Suatu ketika, seorang gadis menerima ajakan untuk pindah dan tinggal di suatu negara perantauan Pamannya dan gadis cantik itu mulai bekerja di negara asing itu sebagai seorang pengawal. Ia merasa bahagia karena bisa tinggal di negara idolanya sendiri.
Tak berhenti hanya di situ, si gadis merasa semakin bahagia saat mendapati kenyataan bahwa dirinya akan bekerja untuk mengawal idolanya sendiri. Hingga suatu hari, kebahagiaannya memuncak bersamaan dengan rasa bingung dan terkejut saat idolanya melamar dirinya di depan para reporter di suatu acara yang besar.
Gadis itu merasa sangat bahagia hingga merasa hidup dalam mimpi. Namun, apakah gadis itu akan bahagia selamanya atau kebahagiaannya akan menjadi sirna? Atau mungkinkah hidup yang bagai mimpi indah itu ternyata berakhir dengan mimpi buruk hingga membangunkannya ke kenyataan pahit? Bagaimana kisah selengkapnya? Baca dan ikuti terus kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilawrsmr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34 - Bahagia itu Sederhana.
Di tempat yang jauh dari Luna berada, di negara asalnya, keluarga Luna beraktivitas seperti biasa. Saat pagi hari, Bu Nadda berbelanja di pasar tradisional untuk membeli kebutuhan dapur di rumah. Seperti aktivitas pada ibu pada umumnya, saat bertemu pasti ada saja yang dibahas di mana pun tempatnya dan kapan pun itu.
"Bu Nadda, apa kabar?"
"Baik, Bu." Bu Nadda menjawab singkat sambil terus memilih belanjaan yang akan dibeli.
"Apa kabar anak-anak di rumah? Luna masih kerja di luar negeri, ya? Anak gadis kerja jauh dari keluarga di rumah dan tak ada kabar, apa dia betah di sana?"
"Anak juga baik-baik saja. Saya masih sering berkabar dengan Luna di luar negeri, sesekali juga menjenguk ke sana," jawab Bu Nadda
"Saya dengar dari anak di rumah, Luna kerjanya di negeri idola itu, kan? Pasti tahu dong gosip tentang para idola di sana? Apa pernah ketemu sama idola di sana?"
"Yang penting anak saya di sana sehat, saya tidak terlalu ingin tahu soal yang lain," jawab Ibu Nadda
"Ada kabar dari luar negeri sana, idol tampan akan segera menikah sama rakyat kalangan biasa. Luna juga pasti tahu, kan?" Saat itu Ibu Nadda hanya tersenyum.
"Apa Bu Nada juga tahu? Idol tampan yang gosipnya buat gempar sampai ke sini itu, Lee Damian ...."
"Itu calon suami kak Luna, Bu. Kak Luna akan menikah dengan idol tampan di negara yang jauh sana," sahut adik lelaki Luna yang mengantar dan menemani Ibu Nadda berbelanja.
"Memangnya benar kata Julian, Bu Nadda? Kalau benar Luna mau menikah kok tidak pernah kasih kabar?"
"Kak Luna tetap kasih kabar ke rumah. Kami juga sudah pernah bertemu sama calon suaminya. Hanya saja karena kak Luna akan menikah di luar negeri sana dan calon suaminya adalah seorang idola yang terkenal, kabar ini memang dirahasiakan. Ini kabar eksklusif yang langka," jawab adik lelaki Luna yang bernama Julian.
"Kalau Luna memang akan menikah dengan idola tampan di sana, apa kami juga akan ikut dapat undangannya?"
"Maaf, Bu. Yang dapat undangan hanya keluarga dekat," jawab Julian, sedangkan Ibu Nadda memilih untuk hanya diam.
Hingga akhirnya Ibu Nadda selesai berbelanja dan kembali pulang bersama putra bungsunya.
"Julian, kenapa tadi kamu jawab semua pertanyaan itu?" tanya Ibu Nadda
"Lagi mau jawab saja, buat klarifikasi ... " jawab Julian
"Kamu yang biasanya tidak tertarik bicara banyak justru sangat semangat seperti penggosip saja," kata Ibu Nadda
"Kalau tidak seperti itu, ibu tadi akan terus bertanya tanpa arah dan akhirnya memojokkan kak Luna. Nanti topiknya hanya akan berputar-putar seperti, anak gadis terlalu lama bekerja itu tidak baik, anak gadis menunda untuk menikah itu tidak baik, kapan menikahnya? Mereka yang tidak tahu apa-apa hanya akan memberi komentar pedas," ujar Julian
"Kamu tidak boleh berpikir negatif seperti itu dan kendalikan emosi kamu," sahut Ibu Nadda
Julian hanya bisa mengangguk hingga akhirnya sampai di rumah bersama sang ibu. Saat itu di rumah sudah ada kakak perempuan Luna bersama kedua anaknya.
