Eilaria gadis yang hidupnya penuh tekanan kini harus mampu memutuskan hubungan dengan keluarga Drake, hanya saja Davian Drake tak akan bisa melepas Eila begitu saja. Bagaimana pria red flag itu mengejar mati-matian gadis kesayangannya? Akan kah Eila dapat menerima Davian bersama nya?
- WARNING !!! Kalian bisa membaca dari BAB 51 - BAB 58 jika tidak suka alur maju mundur.
Ini untuk mempermudah pembaca yang tidak suka cerita rumit. Terima kasih semua yang sudah support. BIG LOVE
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuan La, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
“Kalian jadi pulang hari ini?” Tanya Jillian pada Mia melalui panggilan ponsel.
“Ya… aku bersama Eila. Aku yang akan menyetir.”
“Dimana dia? Kenapa nomornya tidak aktif?”
“Aaah… kau tahu semalam pasien melonjak di UGD, Eila tidak tidur seharian penuh. Bahkan dia baru selesai pagi tadi. Sekarang dia tidur.”
“Apa aku perlu kesana?”
“Kenapa? Kau khawatir? Ada aku disini.” Jawab Mia sambil mengemas barang-barangnya, “Dan kau yakin untuk bersamanya? Kau tahu dia sudah bertunangan dengan CEO konglomerat itu.”
“Heh… Kau tahu dari mana?”
“Dia memberitahuku. Dari siapa lagi.”
“Eila?”
“Bukan. Tunangannya. Davian. Eila tidak pernah cerita apapun selain masalah kerjaan, jurnal dan karya ilmiahnya.”
“Sudahlah. Dia belum menikah. Kalaupun sudah menikah lalu kenapa kalau aku menyukainya.” Jawab tenang Jillian.
“Jillian… kau gila… bahkan istri orang mau kau rebut.”
“Dia belum sungguh-sungguh menyukainya. Tidak ada yang salah dengan sebuah perasaan.”
“Baiklah. Aku tidak akan berdebat dengan calon profesor muda. Bisa gila juga nanti aku.”
“Kalau gitu berkendaralah dengan pelan. Pastikan kalian kembali dengan selamat.” Balas Jillian dan mengakhiri panggilannya.
Mia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Jillian yang sangat nekat untuk mencari perkara dengan Davian. Selama dulu mereka kuliah ditempat yang sama, tak pernah ia melihat Jillian dekat dengan perempuan lain seperti saat ini bersama Eila. Banyak perempuan yang menyukainya namun sikap Jillian terlalu dingin dan mengacuhkan begitu saja.
“Eil… setengah jam lagi kita harus berangkat.” Mia mencoba membangunkan Eila.
“Iya… sebentar lagi. Aku sudah berbenah, aku tidak perlu mandi.”
“Aku yang akan menyetir, kau bisa istirahat di dalam mobil nanti.”
“Mmm…..”
Mia bergegas membawa barangnya ke dalam mobil. Parkiran belakang rumah sakit. Tugas mereka sudah selesai saat itu. Tepat dihari Nyonya besar akan tiba di bandara. Bahkan Davian sudah memberi sebuah rumah real estate di bilangan pusat kota. Sedikit agak jauh dari Shenzhen.
“Selamat pagi dokter Mia.” Sapa suara hangat. Reynard.
“Reynard. Tuan Rey.” Mia terperanjat melihat asisten Davian ada diparkiran rumah sakit.
“Rey saja.” Balas cepat Rey, dia enggan ada perkataan formal.
“Ah iya. Rey ada keperluan apa kau kemari? Siapa yang sakit?”
“Tidak ada. Aku bersama Tuan Davian sengaja ingin menjemput kalian. Aku akan mengantarmu pulang dok. Karena Eila terlihat masih lelah, biarkan dia pulang bersama Davian.”
“Tapi aku belum memberitahu Eil…” Gugup Mia.
“Eila sudah bersama Tuan Davian. Dia tunangannya semua akan baik-baik saja. Apa ada barang lain yang belum dibawa?”
“Mm… sudah semua.”
“Baiklah kita berangkat sekarang. Kuncinya?”
“Didalam…”
Sungguh Mia tidak habis pikir lagi. Davian bahkan menyusul Eila. Yang ia tahu terakhir saat Eila tidak pulang ke asrama, Davian tidak dapat menyusul Eila di hari itu karena berada di luar kota. Butuh waktu setengah hari lebih untuk menyusul ke rumah sakit cabang.
Dua pria yang memiliki tekad bulat untuk bisa bersama Eila. Dengan caranya masing-masing. Mia tak habis pikir kenapa Eila bahkan masih membuka ruang untuk Jillian sedangkan ada Davian yang tampan, cepat bertindak, tajir dan terlebih tubuhnya sangat atletis.
Tak banyak pembicaraan di dalam mobil antara Mia dan Rey. Sejujurnya Mia juga cukup lelah. Tidak seperti Eila, membuat satu laporan ilmiah sudah melelahkan baginya saat ini. Ia tidak mengerti bagaimana Eila bisa membagi waktu diantara setumpuk jurnal yang tengah ia garap.
