Tarik Ulur Cinta

Jemima yang terkejut dengan pernyataan perasaan yang dilakukan oleh Arion, membeku. Ia tidak berharap apalagi bermimpi bahwa malam itu, Arion akan mengatakan sesuatu yang akan mengguncang dunianya. Ia memang pernah bermimpi bahwa suatu saat ia akan mendengar kata-kata seperti itu dari Arion, tetapi ia tidak menyangka bahwa hari itu akan datang malam itu.

Arion menatap Jemima seolah ingin segera mendapatkan jawaban dari gadis itu. Namun, Jemima masih saja diam yang membuat Arion menjadi tak sabar. Ia sudah menekan semua rasa malu agar ia bisa mengutarakan perasaannya yang sesungguhnya kepada Jemima.

“Mima, kenapa kamu malah bengong kayak gitu?! Aku lagi nunggu jawaban kamu!” tegas Arion yang membuat Jemima tersadar.

“Ahh, ehhh, maaf aku cuma kaget…, kamu lagi becanda ‘kan, Rion?” tanya Jemima untuk memastikan keseriusan Arion.

“Apa menurut kamu aku tipe laki-laki yang suka mempermainkan perasaan orang lain?” balas Arion yang langsung dijawab Jemima dengan anggukan cepat. Arion menatap Jemima dengan pandangan tidak terima.

Jemima tersenyum geli dan mengatakan bahwa selama ini Arion memang sering mengobok-obok perasaannya hingga membuat gadis itu jengah. Arion berusaha membela diri, tetapi Jemima tampak tidak menyetujui pembelaan diri lelaki itu. Arion mulai merasa kesal, dan memaksa Jemima untuk kembali ke topik awal pembicaraan mereka.

“Rion, bisa engga kamu ngasih aku waktu untuk memikirkan pembicaraan kita hari ini. Ehm, dan kalo kamu engga keberatan, apa aku bisa ketemu dengan Michael hari ini, untuk memastikan perasaanku ke dia!” pinta Jemima dengan wajah memelas.

Arion menghela nafas panjang, ia mengetahui dengan pasti bahwa ia tidak akan bisa memaksa Jemima untuk memberikan jawaban yang lelaki itu minta, malam itu juga. Pada akhirnya, Arion mengalah. Ia menganggukkan kepalanya, yang membuat Jemima tersenyum senang dan tanpa sadar langsung memeluk lelaki itu.

Arion hanya bisa tersenyum pasrah saat mendapat pelukan hangat dari gadis yang sudah lama ia cintai itu. Ia menghela nafas lega karena ia berhasil mengungkapkan perasaan terdalamnya kepada Jemima, walau butuh beberapa tahun baginya untuk memberanikan diri.

Perasaan Arion sangat bahagia, sewaktu mendapat informasi dari Michael bahwa Jemima akan dimutasi ke Bali. Ia berusaha untuk mengatur perasaannya saat pertama kali bertemu dengan Jemima, tetapi yang terjadi ia malah melukai gadis itu dengan sikap dingin. Ia sudah berusaha untuk bersikap manis kepada Jemima, tetapi entah mengapa sering kali ia malah melakukan kebalikannya.

Ia berulang kali memberanikan diri untuk meminta maaf, tetapi kejadian yang terjadi justru ia semakin menyakiti gadis yang dicintainya itu. Namun kejadian yang tidak menyenangkan yang dialami oleh Jemima, yang disebabkan oleh Rebecca membuat Arion menyadari bahwa ia sangat takut kehilangan Jemima lagi.

Ia tidak ingin mengalami 10 tahun yang menyiksa, sekali lagi. Perpisahannya dengan Jemima dan semua kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka sudah cukup untuk membuat Arion mengalami patah hati yang berkepanjangan. Jemima adalah cinta pertama yang terlambat ia sadari. Ia mengetahui perasaannya sendiri, setelah ia berpisah jarak dengan Jemima.

Penolakan Jemima untuk bertemu dengannya untuk terakhir kali sebelum kepergiannya berdampak besar terhadap kehidupan percintaan Arion. Kisah cinta masa remaja sama sekali tidak pernah Arion cicipi. Perasaannya terlalu mendalam kepada Jemima, hingga membuat Arion sama sekali tidak menggubris cinta lain yang berusaha mendekati bahkan terang-terangan mengutarakan perasaan mereka.

Arion baru menerima perasaan gadis lain, setelah ia duduk di bangku perkuliahan. Dan hal itu juga merupakan hasil perjodohan yang dilakukan oleh sahabat-sahabatnya. Ia sempat mencoba untuk membuka hati dan menerima Renata yang ternyata menyukainya sejak pertama kali melihat lelaki itu.

