NovelToon NovelToon
Kamboja

Kamboja

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Rinarient 2

Kisah haru seorang gadis yang dilahirkan dari sebuah keluarga miskin. Perjuangan tak kenal lelah mencari bapaknya yang pergi ke luar negeri sebagai TKI, dimulai setelah ibunya meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, Lily kecil diasuh oleh tetangga yang trenyuh melihat nasibnya. Namun ternyata hal itu tidak serta merta merubah nasib Lily. Karena tak lama kemudian bunda Sekar yang mengasuhnya juga berpulang.
Di rumah keluarga bunda Sekar, Lily diperlakukan seperti pembantu. Bahkan Lily mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh suami almarhumah. Lelaki yang sangat dihormati oleh Lily dan dianggap seperti pengganti bapaknya yang hilang entah kemana.
Ditambah perlakuan kasar dari Seruni, anak semata wayang bunda Sekar, membuat Lily akhirnya memutuskan untuk pergi.
Kemana Lily pergi dan tinggal bersama siapa? Yuk, ikuti terus ceritanya sampai tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinarient 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 Keras kepala

Sampai di depan ruangan kepala sekolah, Lily berhenti. Hatinya ragu untuk menemui kepala sekolahnya yang mata duitan itu.

"Ayo kita masuk!" ajak bu Lisa. Lily hanya mematung.

Lalu bu Lisa mengetuk pelan pintu yang tertutup itu.

"Masuk!"

Suara bariton itu seakan menggema di telinga Lily.

Bu Lisa menarik tangan Lily agar mau masuk. Sepertinya bu Lisa benar-benar ingin menolong.

"Selamat pagi, Pak," ucap bu Lisa sambil mengangguk.

Lily hanya diam. Wajahnya dia palingkan ke sisi kirinya. Malas sekali Lily bertatapan dengan manusia yang tak berperasaan itu.

"Pagi. Ada apa?" tanya kepala sekolah dingin.

"M..Begini, Pak. Maaf, boleh kami duduk?" Bu Lisa merasa kurang nyaman kalau bicara dengan posisi berdiri.

Hadi sang kepala sekolah hanya memberikan tanda dengan tangannya tanpa bersuara.

"Terima kasih, Pak," ucap bu Lisa sambil mengangguk hormat.

"Duduk, Ly," ucap bu Lisa pada Lily.

Dengan ragu dan malas, Lily duduk di sebelah bu Lisa.

"Ada apa?" tanya Hadi dengan suara yang masih dingin.

"Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan, Pak. Ini tentang Lily. Salah satu siswa kelas sembilan, Pak." Bu Lisa mengangguk ke arah Lily.

Hadi ikut menatap ke arah Lily. Dia perhatikan wajah Lily yang sepertinya pernah dilihatnya.

"Ada masalah apa?" Suara Hadi mulai melunak.

"Begini, Pak. Yang pertama soal keterlambatan pembayaran iuran sekolah. Di catatan kami, ada tunggakan dua bulan dari siswa ini. Tapi tadi dia membayar satu bulan dulu. Bagaimana ini, Pak?" tanya bu Lisa.

Semestinya urusan begini bukanlah tanggung jawab kepala sekolah. Kecuali sudah berbulan-bulan menunggak dan memang sudah tak ada lagi jalan keluarnya.

Tapi karena aturan di sekolah ini terlalu ketat soal iuran pembayaran sekolah, terlambat sebulan saja kepala sekolah langsung turun tangan.

Hadi kembali menatap Lily. Matanya menyorot tajam.

"Kenapa cuma bayar satu bulan? Kamu tidak bisa baca peraturan di sini?" tanya Hadi dengan ketus.

Lily menunduk. Dia sudah menebak, pasti hal seperti ini yang akan diterimanya.

Bagi Lily, lebih baik dia mundur dari sekolah ini dengan sendirinya daripada mesti berhadapan dengan kepala sekolah.

Karena bukan hanya bakal dipojokan, tapi juga direndahkan bahkan bisa jadi diusir.

"Saya tau, Pak. Tapi..."

Belum sempat Lily menyelesaikan alasannya, Hadi langsung menyambar dengan ketus.

"Tapi kamu pakai uangnya buat jajan? Buat belanja online? Atau buat jalan-jalan?"

Lily terperangah mendengarnya.

Begitu juga bu Lisa yang sudah tahu alasan Lily. Meskipun belum tahu kondisi keluarga Lily yang sebenarnya.

"Maaf, Pak. Anak ini dari keluarga kurang mampu. Jadi memang orang tuanya belum memiliki uang," ucap bu Lisa mencoba membela Lily.

"Enggak usah ngarang kamu! Mana ada keluarga kurang mampu bisa sekolah di sini?"

tanya Hadi.

"Kamu kan tau sendiri, biaya masuk ke sekolah ini yang sudah dipatok oleh yayasan, sangat tinggi!" lanjutnya.

Memang kenyataannya begitu. Hanya anak orang-orang berduit yang bisa masuk ke sekolah favorite ini.

Dulu Gendis memasukan Lily ke sekolah ini, karena berpikir ekonominya mulai membaik. Dan dia ingin memberikan yang terbaik untuk Lily.

"Benar, Pak. Saya mengerti itu. Tapi namanya roda kehidupan kan tidak selalu di atas, Pak," jawab bu Lisa.

"Ngomong apa kamu? Apa urusannya dengan roda? Kamu pikir mobil?" Hadi terlihat kesal dengan jawaban bu Lisa.