Davian saat itu berada didalam kamar asrama Eila. Tidak membangunkan Eila sama sekali. Ia hanya memainkan ponsel Eila dan menatap luar jendela. Menunggu Eila terbangun.
BIP BIP BIP
Suara ponsel Eila berdering. Panggilan masuk dari Ivy. Ini adalah akhir bulan. Sesuai jadwal Ivy akan berkuliah juga bersama Eila. Ia sudah tiba di asrama yang sama dimana Eila, Mia dan Jillian tinggal.
Eila terlalu pulas hingga tidak mendengar panggilan tersebut. Davian juga sengaja mengabaikan panggilan tersebut.
BIP BIP BIP
Ivy masih terus mencoba menghubungi Eila. Dia terlalu rindu untuk bertemu sahabatnya itu.
Eila tanpa membuka mata dengan tangannya meraba ponselnya yang seharusnya ada diatas kasur. Merasa tak menemukan ponselnya, ia bangun dan sebuah tangan mengulurkan Ponsel miliknya. Tepat dihadapan wajahnya.
Eila masih belum menyadari hingga akhirnya menjawab panggilan dari Ivy.
“Davian…” Eila terperanjat mendapati pria itu berdiri dihadapannya.
“Aku Ivy Eil, ya Tuhan apa kau sekarang merindukan pria itu. Aku tahu kau menyukainya tapi jangan salah menyebut nama juga.” Suara Ivy terdengar nyaring bahkan Davian dapat mendengarnya.
Membuat Davian tersenyum mendengar perkataan Ivy. Eila yang tersadar untuk kedua kalinya segera menutup panggilan tersebut.
“Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Eila yang bahkan masih berada diatas ranjang.
Davian mendekatkan wajahnya untuk menatap lebih dekat gadis itu. Ia rindu aroma tubuh perempuan itu.
“Menjemputmu.” Ucap Davian dengan senyum tampannya.
Eila merasa gugup. Mereka hampir satu minggu tidak berkomunikasi. Eila selalu menghindar bahkan tidak membalas pesan singkat Davian. Dan kini pria itu ada dihadapannya.
“Dimana Mia?” Tanya Eila melihat sekelilingnya sudah kosong.
“Dia sudah duluan beberapa jam lalu.”
Eila tidak percaya bahkan Mia tega meninggalkannya. Eila bergegas bangun dan melihat ruang tamu, koper Mia memang sudah tidak ada. Hanya ada satu koper miliknya.
Eila mencoba untuk menghubungi Mia. Ia sangat gugup hingga tidak fokus mencari nama Mia. Segudang pertanyaan melintas saja dalam pikiran Eila. Semua pertanyaan itu jelas mengacu pada Davian.
“Kau ingin langsung berangkat?” Tanya Davian lagi.
“Tidak.” Jawab Eila cepat, ia tidak ingin semobil dengan pria itu, “Maksudku, aku akan mandi dulu.” Eila menyadari Davian akan tersinggung dengan jawabannya. Pria itu tidak menyukai kata penolakan dari Eila.
Eila bergegas mengambil pakaian gantinya dan masuk kedalam kamar mandi.
“Kau akan membawa ponsel mu lagi kedalam kamar mandi?”
Ucapan Davian itu tidak didengar Eila yang saat itu sangat gugup, cemas, canggung. Didalam kamar mandi Eila menyalakan showernya dan mengirimkan sebuah pesan singkat untuk Mia.
E : Kau meninggalkanku? Sendiri?
E : Kau bersama siapa? Kenapa Davian ada disini?
Semua pesan itu tidak dibalas oleh Mia. Mia terlelap sepanjang jalan itu.
Eila menghela nafas panjang. Bagaimanapun ia sudah tidak dapat menghindar kali ini. Davian berada diluar kamar, menjemputnya. Terlebih ia terlihat biasa saja, seakan tidak ada masalah yang berarti. Eila harus menghadapinya cepat atau lambat.
BIP BIP
Pesan singkat dari Ivy menanyakan kenapa Eila tiba-tiba menutup panggilannya.
Eila hanya menjawab singkat melalui voice note, “Davian sedang bersama ku.”
Tak ingin membuat Davian menunggu lama, Eila keluar dari kamar mandi, disaat yang sama Davian tepat berdiri dihadapannya. Pria itu baru akan mengetuk pintu kamar mandi untuk meminta Eila menyudahi mandinya.
“Apa yang kau lakukan di dalam. Lama sekali.” Kesal Davian bahkan itu tidak ada 15 menit berlalu.
Eila mendorong tubuh Davian, “Aku mandi. Kalau kau buru-buru tidak perlu repot menjemputku.”
“Aku lihat kau selalu membawa handphone mu kemana pun itu. Bahkan hingga kedalam kamar mandi. Apa kau tidak ada waktu sedetik pun untuk membalas pesan ku?” Tanya Davian yang membuat Eila skak mat.
Ia lupa, pria ini sudah melarang Eila untuk membawa ponsel kedalam kamar mandi. Dan kini ia mengungkit masalah lalu. Jelas pasti, Davian tidak akan pernah mengabaikan permasalahan diantara mereka.