NovelToon NovelToon
Gadis Rasa Janda

Gadis Rasa Janda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengasuh / Ibu susu
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: MahaSilsi24

Hutang pinjol 120 juta menjerat Juwita, padahal ia tak pernah meminjam. Demi selamat dari debt collector, ia nekat jadi pengasuh bayi. Tapi ternyata “bayi” itu hanyalah boneka, dan majikannya pria tampan penuh misteri.

Sebuah kisah absurd yang mengguncang antara tawa, tangis, dan cinta inilah perjalanan seorang gadis yang terpaksa berperan sebagai janda sebelum sempat menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MahaSilsi24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Telponan Dengan Desi

Juwita merebahkan diri di kasur empuk, satu tangan memeluk Princess yang sedang tertidur pulas, sementara tangan satunya menempelkan ponsel di telinga. Suaranya dibuat pelan, takut mengganggu tidur bayi itu. Jam menunjukkan hampir 7 malam, tapi karena bosan ia pun menelpon Desi.

“Duh, Des pengen banget aku kita bareng. Tapi gimana ya? Aku kan belum kenal sama tetangga-tetangganya Tuan. Mana berani aku nanya-nanya langsung. Bisa-bisa dikira kepo,” bisik Juwita.

Di seberang, suara Desi terdengar kesal.

“Wit, jangan lebay. Aku tahu kamu bisa tuh basa-basi. Lagian, rumah bos kamu kan gede banget, pasti banyak pekerja juga. Satpam lah, tukang kebun lah, atau apalah. Tanya aja mereka, siapa tahu ada yang butuh ART juga.”

Juwita manyun, meski Desi tak bisa melihat.

“Ih, gampang banget ngomong. Kamu pikir aku ini siapa? Baru aja kemarin masuk kerja, masih gemetaran kalau ketemu tuanku. Eh, tapi tenang aja, aku coba deh nanti. Biar kamu bisa dekat sama aku. Kalau ada kamu, aku gak sendirian di sini. Serem, Des. Rumahnya gede banget, suara jangkrik aja bisa kayak konser.”

Desi ngakak keras sampai bikin Juwita cepat-cepat mendesis,

“Eh, jangan kenceng-kenceng! Princess tidur, nanti kebangun.”

“Hahaha, iya-iya maaf! Tapi sumpah, Wit, aku penasaran banget. Bos kamu gimana sih? Cakep gak?”

Juwita spontan menoleh ke arah pintu, memastikan Zergan tidak mendadak muncul. Ia menutup mulut dengan bantal lalu berbisik,

“Ya ampun, Des. Cakep banget sumpah! Kalo lewat depan aku tuh rasanya kayak artis Korea turun dari drama. Tingginya duh, kayak tiang listrik. Wajahnya tegas, rahangnya lancip, matanya dalem banget. Pokoknya kalau dia nengok dikit, jantungku langsung serasa marathon.”

Desi langsung bersiul dari seberang.

“Widih, jangan-jangan kamu jatuh cinta ya, Wit?”

“Eh, gila kamu! Mana bisa. Aku ini siapa, cuma ART. Lagian dia tuh bos, bukan level aku.”

“Tapi kan cinta gak kenal level, beib,” Desi makin menggoda.

Juwita langsung menoyor pelan kepalanya sendiri sambil mendesis ke HP,

“Eh dasar kamu! Aku ini kerja, bukan cari jodoh. Lagi pula aku masih trauma sama cowok kampung kemarin tuh. Yang modusnya ngajak nikah, ujung-ujungnya pinjem motor dan gak balikin-balikin.”

Desi ngakak lagi, sampai terbatuk.

“Hahahaha iya iya, aku inget! Si Udin playboy kampung! Astaga Wit, kamu tuh emang magnet drama.”

Juwita ikut tertawa pelan, menutup mulutnya rapat-rapat agar tidak mengganggu Princess.

Setelah tawa reda, Desi berucap dengan nada serius.

“Tapi beneran loh, Wit. Kalau ada lowongan, tolong kabarin aku ya. Aku pengen kerja deket kamu. Soalnya aku udah capek pindah-pindah. Bosku yang sekarang bawel banget, Wit. Salah dikit langsung ngomel. Kayaknya kalo aku kerja bareng kamu, hidupku bisa lebih enak.”

Juwita terdiam sesaat, hatinya ikut iba. Ia tahu bagaimana kerasnya Desi banting tulang. Perlahan ia mengangguk, meski Desi tak bisa melihat.

“Iya, Des. Aku janji bakal tanya. Siapa tau nanti ada jalan rejeki buat kamu. Kita bisa bareng-bareng lagi kayak dulu.”

Princess tiba-tiba bergerak kecil, tangannya menggeliat sambil mendecak mulut. Juwita buru-buru menepuk pelan dada boneka itu sambil mengendap-endap menenangkan.

“Sstt tidur lagi, Nak jangan bangun dulu.”

Di telepon, Desi terdengar penasaran.

“Itu suara siapa? Princess nangis ya? Serem gak sih, Wit? Kan katanya itu boneka hidup?”

Juwita terdiam sesaat, menelan ludah. Ia melirik wajah Princess yang tertidur manis.

“Eh, ya gitu deh, Des. Nanti aku ceritain. Sekarang aku tutup dulu ya, takut ketahuan majikan. Doain aku, biar betah di sini.”

“Oke deh, Wit. Semangat ya! Jangan lupa kabarin aku kalo ada info. Love you!”

“Love you too, Des. Dadah.”

