Istri Kontrak Tuan Impoten

Dika merasa separuh nyawanya hendak copot dan pergi dari raga melihat istrinya merintih kesakitan. Bayangan kehilangan paling dia takuti, dan dia tidak akan pernah siap untuk kehilangan orang orang yang dia sayangi.

Dika menyelipkan anak rambut Diva ke telinga, dia memperhatikan Diva yang tengah serius menyantap dua potong donat berukuran sedang dengan lahap. Melihat wanita itu sudah lebih baik membuat hati Dika merasa tenang.

"Sayang, hanya dua donat saja ya tidak lebih," ujar Dika. Wanita hamil tidak boleh mengkonsumsi makanan dan minuman manis terlalu banyak. Itu yang Dika dengar dari teman temannya.

"Iya, cerewet sekali. Makan ini tidak boleh, makan itu tidak boleh, padahal aku hanya hamil bukan sedang sakit," Diva memonyongkan bibirnya ke depan. Diva nampak menggemaskan membuat Dika tidak tahan ingin mencubit kedua pipinya.

"Leon dan Tasya mana?"

"Mereka sudah pulang,"

"Kenapa tidak menunggu aku keluar dari IGD?"

"Keburu gelap, anak perawan kan tidak boleh pulang larut,"

"Ha... Ha... Ha... Iya, kamu benar sayang. Ngomong ngomong apa Ibu tau aku masuk rumah sakit?"

"Tau, dia memaki Leon, Tasya dan aku. Dia bilang kami tidak becus menjagamu lalu dia pingsan. Leon mengantar Ibu pulang sekalian mengantar Tasya,"

"Dia sangat sayang sekali padaku, kamu beruntung punya ibu baik seperti dia." Tasya melempar senyum manis. Tiba tiba ada rasa rindu dihari Diva kepada mendiang orangtuanya. Sudah lama Diva tidak mengunjungi mereka dan menabur bunga di makam.

Selesai makan dan minum obat, Diva tertidur. Leon muncul dan memberi kode untuk bicara empat mata diluar. Dia ingin menyampaikan hasil penyelidikannya tentang tiga pria yang menabrak Diva di mall.

"Ada apa?" Tanya Dika.

"Saya sudah memeriksa semuanya, tiga pria itu adalah mantan napi atas kasus pembunuhan berencana,"

"Apa katamu? Mantan napi?"

"Iya Tuan, bisa jadi mereka juga disuruh oleh seseorang untuk mencelakai Nona,"

"Sial, siapa orang yang berani mencari gara gara denganku!"

"Hanya ada satu kemungkinan Tuan, yaitu mantan kekasih anda,"

"Buntuti kemana wanita ular itu pergi, jika benar dia dalangnya aku akan memberinya pelajaran secara langsung!"

"Siap Tuan!" Leon mengangguk patuh.

***

Di tempat lain...

Zoya tertawa senang mendengar kabar Diva masuk rumah sakit, meski tidak sampai meninggal dunia Zoya yakin sudah cukup untuk membuat Dika merasa takut. Pria itu telah menolaknya untuk wanita tidak jelas, dia harus diberi hukuman.

"Bagaimana keadaan anak itu?"

"Aku belum mendapat kabar terbaru. Tapi Dika telah memerintahkan seseorang untuk menyelidiki kami. Jika nanti ketahuan bagaimana?"

"Kabur saja keluar negri, gampang kan?"

"Kamu bersedia menambah ongkos dan uang sakunya kan?"

"Aku bersedia, tenang saja. Dua Minggu setelah ini celakai Diva lagi, kali ini anak itu harus mati!"

"Siap Nona."

Zoya mengepalkan kedua tangannya, emosi dan benci sedang meluap dihatinya. Matanya buta akan jalan kebenaran, semua karena rasa sakit atas perlakuan buruk dan penolakan Dika padanya.

Jika Dika tidak bisa dimiliki olehnya, tidak ada wanita yang boleh memiliki Dika di dunia ini. Begitu kira kira prinsip hidup yang sedang zoya pegang teguh saat ini.

🍁🍁🍁

Dika mengelus perut besar Diva lembut, sebuah pergerakan hebat pun dia rasakan. Diva yang sedang tidur pun terbangun dan meringis.

"Sayang, jangan bangunkan dia. Aku masih mengantuk, aku masih mau tidur," Diva mendengus kesal.

"Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu tidurmu. Aku hanya ingin mengajak anak kita main,"

"Itu namanya sama saja!"

"Ayo tidur lagi, biar aku peluk. Kali ini aku janji tidak akan mengganggumu." Dika mengacungkan jari kelingkingnya ke atas.