Jingbei bereinkarnasi ke tubuh barunya, seorang gadis SMA setelah dia mengalami koma lama lalu bertemu seorang aktor film yang menjadi pacarnya
Akankah mereka berdua bersama ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Keributan Kecil
Jingbei lantas tersenyum kepada pemilik lapak batu berharga setelah melewati debat panjang di antara mereka.
Akhirnya pemilik lapak memberikannya batu yang diinginkan oleh Jingbei meski dia agak ragu memberikannya.
Jingbei menginginkan sebuah batu berukuran besar hitam pekat, lusuh serta tak memiliki kadungan batu berharga di dalamnya untuk dirinya meski sempat ditentang oleh pemilik lapak batu, tetap saja Jingbei bersikukuh memilikinya.
"Aku akan membelinya, berapa harga yang harus aku bayarkan ?" tanya Jingbei.
"Tidak usah membayar karena aku memberikan batu itu secara cuma-cuma untukmu", sahut pemilik lapak batu.
"Oh, jangan ! Aku mesti membayarnya berapapun harga batu ini jadi kumohon tetaplah menerima uang pembelian dariku", kata Jingbei seraya mengeluarkan beberapa lembar uang kepada pemilik lapak batu.
Jingbei menatap diam saat memberikan uang tersebut sedangkan pemilik lapak batu tertegun sesaat ketika menerima lembaran uang darinya.
"Terimalah uang pembelian ini !" kata Jingbei.
"Tapi... ?!" ucap pemilik lapak sambil berpikir kemudian dia menerima uang dari penjualan batu yang diberikan oleh Jingbei kepadanya. "Terimakasih dan kuharap kau beruntung, nona !" sambungnya.
Jingbei tersenyum senang ketika mendengar ucapan dari pemilik lapak batu yang mau menerima uang darinya, dia bergegas mengambil batu dari atas meja lapak yang tersedia.
Wajahnya yang senang karena telah berhasil mendapatkan batu tersebut lalu bergegas pergi sembari menoleh ke arah Jing-Shen yang ada di dekatnya.
"Mari kita pergi Jing-Shen ! Karena aku akan memotong batu berharga ini disana !" ucapnya.
Jingbei menunjuk ke arah tempat pemotongan batu yang terletak di dekat lapak penjual batu lainnya.
"Sepertinya kau sangat yakin jika batu ini memiliki kandungan batu berharga, tidakkah sayang kalau seandainya tidak terdapat batu berharga di dalamnya ?!" kata Jing-Shen yang melihat dari sudut matanya ke arah batu hitam di tangan Jingbei.
''Jangan mencemaskan hal itu ! Percayalah kalau aku tidak salah menilai karena aku lihat jika batu ini berharga tinggi, Jing-Shen !" ucap Jingbei seraya mengedipkan salah satu matanya.
"Yah, baiklah !" sahut Jing-Shen mengalah.
Jingbei lalu menganggukkan kepalanya sembari tertawa pelan ketika melihat keraguan pada Jing-Shen yang memperlihatkan wajah cemas atas keputusan Jingbei.
Persoalannya adalah Jingbei membeli batu itu dengan harga yang lumayan besar meski pemilik lapak batu menolaknya tapi Jingbei tetap bersikeras membayarnya.
Jingbei melangkahkan kakinya menuju ke arah meja pemotongan batu dengan langkah cepat dan sedikit terburu-buru.
Di tangannya terdapat batu hitam lusuh yang baru saja dibelinya dari penjual batu-batu alam.
Jing-Shen tetap saja mengikuti arah langkah kaki Jingbei yang berjalan menuju ke tempat pemotongan batu alam tanpa lagi ingin berdebat.
Penuh keyakinan yang besar, Jingbei lalu menyerahkan batu alam itu pada pemilik tempat pemotongan batu alam dengan berkata tegas.
"Tolong ! Kau potongkan batu alam ini untukku ! Dan berhati-hatilah agar tidak merusak batu berharga yang tersimpan di dalamnya !" kata Jingbei.
Pemilik tempat pemotongan batu itu lantas tersentak kaget, merasa tidak terima oleh ucapan Jingbei lalu berkata dengan nada tinggi padanya.
"Hai, bocah ingusan ! Kau pikir aku ini bodoh dan tidak memiliki keahlian, ya !!!" hardik pemilik tempat dengan wajah merah padam.
"Apa maksudmu ?!" sahut Jingbei termenung.
"Aku sudah bekerja di tempat penjualan batu-batu berharga ini bertahun-tahun lamanya bahkan aku sangat berpengalaman dalam menilai benda berharga", ucap pria itu seraya melotot tajam kepada Jingbei.