Hubungan mereka terjalin cukup lama sekitar satu setengah tahun, sebelum akhirnya Renata memilih meninggalkan Arion untuk mengejar kariernya. Anehnya, Arion sama sekali tidak terluka saat Renata meminta putus darinya. Ia langsung mengiyakan, tanpa basa-basi.

Saat melihat Renata setelah Jemima ada di Bali, Arion sama sekali tidak merasakan perasaan apa pun, bahkan rasa benci karena telah dicampakkan oleh perempuan yang sebenarnya selalu mengejar Arion sejak dulu. Arion malah bersyukur karena Renatalah yang meminta perpisahan itu, jika tidak mungkin saat ini Arion akan dihinggapi rasa penyesalan karena membuat Renata merasakan perasaan tidak dicintai sejak awal hubungan mereka.

Arion mengingat dengan jelas betapa dinginnya hubungan mereka. Renatalah yang sejak awal terus berusaha membuat hubungan mereka terlihat normal, padahal Arion bahkan sama sekali tidak pernah menyentuh gadis itu. Selama ini, Renatalah yang menggandeng tangan atau lengannya, bahkan Arion sama sekali tidak pernah mendaratkan sebuah ciuman atau memberikan pelukan kepada gadis yang disebut kekasihnya itu.

Ia mengetahui dengan pasti betapa terlukanya perasaan Renata, tetapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa sejak awal ia tidak pernah mencintai gadis itu. Arion malah merasa lega karena Renatalah yang pertama kali mengajukan kata “putus”, walau kata-kata itu sering kali sudah berada di ujung bibir Arion selama satu setengah tahun hubungan mereka.

“Makasih, Rion!”

Cup.

***

Wajah Jemima memerah setiap kali mengingat kejadian tadi malam, saat ia mendaratkan sebuah ciuman di pipi Arion sebagai ucapan terima kasih. Di lain sisi, ia juga masih merasa euforia rasa berbunga-bunga saat Arion menyatakan perasaannya. Pagi itu, Jemima memilih untuk tidak keluar kamar karena belum siap untuk bertemu dengan lelaki yang ia cintai itu.

Kejadian tadi malam, membuat Jemima merasa malu untuk bertemu dengan Arion. Namun, sepertinya Arion tidak membiarkan gadisnya itu untuk bersembunyi lebih lama. Arion mengetuk kamar yang ditempati oleh Jemima, hanya untuk mengajaknya sarapan bersama. Jemima hanya bisa pasrah, saat Arion menarik tangan gadis itu untuk keluar dari kamarnya.

Namun, Jemima langsung melepaskan genggaman tangan Arion, saat melihat Miranti dan Hannah sudah duduk manis di ruang makan. Mata Miranti segera menyipit karena menangkap interaksi manis yang berusaha disembunyikan oleh Jemima itu. Hannah yang juga melihat kejadian itu, tersenyum sembari menggoda Jemima dengan tatapannya. Hal itu membuat wajah Jemima bersemu dengan sempurna. Arion memilih untuk bersikap santai dan menikmati tingkah Jemima yang menurutnya sangat menggemaskan itu. Arion merasa diliputi kebahagiaan saat mendapat pelukan dan ciuman manis dari gadis yang akan segera menjadi kekasih, bahkan tunangannya itu.

Arion sudah berjanji dalam hatinya, bahwa ia akan segera meminang Jemima setelah gadis itu memutuskan hubungannya dengan Michael. Ia tidak ingin kehilangan gadis yang sebenarnya sejak awal sudah ia tetapkan menjadi istri dan ibu dari anak-anaknya kelak. Ia merasa bersalah saat mengatakan kata-kata kasar tentang pertunangan mereka, beberapa waktu yang lalu.

Ia ingin menebus rasa bersalahnya dengan langsung meminta Jemima menjadi istrinya secara resmi. Ia akan segera mengutarakan niat baiknya itu kepada Miranti dan orang tua Jemima. Ia berharap ujung dari kisah cinta masa remajanya itu bisa berakhir indah. Ia sudah menyadari betapa dalamnya cinta yang ia miliki untuk sahabat kecilnya.

“Kak Mima, kenapa muka kakak merah kayak gitu? Apa kakak lagi sakit?” tanya Hannah dengan senyum penuh arti yang membuat Jemima menatapnya dengan pandangan menegur. Hannahnya hanya membalas Jemima dengan membuat tanda “peace” dengan kedua jari sembari menjulurkan lidahnya.

Jemima hanya bisa menghela nafas panjang karena merasa Miranti dan Hannah sepertinya sudah mengetahui apa yang terjadi pada dirinya dan Arion. Ia hanya bisa pasrah, ia juga sebenarnya tidak sabar untuk bisa menceritakan semuanya kepada Michael dan Rusli saat mereka bertemu.

‘Ah, semoga semua ini bukan mimpi!’

****