"Kak Kinara, kapan datang?" tanya Julian
"Belum lama baru sampai," jawab kakak perempuan Luna yang bernama Kinara.
"Kinar, suamimu si Raka dan ayah di mana?" tanya Ibu Nadda
"Ayah sama menantunya itu sudah langsung pergi tidak tahu ke mana, tidak bilang dan sudah langsung hilang ... " jawab Kinara
"Para pria kalau sudah bertemu langsung lengket seperti magnet, terkadang sampai lupa waktu," kata Ibu Nadda
"Ini Kanaya dan Kiano sedang apa berkumpul seperti ini?" tanya Julian
"Kanaya mau telepon onty-nya dan Kiano ikut juga, tapi kamu tahu sendiri kalau menelepon ke luar negeri itu mahal. Jadi, Kakak kirim pesan lebih dulu ke Luna dan minta supaya dia saja yang telepon ke sini. Ini kita lagi menunggu telepon dari Luna," jelas Kinara
"Mama, kenapa onty Luna lama teleponnya?" tanya Kanaya, anak sulung Kinara, keponakan perempuan Luna.
"Sabar dulu, Naya. Kiano, adikmu saja bisa sabar ... " jawab Kinara
"Sini biar Kiano sama Om Lian saja," kata Julian yang langsung menggendong keponakan lelakinya yang masih berusia kurang dari satu tahun bernama Kiano.
"Nah, onty Luna sudah telepon ... " sahut Kinara
Kinara pun langsung menerima panggilan video dari Luna yang berada jauh di luar negeri sana.
"Halo, onty Luna!" Kanaya lebih dulu bicara saat panggilan video telah terhubung.
"Halo, Naya cantik. Apa semuanya sedang berkumpul di sana?"
"Iya, onty. Aku rindu."
"Onty juga rindu, sayang. Nanti kita berkumpul bersama lagi, ya."
"Luna, sedang apa di sana? Apa kamu sibuk? Apa kita mengganggumu dengan minta ditelepon seperti ini?" Kali ini Kinara ikut bicara pada Luna yang berada dalam panggilan video.
"Tidak, kak Kinar. Kebetulan aku sedang senggang sekarang. Apa kabar semuanya di sana?"
"Kami semua baik di sini. Bagaimana denganmu di sana? Bagaimana rencana pernikahanmu itu?"
"Aku baik-baik saja di sini. Masih banyak yang harus dipersiapkan, doakan saja yang terbaik dan semoga lancar."
"Tentu saja, maaf karena kami jadi tidak bisa membantu apa pun untuk persiapannya karena saling berjauhan seperti ini."
"Tidak masalah, ada banyak yang membantu di sini. Tidak perlu khawatir."
"Kami masih tidak percaya kak Luna akan menikah dengan idola tampan itu." Julian pun ikut menyahut.
"Luna, kabar pernikahan Lee Damian sudah sampai ke sini. Adikmu itu justru berkoar kalau kamu yang akan menikah dengan idola tampan itu. Bukankah kabar ini harusnya tetap dirahasiakan?" Bahkan Ibu Nadda ikut bicara.
"Julian itu ... kamu kalau ada orang nyinyir, ikut nyinyir. Sudahlah, sudah terjadi juga. Lagi pula, mungkin tidak akan ada yang percaya karena menganggap Julian hanya membual."
"Luna, apa kau sungguh baik-baik saja? Maksud kakak, kabar baik seperti pernikahan ini harusnya jadi sesuatu yang membahagiakan, tapi kabar ini justru dirahasiakan. Kamu juga akan menikah di luar negeri yang jauh, meski pun kami nantinya akan datang, teman-temanmu tidak ada di sana untuk ikut hadir. Apa kamu akan bahagia?" Kinara kembali bicara.
"Mohon doanya saja. Lagi pula, bahagia itu sebenarnya sederhana."
"Kami semua di sini pasti selalu mendoakan kebahagiaanmu, Luna. Jangan lupa untuk terus memberi kabar pada kami dan beri tahu kapan kamu menikah. Kirim juga undangannya saat sudah jadi."
"Aku mengerti. Jika undangannya sudah dicetak akan aku kirim lewat paket eskpor supaya kalian semua bisa lihat, aku juga akan mengirim tiket agar kalian bisa datang ke sini."
"Kami akan menunggu kiriman dan kabar baik darimu di sini. Jaga dirimu baik-baik di sana."
"Kalian semua juga, sehat-sehat selalu supaya kita semua bisa saling bertemu dan berkumpul lagi."
Hanya dengan panggilan video, Luna sudah merasa senang karena bisa bicara dengan keluarganya yang berada di negara asalnya. Meski begitu, Luna tetap saja merasa rindu pada keluarganya itu. Namun, memang benar kalau bahagia itu sederhana.