"Aku tidak bermaksud seperti itu", kata Jingbei yang bingung dengan sikap pemilik tempat pemotongan batu.
"Jangan coba-coba mengolokku atau mengaturku ! Karena aku tahu mana bagian sisi dari batu yang harus aku potong sesuai bentuknya", ucap pria itu masih bersungut-sungut.
"Tapi aku hanya mengingatkan padamu, supaya kau tidak menggores zamrud yang ada di dalam batu ini atau menghancurkannya", sahut Jingbei.
"Apa kau sengaja ingin membodohiku, nona ?" ucap pemilik tempat.
"Tentu tidak !" sahut Jingbei.
"Jika kau tidak percaya padaku maka carilah tempat lain untuk memotong batu jelek ini supaya kau tidak takut kalau aku akan menghancurkannya", ucap pria itu terlihat kesal.
"Dimana aku harus memotongnya ?" tanya Jingbei.
Pemilik tempat pemotongan batu alam itu langsung tertawa keras ketika mendengar ucapan Jingbei kemudian menjawab dengan ejekan padanya.
"Aduh, aduh, nona ! Bagaimana aku tahu dimana letaknya ???" sahut pria itu mencibir. "Sebab yang aku tahu hanya disinilah tempatnya untuk memotong batu-batu alam menjadi batu berharga, tidak ada tempat lainnya selain tempatku ini !" sambungnya.
Pria itu tersenyum mengejek ke arah Jingbei setelah dia mengatakan bahwa tempatnya adalah satu-satunya tempat pemotongan batu alam disini.
"Baiklah, kalau begitu tolong kau potongkan batu milikku ini", kata Jingbei seraya mengulurkan tangannya yang memegang batu hitam.
"Enak saja ! Setelah kamu mengatakan kalau aku payah dan tidak memiliki kemampuan dan sekarang kamu masih meminta bantuanku untuk memotong batu jelek milikmu ini ?!" kata pria itu dengan wajah angkuh.
"Ya !" sahut Jingbei.
"Pergilah bocah !" usir pemilik tempat pemotongan batu. ''Aku tidak sudi melakukannya, kau juga tidak mungkin kuat membayar jasaku", sambungnya.
"Tapi ?!" ucap Jingbei.
"Apa ??? Hah ??? Pergi sana !!!" usir pria itu.
Jing-Shen yang ada di dekat Jingbei merasa tidak terima atas perlakuan pemilik tempat pemotongan batu itu, dia segera mendekat ke arah meja dengan wajah penuh kesal.
"Dasar orang bodoh !" ucap Jing-Shen lalu meraih kerah baju pria itu dengan marah
"Apa ??? Hah ??? Kau mau mengajakku berkelahi ???" sahut pria itu tak terima atas sikap Jing-Shen.
Perkataan pria pemilik tempat jasa pemotongan batu-batu alam itu menarik perhatian sejumlah pengunjung pasar.
Mereka mengalihkan perhatiannya langsung ke tempat dimana Jingbei dan Jing-Shen berada disana.
Tampak keributan dari arah tempat jasa pemotongan batu-batu alam itu berasal bahkan sangat jelas jika Jing-Shen bersikap tidak ramah serta penuh amarah terhadap sikap pria itu terhadap Jingbei.
Jing-Shen hendak melayangkan pukulannya ke arah pria pemilik tempat itu.
Sorot matanya tajam hingga membuat pria itu gemetaran karena ketakutan.
Pada saat Jing-Shen akan mengarahkan pukulannya, Jingbei segera bertindak cepat untuk meredakan perkelahian yang akan terjadi di tempat itu.
Kedua mata Jingbei langsung bercahaya kemilauan serta memancarkan kengerian disekitar lapak.
Dalam hatinya dia bergumam pelan seraya menatap marah ke arah pria itu.
"Jika orang ini hanya dibiarkan saja maka semua pastinya akan kacau dan dia semakin bertambah sewenang-wenang kepada semua orang yang ada di pasar ini", gumamnya.
Jingbei segera mengibaskan tangannya ke arah pemilik tempat pemotongan itu dengan sekali gerakan kuat.
Sedetik kemudian, cahaya terang bersinar terbang mengelilingi pria itu dan tubuhnya langsung berubah membatu hitam serta menjadi kaku.
Suasana seketika sunyi senyap saat Jingbei mengerahkan kekuatannya. Dan keadaan di seluruh pasar langsung berubah tegang serta mendadak dingin.
dan juga nama tokoh nya diganti semuanya ya? padahal bagusan Yolanda & Nicholas Abbey.. 🙄
kenapa diganti ya kak?
halu nya lebih berasa apalagi romantis nya..