Telepon ditutup. Juwita menghela napas panjang, lalu menatap boneka bayi di pelukannya. Ia tersenyum tipis, mengusap kepala Princess dengan lembut.

“Kalau aja Desi bisa kerja di sini juga, pasti aku lebih tenang, Princess. Rumah ini gede banget, suka bikin aku ngeri sendirian. Tapi untung ada kamu.”

Ia lalu berbaring, memeluk boneka itu lebih erat, sebelum matanya perlahan terpejam.

Jam dinding menunjuk pukul 19.00. Suasana rumah keluarga Tanubrata tenang, hanya terdengar suara jangkrik dari halaman dan sesekali suara televisi dari ruang tengah tempat Marlina dan Herman menonton acara berita.

Di kamar Princess, Juwita sudah mematikan lampu utama, hanya menyisakan lampu tidur berwarna kekuningan yang remang. Setelah menutup telepon dengan Desi, rasa bosan mulai menyelimutinya. Ia duduk di tepi ranjang sambil memainkan ponselnya sebentar, namun cepat bosan. Rumah ini memang nyaman, tapi terlalu sepi untuk gadis sepertinya yang terbiasa dengan riuh tetangga kontrakan dan suara anak-anak kecil di gang.

“Duh, sepi banget. Mau ngobrol sama siapa coba?” gumam Juwita sambil melirik Princess.

Boneka bayi itu tergeletak di pelukannya, masih berpakaian baju tidur mungil yang tadi ia kenakan setelah dimandikan sore. Entah kenapa, meski sadar itu hanya boneka, Juwita tetap memperlakukannya dengan penuh hati-hati.

Pelan-pelan rasa kantuk mulai merambat. Ponsel yang tadinya ia pegang jatuh ke sisi bantal, matanya terpejam, tubuhnya merebah di samping Princess sambil tetap memeluk boneka itu.

Pintu depan terbuka. Zergan baru saja pulang kerja. Jas hitamnya masih melekat, dasinya sedikit longgar, wajahnya tampak letih namun tetap terjaga aura wibawa seorang CEO. Ia tidak mampir dulu ke ruang makan atau ke ruang tamu, melainkan langsung menaiki tangga menuju kamar Princess.

Setiap kali pulang, itu sudah jadi kebiasaannya memastikan anaknya baik-baik saja.

Perlahan pintu kamar dibuka.

Cahaya lampu tidur menyambut pandangannya. Matanya langsung jatuh pada sosok Juwita yang tertidur di tepi ranjang, rambutnya sedikit berantakan, wajahnya tampak polos dengan bedak tipis yang ia kenakan sejak pagi. Di pelukannya, boneka Princess terbaring seolah benar-benar bayi yang sedang dimanja ibunya.

Zergan terdiam di ambang pintu. Ada sesuatu yang menghangat di dadanya. Biasanya ia hanya melihat pembantu yang menjaga anaknya sekadar menjalankan tugas, tapi pemandangan ini terasa berbeda. Juwita terlihat begitu alami, seolah memang sudah ditakdirkan memeluk Princess.

Ia mendekat pelan, menahan langkah agar tidak menimbulkan suara. Tatapannya jatuh pada wajah Juwita. Kulitnya memang tidak seputih perempuan kota yang biasa ia kenal, namun ada pesona sederhana yang membuatnya susah berpaling. Bibirnya sedikit terbuka, napasnya teratur, membuat Juwita terlihat begitu damai.

Tanpa sadar, Zergan menghela napas panjang.

“Entah kenapa, kau terlihat cocok sekali di samping Princess,” gumamnya lirih, hampir tak terdengar.

Ia lalu menunduk, mencium kening boneka bayi itu seperti kebiasaan sebelum tidur. Setelah itu, pandangannya kembali ke arah Juwita. Tangan kirinya sempat tergerak ingin merapikan helai rambut yang jatuh menutupi wajahnya, namun ia cepat-cepat menarik tangannya kembali.

“Jangan keterlaluan, Zergan,” batinnya, berusaha menepis pikiran aneh yang mulai muncul.

Ia akhirnya menarik selimut tipis dan menutup tubuh Juwita agar tidak kedinginan. Lalu ia duduk sebentar di tepi ranjang, hanya memandangi mereka berdua. Ada rasa lega sekaligus aneh yang mengisi dadanya malam itu.

Beberapa menit kemudian, ia bangkit, berjalan keluar kamar dengan langkah tenang. Namun senyum tipis sempat muncul di sudut bibirnya sebelum pintu kamar tertutup kembali.

1
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
Zainab Ddi
🤣🤣🤣🤣emang enak Juwita ketahuan ngomongi xergan
Hesty
ka bikin desi diusir.. jgnada pelakorrrr...
Zainab Ddi
wah Juwita kelabakan nih mau dipecat 🤣🤣🤣
Zainab Ddi
sama author aku suka ceritanya lucu kadang bikin ketawa sendiri 💪🏻💪🏻💪🏻
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah xergan terima lg deh
Zainab Ddi
author makasih Uda update banyak ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
mami Malinau dan papinya bahagia melihat zergan
Zainab Ddi
author seneng banget update nya banyak🙏🏻🙏🏻😍😍😍💪🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita pake acara nyanyi lg gimana zergan ngak kerawa
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah Juwita lansung bertindak demi utang Uda dikubasin bikin Desi tambah iri nih
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah jangan Juwita disuruh jdi istrinya nih semoga ya
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
callyouMaijoi: makasih ya udah setia menunggu ceritanya 🥰
total 1 replies
Zainab Ddi
kaysky Desi nih ngasih tahu def kolektor biar Juwita di usir Dedi kan iri
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!