Sintia janda malang yang ditinggal suami begitu saja, Sintia bangkit dari keterpurukannya dengan merubah penampilannya supaya tidak ada lagi laki-laki yang seenaknya sama Sintia, Mampukah Sintia membalas sakit hatinya pada mantan yang seenaknya meninggalkan dirinya karena culun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maya ps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Maaf kalo ada typo itu dari autotext saat nulis, Selamat Baca semuanya
Kiki menerima tumpukan piring kotor cukup banyak, yang diberikan kepala OB saat Kiki masuk kedalam pantri.
"Cuci yang bersih Ki, setelah itu kamu bawa piring bersih ke ruangan bendahara, sekretaris, ruangan Bu Wulan, dan ruangannya Bu Sintia!" perintah kepala OB.
"Kenapa bukan perempuan saja Bu yang cuci piring, kenapa harus saya Bu kan ini perkejaan perempuan Bu!" tolak Kiki yang malas cuci piring banyak.
"Tinggal pilih mau cuci piring itu atau keluar dari sini, resiko jadi OB apapun perintah atasan wajib bisa kerjain tanpa protes mengerti kamu!" tegas kepala OB menatap Kiki, yang enak sekali tolak perintahnya.
"Baik Bu saya bersihkan dari pada dipecat Bu, permisi kalo begitu." lanjut Kiki pasrah, bagaimana tidak pasrah bakal dipecat karena tolak mencuci piring yang lumayan banyak sendirian.
Kiki bawa semua piring kotor ke westafel untuk dibersihkan, dari pada kena teguran karena tidak mau cuci piring yang lumayan banyak.
**
Sintia memberikan desain villa yang sudah dibuatnya, ada sepuluh refrensi villa yang bisa dipilih Alex mantan atasannya Kiki.
Sintia sengaja ketemu sama Alex tidak dikantornya, karena tidak ingin Kiki dihina sama Alex karena sekarang menjadi OB.
"Bagaimana Pak Alex apa ada yang cocok, dengan selera anda?" tanya Sintia berharap, desain villa nya ada yang berhasil.
"Desainnya bagus semua Bu, saya pilih yang ini saja Bu terlihat sederhana tapi kelihatannya sejuk sekali karena akan ada beberapa pohon buah, ada juga pohon tanaman hias untuk mempercantik pemandangan villa." ucap Alex yang sejujurnya suka semua desain, yang sudah dibuat sama Sintia.
"Oke Pak terimakasih atas pilihannya, setelah pembayaran lunas saya akan minta tukang bangunan mulai bangun villa yang sudah anda pilih tadi." lanjut Sintia senang, karena perjuangan membuat desain villa berhasil juga.
Sintia selalu berharap tidak pernah kecewakan Wulan, akan selalu berusaha perusahaannya Wulan mendapatkan proyek setiap harinya.
Alex memandangi Sintia dengan senyum bangga, karena ibu rumah tangga biasa bisa membuat desain villa yang bagus dan layak diterima.
**
Wulan melihat Kiki cuci piring di pantri, langsung menghampiri Kiki untuk kerjain Kiki.
"Ki mantan atasan kamu dulu cakep juga iya, dia lagi meeting loh sama Sintia, sepertinya mereka cocok sekali." ucap Wulan sengaja, Wulan ingin membuat Kiki cemburu.
"Biasa aja dia tidak cakep kok, cocok apaan sih kamu Wulan, Sintia masih istri saya jadi tidak ada yang cocok sama Sintia selain sama saya mengerti!" tegas Kiki tidak suka sama pembicaraan Wulan.
"Iya deh Sintia tidak cocok ketemu atau kenal sama laki-laki mana pun, yang cocok cuman kamu saja iya Ki dengan mudah selingkuh bahkan tinggal bareng iuh menjijikan sekali, pantas saja kamu lebih cocok sama Winda dari pada kamu sama Sintia beda jauh." ledek Wulan menatap Kiki dengan sinis.
"Sial, kalo kamu bukan atasan saya sudah saya hajar kamu, maksud datang ke pantri cuman menghina saya saja hah!" bentak Kiki terpancing emosi, tapi bisa dikontrol karena masih menghargai Wulan sebagai atasannya.
"Kalo iya kenapa hah, manusia seperti kamu memang pantasnya dihina karena tidak pandai bersyukur sih, sudah mendapatkan istri yang baik eh disia-siakan demi perempuan sampah seperti Winda." lanjut Wulan jujur.
Wulan senyum sinis melihat Kiki, Wulan pergi dari pantri karena takut ada karyawan yang denger obrolannya sama Kiki, takut semuanya kacau tanpa sepengetahuan Sintia.
Kiki mengepalkan tangannya tahan emosi, karena perempuan didepannya dengan santai menghinanya seenaknya saja.
**
Winda didatangi ketua RT, pemilik rumah, dan beberapa tetangga rumahnya, membuat Winda bingung dengan kehadiran orang-orang kerumahnya.
"Apa benar anda dan Kiki bukan sepasang suami istri yang sewa rumah ini?" tanya Ketua RT, setelah mendapatkan informasi dari anak buahnya Budiman.
"Kiki cuman nginep saja kok Pak, dia akan pulang ke rumahnya Pak, soal status kita sebentar lagi kita akan nikah sederhana disini Pak." penjelasan Winda dengan perasaan takut.
"Tidak bisa, saya larang ada pernikahan disini karena saya denger kamu plakor dan kami tidak suka ada plakor dikampung ini, jadi jangan mimpi ada pernikahan di kampung ini selama kamu nikah sama suami orang mengerti!" tolak pemilik rumah, yang sudah tahu status Winda yang rebut suaminya Sintia.
"Tidak benar Bu, saya mau nikah sama duda tanpa anak Bu, istri Kiki sudah meninggal dunia oleh karena itu saya menerima lamaran Kiki karena dia duda bukan suami orang." penjelasan Winda bohong, tidak mungkin jujur bisa-bisa diusir dan lagi-lagi gagal nikah karena statusnya Kiki yang suami orang.
Winda lagi-lagi takut akan diusir dari rumah barunya, karena warga disini tiba-tiba tahu statusnya Kiki yang suami orang dan sepertinya mudah tolak rencana pernikahannya bersama Kiki.