Suamiku Tuan CEO Angkuh

Tok

Tok

Tok

“Elora, Apa Ibu boleh masuk?” Tanya Stella yang sudah berada di depan pintu kamar Elora. Wanita itu masih penasaran apa yang sedang terjadi dengan mereka.

“Silahkan Ibu” Jawab Elora sedikit membesarkan suaranya.

Gadis itu sedang duduk di balkon kamarnya, menikmati sinar mentari pagi yang begitu hangat. Ia masih saja terbayang-bayang akan wajah suaminya yang begitu tampan, serta kecupan lembut yang tidak Ia sangka akan diberikan oleh Xander.

Hatinya seperti terbelah menjadi dua untuk Xander dan juga Zein.

Pikirannya masih terbang melayang memikirkan sosok Zein yang masih belum bangun hingga saat ini. Gadis itu masih ingat dengan pesan dokter yang menginginkannya untuk sering mengunjungi Zein, agar Ia bisa memberikan rangsangan positif yang bisa saja bisa membantu Pria itu bangun lebih cepat dari komanya. Namun Ia bingung, bagaimana caranya Ia bisa bertemu dengan Zein sementara Xander sangat melarangnya untuk bertemu denga Pria itu?.

“El, apa benar kau baik-baik saja?” Tanya Stella dengan wajah yang sedikit cemas. Wanita itu duduk di kursi disebelah Elora.

“Aku baik-baik saja Ibu, tidak ada yang perlu dicemaskan sama seperti apa yang dikatakan oleh Xander” Ujar Elora, gadis itu menatap wajah Ibu mertuanya dan sedikit tersenyum tipis padanya.

“El, kalau ada masalah katakanlah, Ibu sudah menganggapmu sebagai anak kandung Ibu. Jika Xander ada menyakiti hatimu, Ibu tidak akan segan untuk menghukumnya”

Senyum hangat itu begitu mengembang di wajah wanita paruh baya yang masih sangat muda itu, Elora merasa sangat terharu dengan Ibu mertuanya yang begitu sayang padanya. Ia ingat dengan Sang Ibu yang entah keberadaannya dimana sekarang. Ia benar-benar tidak tahu mengenai kondisi Ibu kandungnya saat ini.

“Ibu, sebenarnya aku hanya sedih karena Xander tidak mengizinkanku bertemu dengan Temanku yang sedang koma di rumah sakit. Dokter mengatakan jika aku sering mengunjunginya mungkin Ia akan cepat tersadar dari komanya” Tutur Elora, Ia memilih berkata jujur pada Stella agar tidak ada lagi yang Ia sembunyikan, toh hubungan Elora dan juga Zein sudah berakhir. Ia akan berusaha melupakan cintanya yang sudah karam di tengah lautan yang sangat dalam.

“Apa temanmu itu seorang Pria?”

“Iya bu, namanya Zein. Aku juga sedih karena banyak dari mereka yang menyalahkanku atas kecelakaan yang menimpanya”

“Jika Xander melarangmu bertemu dengannya, itu artinya suamimu itu cemburu El”

“Cemburu?” Kekeh Elora, Cinta saja tidak ada, bagaimana Pria itu bisa memiliki rasa cemburu?

“Lain kali jika kau ingin mengunjungi temanmu, Ibu akan menemanimu Elora. Jangan sampai suamimu itu melakukan apa-apa karena cemburunya yang berlebih”

Elora semakin memutar bola matanya dengan penjelasan Stella yang sangat tidak masuk akal. Tidak mungkin seorang Xander memiliki rasa cemburu pada dirinya.

*****

“Terimakasih Tuan, Nyonya. Senang bekerja sama dengan anda” Ucap Xander. Pria itu berjabat tangan dengan pasangan Suami Istri yang akan melangsungkan kerja sama dengannya. Rencananya 5 bulan lagi akan dilakukan pembangunan Hotel Bintang 5 yang dibangun di Kota Y.

“Terima kasih kembali Tuan Xander, aku begitu mengagumimu. Dengan usiamu yang sangat muda, kau sudah bisa membangun kerajaan bisnismu yang sangat besar ini.” Pria paruh baya itu tersenyum mengagumi sosok Xander yang sangat cerdas.

“Ini hal biasa Tuan, semua yang aku dapatkan tidak lain dari campur tangan Ayahku.”

Kedua pasangan itu tersenyum saling menatap.

“Lain waktu kami akan sangat senang mengundangmu untuk sekedar makan malam di kediaman kami untuk mengenal satu sama lain.” Ujar pria itu.

“Sama sekali tidak masalah Tuan, aku dan juga Istriku pasti akan sangat merasa terhormat dengan undangan makan malam yang akan anda berikan pada kami”

“Siapapun Istrimu, pasti sangat beruntung mendapatkan suami yang sangat cerdas dan sukses seperti dirimu Tuan Xander” Imbuh sang Istri.

Xander hanya bisa tersenyum, dengan pikirannya yang melayang membayangkan paras cantik sang Istri yang begitu mempesona.

