Dambi nekat mencari gigolo untuk memberikan keperawanannya. Ia pikir kalau dirinya tidak perawan lagi, maka laki-laki yang akan dijodohkan dengannya akan membatalkan pertunangan mereka.
Siapa sangka kalau gigolo yang bertemu dengannya di sebuah hotel adalah profesor muda di kampusnya, pria yang akan dijodohkan dengannya. Dambi makin pusing karena laki-laki itu menerima perjodohan mereka. Laki-laki itu bahkan membuatnya tidak berkutik dengan segala ancamannya yang berbahaya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau milikku
Pesta masih berlangsung dengan meriah. Semua orang menikmati obrolan mereka ditengah pesta. Di ujung sana Dambi melihat Kevin berbicara dengan beberapa pria berjas. Mungkin rekan bisnisnya. Dambi tidak melihat Yuka dan Gery lagi saat turun panggung. Ia pikir mereka masih dalam pesta tersebut, namun seorang pelayan tiba-tiba mendekatinya dan menyampaikan sesuatu. Ternyata kedua sahabatnya itu sudah pulang lebih dulu karena Yuka tiba-tiba merasa sakit perut.
Dambi mengembuskan napas panjang. Ya sudahlah. Ia mencoba menikmati pesta namun karena beberapa orang di dekat situ nampak terus memperhatikannya, gadis itu jadi merasa risih. Mana Angkasa belum balik-balik dari toilet lagi. Dambi jadi ingin pulang saja sekarang.
"Cari aku?" lalu suara yang muncul dari belakangnya membuat Dambi merasa lega. Walau dia masih jengkel pada pria itu, kenyataannya hanya pria itu yang bisa membantunya keluar dari ruangan sesak ini. Entah kenapa ia merasa orang-orang di aula pesta itu makin banyak hingga rasanya makin sesak saja.
"Antarkan aku pulang. Aku nggak tahan lagi berada di sini." kata Dambi menatap pria itu. Angkasa menyapukan pandangannya ke kerumunan orang. Ia sendiri sama dengan Dambi, tidak terlalu suka keramaian seperti ini. Pandangannya beralih ke jam tangannya. Harusnya sih tidak apa-apa mereka pulang sekarang.
"Ya sudah, ayo." ucapnya lalu meraih lengan Dambi untuk keluar dari situ.
"Nggak pamit ke om dan tante?"
"Panggil mereka mama dan papa, kau lupa kata mamaku tadi?" Angkasa mengingatkan. Dambi tertawa remeh. Siapa juga yang lupa, dia hanya belum terbiasa saja.
"Tidak perlu, mereka sedang sibuk dengan tamu-tamu mereka." ucap Angkasa lagi lalu lanjut menarik lembut Dambi keluar dari situ. Ia sempat memberi kode pada Kevin yang menatap ke arah mereka sebelum akhirnya keluar dari aula pesta.
Kira-kira sekitar dua puluh menit mereka sampai di rumah Angkasa. Para pelayan rumah sudah tak seramai biasanya. Makhlum, karena sekarang sudah hampir tengah malam jadi yang bekerja hanya mereka yang bertugas di malam hari.
"Mau aku gendong sampai ke kamarmu?" tawar Angkasa karena melihat Dambi yang terlihat sangat kelelahan. Kasihan juga. Apalagi gadis itu pakai heels dan mereka masih akan melewati tangga ke lantai dua. Bisa-bisa tunangannya ini ambruk nanti.
"Nggak usah," balas Dambi langsung namun nada bicaranya seperti orang mengantuk. Dia benar-benar mengantuk. Sangat mengantuk, sampai bicara saja rasanya tidak mampu karena rasa kantuk dan capek yang menyerangnya bersamaan.
Angkasa berdecak pelan. Sudah seperti ini masih saja melawannya. Lagian mereka bertunangan sekarang, tidak apa-apa kan Angkasa menggendong tunangannya? Lebih dari itu pun bisa. Lalu tanpa ijin ia langsung mengangkat tubuh Dambi. Tidak peduli gadis itu akan marah atau tidak.
Dia pikir Dambi akan melawan, ternyata tidak. Gadis itu bahkan tidak mengatakan apapun. Saat Angkasa memeriksa, ternyata Dambi benar-benar sudah ketiduran. Pria itu tersenyum tipis. Sepertinya gadis ini bisa tidur di mana saja.
Mulai dari membuka pintu sampai membaringkan Dambi di atas ranjang dilakukan Angkasa dengan amat sangat perlahan dan lembut. Pria itu membuka heels yang masih melekat di kaki Dambi dan menatap gadis itu lekat.
Ah, betapa cantiknya, wajahnya ketika tertidur terlihat begitu polos, makeup tipisnya sedikit mengganggu Angkasa. Pria itu lebih menyukai Dambi yang tanpa makeup, lebih cantik menurutnya, meski kedua-duanya cantik. Hanya saja Angkasa merasa Dambi jauh lebih cantik tanpa polesan apapun. Kulitnya begitu lembut,
seperti bayi dengan semu kemerahan yang membuat Angkasa tergoda untuk menyentuhnya.
Angkasa tidak tahan lagi lalu menyusurkan jemarinya di semu kemerah-merahan itu. Dan bibirnya, astaga bibir itu, begitu
ranum dan basah, membuatnya tergoda untuk mencicipinya.
Matanya menyusuri seluruh keindahan di depannya. Hasrat kelaki-lakiannya seolah bangkit. Belum pernah ia merasa seperti ini pada perempuan. Dulu, dia pikir dia menderita semacam penyakit aneh yang tidak bisa tergoda pada wanita manapun. Tapi sejak bertemu Dambi dia sadar, dia belum pernah bertemu seseorang yang membuatnya tertarik sampai bertemu dengan gadis itu. Bahkan secara kebetulan mereka dijodohkan. Dambi adalah hadiah paling manis yang dia dapatkan.
Sudah berapa lama dia menunggu saat-saat ini? Menunggu saat-saat akan ada perempuan yang berada begitu dekat dengannya? Dan tentu saja membuatnya jatuh hati.
Akhirnya Angkasa tidak dapat menahan godaan, dibungkukkannya tubuhnya melingkupi gadis itu,
kemudian bibirnya menyentuh lembut bibir Dambi dengan halus tapi penuh hasrat.
"Kau milikku Dambi, ingat itu. Aku tidak akan pernah melepaskanmu." gumamnya.
setelah melepaskan ciumannya, langkah yang dilakukan Angkasa selanjutnya adalah menyelimuti tubuh Dambi dengan selimut kemudian mengecup singkat puncak kepalanya dan keluar dari kamar itu. Angkasa amat berhati-hati agar tidak membangunkan gadis itu.