit waktu untuk mempersiapkan diri." sahut Vino dengan suara pelan namun serius.
Siena mengangguk, memahami perasaan Vino. Ia tahu betapa sulitnya bagi kakaknya untuk menerima kenyataan ini, apalagi harus menghadapi keluarganya yang masih berharap pada sesuatu yang sudah tidak mungkin terjadi.
"Aku mengerti, kak Vino. Tapi ingat, kamu tidak sendirian. Kita akan menghadapinya bersama, dan apa pun yang terjadi, aku akan ada di sisimu." ucap Siena dengan lembut.
Vino tersenyum tipis, merasa sedikit lega mendengar dukungan dari Siena. Meskipun masih ada ketidakpastian di hatinya, ia tahu bahwa pada akhirnya, kebenaran harus diungkapkan. Dengan Siena di sisinya, ia merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi apa yang akan datang.
Bersambung
Happy reading
Semangat2 siena jgn mengeluh perjuangan cintaimu klo serius sm vino dsn tunjukan kpd orgtuamu bs hidup tanpa tanpa semua fasititas dr orgtuamu...
kasian sena pasti sangat sedih vino pergi tapi klo berjodoh gak lari kemana...