Arga, menyandang gelar casanova dingin yang tidak suka terikat hubungan, apalagi pernikahan. Maka diusianya yang sudah matang belum juga menikah.
Namun, kematian Sakti membuat dia harus menikahi Marsha. Wanita yang sedang mengandung benih milik sang adik.
Menikahi wanita yang tidak dia cintai, tidak mengubah kelakuan Arga yang seorang casanova suka bersenang-senang dengan para wanita.
Kebaikan, perhatian, dan keceriaan Marsha mengubah Arga secara perlahan sampai dia merasa tidak tertarik dengan para wanita diluar sana.
Namun, semua berakhir saat Valerie bangun dari koma panjang. Arga lebih mementingkan sang kekasih dari pada Marsha yang sedang hamil besar.
Arga merasakan penyesalan saat Marsha mengalami koma setelah melahirkan. Ketika sadar sang istri pun berubah menjadi sosok yang lain. Tanpa Arga duga Marsha kabur membawa Alva, bayi yang selama ini dia besarkan.
Akankah Arga bisa mendapatkan Marsha dan Alva kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Pulang Kampung
Bab 35
Dokter Arlan mendatangi Marsha dan memeriksa tekanan darahnya. Sebenarnya sekarang adalah hari kepulangan wanita itu, makanya dia datang untuk melakukan pemeriksaan terakhir.
Seorang perawat pun masuk menyusul sambil membawa hasil pemeriksaan kesehatan Marsha selama ini. Tidak lama kemudian datang Bagas dan seorang perawat yang membawa kursi roda.
Marsha sudah siap untuk pulang ke rumah orang tuanya yang ada di kampung. Alva pun digendong oleh Bagas. Seorang perawat membantu Marsha mendorong kursi rodanya.
"Kita jemput ibu di apartemen," kata Bagas.
"Ibu Ayu dan Ayah Barata?" tanya Marsha. Dia tidak melihat kedua mertuanya di dalam mobil.
"Mereka sudah pulang duluan katanya ingin membuat acara syukuran kalau kamu sudah sembuh," jawab Bagas sambil melajukan mobil ke luar area parkir rumah sakit.
Marsha terdiam sambil memangku Alva yang tidak mau jauh darinya. Dia begitu sayang sama kedua mertuanya. Namun, pernikahan dia dengan Arga sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Ada rasa sedih dan sakit yang wanita itu rasakan saat ini.
Ternyata Indah sudah menunggu di pinggir jalan di depan gedung apartemen, jadi Bagas tidak perlu masuk ke basement. Wanita setengah paruh baya itu duduk di kursi depan setelah memasukan dua koper dan tas milik putrinya di bagasi.
"Meski nanti kamu dan Arga berpisah, tetapi silaturahmi dengan Bu Ayu dan Pak Barata harus tetap terjaga. Apalagi adanya Alva yang menjadi penghubung kalian," ucap Indah menasehati putrinya.
"Tentu saja, Bu. Mereka berdua sudah aku anggap orang tua. Mereka juga selalu baik sama aku selama ini, masa tega berbuat jahat kepadanya," tukas Marsha sambil membelai kepala Alva yang terlihat mau tidur.
Perjalanan menuju kampung halaman Marsha lumayan jauh. Jadi, dia manfaatkan untuk tidur. Hatinya sudah mantap untuk memulai kehidupan baru bersama putranya.
***
Perasaan Arga tidak enak. Sejak tadi dia merasa gelisah dan takut. Entah kenapa dia bisa merasakan hal seperti itu ditengah-tengah rapat. Laki-laki itu mencoba untuk fokus pada pekerjaannya saat ini. Lalu, sebisa mungkin menghilangkan bayangan Alva dan Marsha yang terus hadir dalam pikirannya.
Untung rapat tidak terlalu memakan banyak waktu. Sebelum jam makan siang, rapat sudah selesai.
Pandu mendekati Arga yang sedang merapikan lembar-lembar berkas miliknya yang ada di atas meja. Laki-laki itu pun duduk di sampingnya.
"Kita makan siang bersama, yuk!" ajak Pandu.
Arga hanya melirik sejenak, lalu meneruskan merapikan berkas kemudian di masukan ke dalam tas miliknya. Laki-laki itu hanya menggelengkan kepala menolak ajakannya.
"Aku akan makan siang bersama anak dan istriku," ucap Arga lalu beranjak dari kursi yang sejak tadi dia duduki.
Pandu mendengus karena merasa kalau Arga sedang menjauh dari dirinya. Setiap kali dia mengajak untuk melakukan sesuatu bersama-sama, selalu ditolak olehnya.
"Kamu marah karena aku meniduri Ratna, sekretaris kamu? Atau kamu marah karena aku juga tidur dengan Mariana? Kalau karena hal ini, sungguh picik dirimu. Mereka masih lajang dan tidak terikat pernikahan dengan laki-laki mana pun, sehingga bebas mau tidur dengan siapa juga," tutur Pandu.
Sebenarnya Arga marah akan hal itu. Dia tidak mau lagi jatuh ke dalam lubang dosa yang sama. Sekarang dia lebih memilih memperjuangkan Marsha dari pada harus menyenangkan orang lain. Akan tetapi, atasannya ini selalu saja sengaja membawa para wanita yang berpenampilan seksi dan suka menggoda kaum laki-laki.
"Aku sudah ribuan kali bicara kepadamu. Jangan suka mempermainkan wanita, baik itu secara fisik dan mental. Nanti kamu akan menyesalinya," ucap Arga sebelum melangkah pergi dari ruangan itu.
Pandu melihat diri Arga menjadi berbeda setelah menikah. Namun, setelah menjadi seorang ayah malah semakin jauh lagi perbedaannya. Cinta dia cuma satu yaitu untuk keluarganya, Marsha dan Alva.
Arga pun bergegas menuju mobilnya yang sengaja dia parkir dekat pintu gerbang agar langsung bisa keluar dengan cepat di gedung perkantoran. Perasaannya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Marsha dan Alva.
***
Bagaimana reaksi Arga saat mengetahui Marsha sudah keluar dari rumah sakit? Ikuti terus kisah mereka, ya!