"Maksud saya, kondisi keuangan orang tua Lily sedang kurang baik. Dan sekarang mereka sedang kesulitan. Begitu, Pak," terang bu Lisa.

"Hh! Saya enggak mau tau urusan itu!" Hadi mendengus kesal.

Sudah kebal kupingnya dengan kalimat-kalimat seperti itu. Entah yang mengatakan memang benar-benar lagi kesulitan atau cuma untuk menghindari tagihan.

"Saya tidak mau ikut campur dalam urusan keluarga. Saya di sini cuma ditugaskan untuk memimpin dan mengatur sekolah ini. Titik!" Hadi makin kesal.

"Iya, Pak. Saya tau," sahut bu Lisa.

"Kalau tau, terus apalagi?" tanya Hadi.

"Mm...kalau boleh, saya secara pribadi meminta kebijakan dari bapak, selaku kepala sekolah, untuk memberikan sedikit saja keringanan. Biar anak ini bisa terus bersekolah, Pak. Sayang sekali kalau harus dikeluarkan. Dia sudah kelas sembilan, Pak," mohon bu Lisa.

"Maaf, bu Lisa. Ini sekolahan. Bukan panti sosial. Dan peraturan di sini sudah jelas. Barang siapa tidak membayar iuran sekolah tepat waktu, maka akan diskors oleh pihak sekolah. Dan kalau masih belum ada penyelesaian di bulan berikutnya, maka akan dikeluarkan dari sini!" ucap Hadi dengan lantang.

Lily sudah panas dingin mendengarnya. Ingin rasanya dia lari keluar dan tak akan kembali lagi ke sekolah ini. Tapi tangan bu Lisa menahannya.

Bu Lisa menggenggam erat tangan Lily. Seolah dia ingin memberikan kekuatan pada Lily. Dan juga ingin memberitahukan pada Lily kalau dia akan membantunya.

"Pak. Bapak kan bisa bicarakan dengan pihak yayasan. Mungkin ada solusi dari sana," ucap bu Lisa yang sepertinya tak takut pada Hadi.

"Mana ada solusi dari yayasan. Mereka taunya urusan pembayaran sekolah beres!" sahut Hadi dengan yakin.

"Tapi Bapak kan belum mencobanya," desak bu Lisa.

Hadi menatap tajam ke arah bu Lisa.

"Jangan mengaturku. Aku kepala sekolah di sini. Dan aku sudah diberi wewenang penuh oleh yayasan. Semua keputusan atau apapun yang akan aku lakukan, ada ditanganmu. Bukan kamu atur-atur!" tandas Hadi.

Bu Lisa menghela nafas panjang.

Sombong sekali manusia satu ini. Mentang-mentang dipercaya jadi kepala sekolah. Enggak inget dia dulu siapa. Gerutu bu Lisa dalam hati.

Rupanya bu Lisa dan Hadi sudah saling kenal sejak lama. Mereka sama-sama senior di sekolah ini.

Mereka berdua dipercaya untuk mengelola sekolah ini oleh pemilik yayasan.

Hadi ditempatkan sebagai kepala sekolah. Sedangkan bu Lisa sebagai kepala tata usaha.

Mestinya mereka bisa bekerja sama dengan baik. Tapi watak Hadi yang terlalu keras, kerap berseberangan dengan bu Lisa.

Bu Lisa yang merasa berusia lebih tua, tidak gampang menyerah dengan segala keputusan Hadi. Meski kedudukan Hadi lebih tinggi.

"Saya bukannya ngatur. Tapi minta tolong, agar anda membicarakan ini dengan pihak yayasan!" Bu Lisa menuding Hadi dengan jarinya.

"Lalu apa yang kamu harapkan dari itu?" tanya Hadi sinis.

"Ya pastinya keringangan pembayaran. Biar anak ini bisa menyelesaikan sekolahnya yang tinggal beberapa bulan lagi," jawab bu Lisa.

Hadi menggelengkan kepalanya. Entah apa yang ada di pikirannya.

Bu Lisa menatap Hadi dengan jengah.

"Ya udah kalau begitu, aku yang akan menghadap kepala yayasan sendiri. Selamat pagi!" ucap bu Lisa yang sudah sangat kesal, dengan ketus.

"Ayo Lily. Kamu kembali ke kelas. Ibu akan bantu kamu!"

Bu Lisa menarik tangan Lily untuk berdiri dan segera keluar.

Bahkan bu Lisa membanting pintunya cukup keras.

Blum!

Dasar perempuan keras kepala! Maki Hadi dalam hati.

1
Shuhairi Nafsir
Mohon Thor jadikan Lily anak yang tegas . jenius lagi bisa bela diri
Anita Jenius
Baca sampai sini dulu. 5 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Rina Rient: Siap..Terima kasih like-nya 🙏
total 1 replies
Fatta ...
lanjut Thor..,
Rina Rient: Siap..tunggu episode-episode selanjutnya, ya 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut thor
Rina Rient: Siap..tunggu yaa 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Rina Rient: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. 3 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Rina Rient: Terima kasih 🤗
total 1 replies
Irsalina Lina
kapan ep ke 2 nya di tanyangkan thoor?......, GK sabar ni mau baca. soalnya cerita nya bagus dan menarik
Rina Rient: Sabar ya..step by step 😊
total 1 replies
Mamimi Samejima
Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.
Rina Rient
terima kasih🥰.. tunggu episode2 selanjutnya ya 🙏
Jing Mingzhu5290
Saya merasa terinspirasi oleh perjuangan tokoh-tokoh dalam cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!