Davina mempunyai kekasih dan sahabat namun dengan teganya mereka bekerja sama menjual dirinya. Davina pun melakukan cinta satu malam bersama pria asing tersebut.
Namun siapa sangka pria tersebut ternyata seorang Ketua Mafia sekaligus seorang psycophath pembunuh berdarah dingin dan anti wanita.
Enam tahun kemudian mereka dipertemukan kembali dengan suasana yang berbeda di mana Davina bersama ke tiga anak kembarnya hasil dari cinta satu malam bersama pria asing tersebut.
Bagaimana kisah perjalanan cinta mereka? Ikuti yuk novelku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yakasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Daven Siapa Ya?
Ke tiga anak kembar langsung diam membatu ketika mendengar pertanyaan dari mulut Tuan Abertos hingga terdengar jelas suara detak jantung ke tiga anak kembar tersebut kecuali Tuan Abertos dan Nyonya Abertos tidak mendengarnya.
Deg
Deg
Deg
Ke tiga anak kembar jantungnya berdetak kencang karena mereka bertiga tidak mungkin berkata dengan jujur kalau mereka sudah melakukan menghancurkan perusahaan milik orang lain. Ke tiga anak kembar menoleh ke arah opa dan omanya sambil tersenyum membuat opa dan omanya tersenyum karena mereka sangat menggemaskan.
"Oh ini kami lagi main game Oma dan opa." Jawab Dave berbohong sambil mematikan laptopnya kemudian menutupnya dengan rapat.
"Oh. Kalian wangi sekali sudah mandi ya?" Tanya Abertos sambil memeluk ke tiga cucunya secara bergantian.
"Sudah oma." Jawab mereka dengan serempak.
"Ayo kita sarapan pagi." Ajak Tuan Abertos.
"Baik opa " Jawab mereka serempak lagi.
Mereka berlima menuruni anak tangga menuju ke lantai satu sambil sesekali tertawa bersama. Sampai di meja makan, Mereka duduk dan makan bersama tanpa ada satu pun yang berbicara selesai makan mereka berkumpul di ruang keluarga.
"Opa dan oma kami mau mengerjakan tugas sekolah." ucap David berbohong.
'Maaf Oma, terpaksa David berbohong.' Sambung David dalam hati.
"Baiklah. Oma dan opa akan pergi ke taman belakang." ucap Nyonya Abertos tanpa curiga sedikitpun.
Ke tiga anak kembar tersebut hanya menganggukkan kepalanya kemudian berjalan menaiki anak tangga menuju ke arah kamar mereka. Sampai di dalam kamar, Dave duduk di ranjangnya dengan diikuti oleh ke dua adik kembarnya.
"Kakak akan melihat saham mereka apakah di jual murah dan untuk David apa yang terjadi dengan para tante yang telah menghina mommy kita di kolom berita terkini." Ucap Dave sambil mengutak atik laptopnya.
"Baik kak." Jawab David sambil memegang iPad nya.
Jari jemari lincah Dave mengutak atik laptopnya selama setengah jam dan akhirnya selesai juga apa yang di carinya.
"Para pemegang saham menjual sahamnya dengan sangat murah dan sekarang kita beli saja saham mereka dengan harga lebih murah." ucap Dave sambil tersenyum menyeringai.
"Lihat kak, semua tante yang telah menghina Mommy kita kini mereka semua sudah miskin karena perusahaan milik ayahnya mengalami kebangkrutan." ucap David tentang berita terkini di iPad miliknya.
"Selain itu Ayahnya ada yang meninggal dunia kemungkinan sangat terkejut ketika perusahaannya bangkrut dan ada juga dilarikan ke rumah sakit." sambung David.
"Bagus, tahap selanjutnya setelah membeli saham mereka, kita membeli semua aset berharga milik mereka. Karena aku ingin mereka tinggal di kolong jembatan dan merasakan bagaimana mereka di hina oleh orang lain." Ucap Dave dengan nada dingin.
"Bagus kak." Jawab David dan Daven dengan serempak.
"Agar mereka tidak lagi menghina orang yang ada di bawah Kita karena mereka sangat sombong dan sering merendahkan orang lain." Ucap David yang sangat membenci orang yang sombong.
Dave hanya menganggukkan kepalanya kemudian mulai mengutak atik kembali laptopnya untuk membeli saham dengan harga sangat murah setelah selesai membeli saham Dave mulai membeli semua aset berharga mereka agar mereka benar-benar bangkrut dan tinggal di jalan seperti pengemis.
"Sudah selesai sekarang kita minta bantuan Daddy untuk mengurus perusahaan yang telah kita beli." ucap Dave dengan nada dingin.
"Tapi kak, kalau Daddy bertanya apa yang mesti kita jawab?" tanya Daven sambil berpikir.
Dave terdiam sambil memikirkan alasan apa yang akan dikatakan oleh Daddy Aberto.
"Benar juga kak, karena kita masih kecil jadi bagaimana mungkin kita bisa melakukan ini semua." ucap David sambil ikut berpikir.
"Apa kita hubungi Paman Hendrik?" tanya Daven.
"Apa kita hubungi Paman David?" Tanya David bersamaan namun namanya beda.
"Boleh juga lebih baik sama paman Hendrik dan Paman David untuk meminta bantuan dan juga mengatakan untuk jangan memberitahukan ke Daddy." Ucap David.
"Baiklah, aku akan menghubungi paman Hendrik." Ucap Daven.
"Kalau Aku akan hubungi Paman David." Sambung David.
Daven mengambil ponselnya untuk menghubungi paman Hendrik sedangkan David menghubungi Paman David. Sambungan pertama langsung di angkat.
("Hallo paman, saya Daven." ucap Daven).
("Maaf Daven siapa ya?" tanya Hendrik dengan nada bingung karena nomernya tidak di kenal).
