Mantan Tapi Menikah? begitulah yang dirasakan oleh Aditya dan Syahira. Mantan terindah semasa SMA dulu bertemu kembali dalam sebuah perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua mereka.
Namun, sialnya Aditya yang menyandang status pria playboy memiliki seorang kekasih saat sebelum dia menerima perjodohan dari orang tuanya. Kekasih yang Aditya pacari baru sebulan itu tak ingin melepaskan Aditya begitu saja.
Bagaimana Aditya menghadapi mantannya itu yang selalu mencoba merusak dan menganggu hubungannya dengan Syahira, setelah keduanya menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MTM 34
Aditya menatap Syahira dengan penuh cinta dan kelembutan. Di matanya, istrinya itu adalah segalanya. Ia selalu berusaha memperlakukan Syahira dengan baik, menghargai setiap keinginannya, dan tak pernah sekalipun membentak atau memarahi istrinya itu. Usia kehamilan Syahira memasuki bulan ke 5 dan seringkali merasa ngidam.
Kali ini, ia ingin makan buah yang langka dan sulit ditemukan. Meskipun aneh, Aditya tak pernah membantah atau mengeluh. Ia selalu berusaha memenuhi keinginan istrinya, walaupun itu berarti harus mencari ke berbagai tempat dan menghabiskan waktu berjam-jam. "Sayang, aku pengen makan buah yang langka itu, kamu bisa carikan untukku?" pinta Syahira dengan lembut.
Aditya tersenyum dan mengangguk, "Tentu, Sayang. Aku akan mencarikannya untukmu. Sabar ya, nanti pasti aku bawa pulang buah itu." Dengan penuh semangat, Aditya mencari buah yang diinginkan Syahira. Ia mengunjungi berbagai pasar dan toko buah, bahkan hingga ke daerah yang jauh sekalipun. Setiap kali ia menemukan buah itu, wajahnya berseri-seri, dan hatinya bahagia karena bisa memenuhi keinginan istrinya.
Akhirnya, setelah berkeliling seharian, Aditya pulang dengan membawa buah yang diidamkan Syahira. Ia menyerahkan buah itu pada istrinya dengan bangga dan penuh cinta. "Ini, Sayang. Aku berhasil menemukan buah yang kamu inginkan. Semoga bisa mengobati rasa ngidammu," ucap Aditya sambil menyerahkan buah itu. Syahira tersenyum bahagia.
"Terima kasih, Sayang. Kamu memang suami yang paling baik untukku. Aku sangat mencintaimu." Aditya merasa bahagia dan terharu mendengar ucapan istrinya. Baginya, kebahagiaan Syahira adalah yang terpenting, dan ia akan selalu berusaha menjadi suami yang terbaik untuk istrinya itu.
Hari itu, Sinta akhirnya merasakan kembali kebebasannya setelah beberapa bulan terkurung dalam penjara. Ia teringat betapa dulu ia nekat mencoba mencelakakan istri sah Aditya, yang tak lain adalah sahabat baiknya sendiri.
Rasa penyesalan dan dendam memenuhi hatinya saat ia melangkahkan kaki keluar dari penjara, namun kebebasan ini juga memberinya kesempatan untuk memulai hidup baru. Saat berjalan di jalanan yang ramai, Sinta merasa seolah seluruh dunia menatapnya dengan pandangan sinis dan jijik.
Ia merasa bahwa semua orang tahu bahwa ia baru saja keluar dari penjara dan menganggapnya sebagai sosok yang tak pantas diberi kesempatan kedua. Namun, ia berusaha keras untuk menahan amarah dan membuang jauh-jauh rasa sakit hatinya. Tiba di rumahnya yang telah lama ditinggalkan, Sinta menemukan bahwa rumah itu kini telah ditempati oleh orang lain.
Tak ada tempat tinggal yang bisa ia datangi, tak ada keluarga yang bisa ia harapkan. Sinta merasa seolah-olah ia harus memulai hidupnya dari nol. Dalam keputusasaan, Sinta mencari tahu keberadaan Aditya dan istrinya. Ia ingin menemui mereka dan meminta maaf atas segala kesalahannya di masa lalu. Meski tahu bahwa mereka mungkin tak akan pernah memaafkannya, setidaknya ia ingin merasa lega dengan meluapkan penyesalannya. Mengetahui bahwa Aditya dan istrinya tinggal di sebuah rumah mewah di pinggiran kota, Sinta mengumpulkan keberanian untuk pergi menemui mereka. Saat berdiri di depan pintu rumah itu, Sinta merasa gugup dan takut ditolak.
Namun, ia tetap menekan bel dan menunggu seseorang datang membuka pintu. Ketika Aditya muncul di balik pintu, wajahnya tampak terkejut melihat Sinta. Namun, sebelum Sinta sempat mengucapkan sepatah kata pun, Aditya dengan dingin menyatakan bahwa Sinta tak perlu meminta maaf dan tak perlu mencoba kembali kehidupan mereka. Aditya menutup pintu dengan keras, meninggalkan Sinta yang terpaku di depan rumah itu. Air mata Sinta tak tertahankan, ia merasa seolah-olah dunia ini tak menyisakan tempat baginya lagi.
Namun, di tengah kepedihan hatinya, Sinta bersumpah akan memperbaiki hidupnya dan membuktikan kepada semua orang bahwa ia pantas mendapatkan kesempatan kedua.
"Siapa yang datang, Sayang?"tanya Syahira yang baru saja keluar dari kamarnya. Mereka sudah tinggal terpisah dengan kedua orang Aditya.
"Orang salah alamat, Sayang. Kenapa kamu keluar? Ayo, masuk kamar lagi!"ajak Aditya.Tetapi, Syahira melihat sosok wanita yang baru saja meninggalkan rumah mereka.
"Sinta, bebas?"Syahira bertanya dengan suara yang gemetar.