Pasangan Suami Istri itu kemudian berpamitan pergi meninggalkan ruang rapat setelah urusannya dengan Xander selesai.

Rencana yang telah disusun digadang-gadang akan menghasilkan keuntungan yang sangat besar untuk kedua belah pihak.

“Jayden....” Teriak Xander, pria itu meremas ujung kemejanya, Ia sangat marah dengan Jayden yang begitu lancang memasukkan orang sembarangan untuk bekerja di perusahaannya.

“Ada apa lagi Tuan Muda Vinson, apa ada yang salah dengan kerjaanku?” Pria itu berjalan malas menghampiri Xander yang berdiri menusuknya dengan kedua bola mata yang menyala.

“Siapa yang menyuruhmu memasukkan gadis sialan itu di perusahaanku?”

“Maksud kau Davirra?”

“Aku tidak peduli siapapun namanya. Yang aku inginkan sekarang kau harus menyeretnya keluar dari perusahaanku ini” Tegas Xander.

Jayden mengernyitkan dahinya, pikirannya berperang sendiri memikirkan mengapa Xander tidak menyukai Davirra bekerja di perusahaannya. Bukankah Davirra merupakan kakak tiri dari Elora?

“Mengapa Xan, apa ada yang salah?”

“Sangat salah, aku tidak suka kau memasukkan anak dari seorang Iblis betina bekerja di perusahaanku ini”

“Maksud kau?”

“Dia itu kakak tirinya Elora Jayden. Aku tidak ingin memberikan ruang untuk seseorang yang pernah menyakiti Istriku”

Baru kali ini Xander berbicara hal yang sepertinya sangat serius dengan rahang yang mengeras. Jayden selalu dibuat pusing olehnya, karena pekerjaan yang sulit dikendalikan oleh dirinya sendiri.

“Apa kau mencintai Elora?”

*****

Mobil Porsche Jet Black Metallik milik Xander telah masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Hari ini Ia sangat tidak betah berada di kantornya berlama-lama.

Davirra adalah orang yang membuat moodnya rusak. Ia membenci gadis itu karena Ia rasa juga pernah menyakiti Elora. Bahkan Xander juga sempat ingin memecat Addison, tapi Ia urung karena ayahnya yang telah membela besannya yang selalu menyakiti perasaan anak kandungnya itu.

“Xan, kau pulang cepat hari ini” Tanya Stella yang sedang bersantai menonton Tv.

“Iya bu, meeting sudah selesai. Apa Elora baik-baik saja?” Ia menghampiri Sang Ibu. Tidak lupa memberikan Ibunya kecupan ringan di pipinya yang masih sangat mulus dan kencang.

“Elora, sepertinya Ia sakit hati akan sikap posesifmu itu”

“Posesif? Ibu jangan asal bicara” kekehnya, Ia tak mengerti pada sang Ibu yang mengatakan dirinya pria yang posesif.

“Harusnya kau tidak melarangnya bertemu dengan temannya yang sedang koma itu Xan. Elora itu sangat dibutuhkan untuk kesembuhannya.” Ujar Stella memberi saran.

“Itu sama sekali bukan urusanku Ibu. Aku berhak melarang istriku bertemu dengan siapa saja”

Xander berlari kecil menjauh dari Ibunya, menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya.

Ceklek

Gagang pintu terbuka Oleh Xander. Ia mengedarkan seluruh pandangannya mencari keberadaan Istrinya. Rupanya Elora sedang terbaring di atas ranjangnya menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya sampai bagian lehernya.

Xander berjalan mengendap-ngendap mendekati tubuh sang Istri agar Ia tidak mengusik tidurnya.

“Hmm kau tidak meminta Izin terlebih dahulu untuk tidur di ranjangku” Lirihnya, Pria itu duduk pada sisi ranjangnya dekat dengan Elora.

Ia sangat suka memandang wajah Elora yang sedang pulas, hal itu menjadi obat tersendiri untuk menenangkan hatinya.

Tangan kekarnya perlahan di angkat menunuju wajah gadis itu. Tangannya menyentuh kulit wajah Elora yang sangat putih bak sebuah porselin.

“Elora kau demam”

Seketika, hatinya yang sangat tenang berubah menjadi panik. Tangannya bisa merasakan rasa panas yang tidak biasa ketika menyentuh kening gadis itu.

“Elora, bagunlah kau harus ke rumah sakit sekarang” Xander menggoyang-goyangkan tubuh Elora dengan lembut untuk membangunkannya.

“Xander!” Lirih Elora pelan, gadis itu menangkap samar-samar wajah Suaminya yang berada di depan wajahnya.

Tanpa berfikir panjang, Xander langsung membopong tubuh Elora menuju rumah sakit terdekat untuk dirawat. Stella juga nampak begitu panik dengan keadaan Elora yang tiba-tiba sakit. Padahal tadi gadis itu nampak sehat dan baik-baik saja.