Seharusnya sudah melewati 10 tahun usia pernikahan, rumah tangga harusnya semakin harmonis apalagi sudah ada kehadiran dua malaikat kecil di dalam kehidupan mereka.
Namun, tidak dengan rumah tangga Yana Ayunda.
Sikap suaminya langsung berubah setelah melewati 10 tahun pernikahan mereka, Yana berusaha agar rumah tangganya harmonis kembali.
Tapi, semakin hari sikap suaminya semakin dingin dan mudah marah terutama pada dirinya.
hingga Yana memutuskan untuk mencari tahu penyebab perubahan sikap suaminya itu.
Apakah Yana bisa menemukan titik terang penyebabnya?
Mampukah ia melewati itu semua?
Yuk simak ceritanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erni sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Damar mengusap wajahnya berulang kali dengan kasar, karena tidak ingin membuat istrinya marah padanya. Ia memutuskan untuk kembali ke kamar dan memberitahu istrinya yang sebenarnya.
Sebelum polisi datang, ia terlebih dahulu memberitahunya pada istrinya tercintanya.
Ia juga menghubungi anak buahnya yang berada di tanah air untuk membantunya, karena dengan begitu agar lebih cepat menemukan putranya.
Ceklek ...
Pintu terbuka, Damar melihat istrinya yang menghampirinya dan melihat kearah belakang.
“Dimana Diki?” tanya Yana terlihat cemas.
Damar menghela napas kasar.
“Maafkan aku, aku masih belum bisa menjadi suami yang baik dan menjaga kalian. Aku sudah meminta bantuan polisi untuk mencari keberadaan Diki, aku sudah melihat rekaman cctv. Jika, ada seorang pria yang membawa paksa putra kita, aku sangat bodoh! Kenapa aku bisa seceroboh begini!” sesalnya.
“Sayang, maafkan aku. Kamu boleh menghukumku bahkan memukulku,” ujar Damar merasa sangat bersalah.
Yana terdiam, lalu terduduk lemas di lantai.
“Diki, di culik?” tanyanya lirih.
“Aku akan berusaha mencarinya malam ini juga, kamu di kamar saja dan jaga anak kita. Kunci pintunya,” ujarnya memberi kecupan di kening istrinya.
“Aku ikut,” ucap Yana melihat suaminya hendak membuka pintu Kembali.
“Tetap di kamar, ini sangat bahaya. Bisa jadi ini jebakan, tetap di rumah. Jangan pernah membuka pintu selain aku,” ujar Damar mengingatkan.
Sebenarnya Damar juga sedikit takut meninggalkan istrinya di kamar, karena takut ini adalah jebakan.
Apalagi saat ini banyak pesaing bisnis yang melakukannya dengan secara kotor untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat.
Yana mengangguk, karena ucapan suaminya ada benarnya.
Setelah mengatakan itu, Damar kembali keluar kamar dan menunggu informasi dari kepolisian.
Namun tiba di lantai bawah, ada tiga orang pria yang menghampirinya.
“Tuan Damar?” tanya mereka.
Damar mengernyit heran, lalu mengangguk.
“Iya, Siapa kalian?” tanyanya.
“Kami utusan dari Tuan Alex untuk membantu Tuan, kami siap mengawal Tuan.”
Damar terdiam sejenak, lalu mengangguk.
Ia ingat, sebelumnya Damar menghubungi Alex untuk meminta bantuan di kota tersebut. Karena sebelumnya memang salah dirinya, tidak menginginkan membawa anak buahnya untuk ikut bersamanya.
“Iya, baiklah. Kita akan kemana sekarang? Polisi belum memberikan informasi terkait penculikan tersebut,” ujar Damar terlihat bingung dan cemas.
“Ikut kamu, Tuan. Apa Tuan mempunyai rekaman cctv, agar mempermudah untuk kami mencarinya.”
Damar mengangguk, lalu menyerahkan rekaman tersebut.
Saat hendak memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, ia mendengar suara pesan masuk.
Ting ...
“Sebentar,” ujarnya meminta anak buahnya untuk menunggu sebentar.
Ia menekan pesan tersebut, betapa terkejutnya pesan tersebut mengirimkan foto Diki dalam keadaan terikat dengan senjata yang menempel di kepalanya.
“Ada tawaran bagus untukmu,” ucap pesan suara yang dikirim oleh orang yang tidak di kenal.
“Apa kalian mengetahui ini dimana tempat ini? Lihat putraku sedang di ancam, bahkan di ikat! Apa maunya mereka?!” geram Damar terlihat tidak tega melihat Diki yang terlihat terkulai lemas.
Mereka melihat foto tersebut dengan teliti, beruntung alah satu dari mereka mengenali tempat itu.
“Aku kenal tempat ini, sekarang kita harus segera meluncur ke sana.”
“Tuan, kirim foto ini pada polisi lalu sertakan alamatnya. Kami mengetahui tempat itu dan Tuan tolong balas pesan agar mereka tidak berani menyakiti Putra Tuan.”
Damar mengangguk, ia langsung mengirim ulang foto tersebut ke pada pihak kepolisian yang membantunya untuk mencari keberadaan putranya.
Tak lama, saat hendak membalas pesan pada nomor yang tidak ia ketahui tersebut. Dengan nomor yang sama tengah menghubunginya.
“Halo ...” ujar Damar pelan.
Terdengar suara seorang perempuan yang tertawa dengan kencang di balik benda pipih tersebut.
“Siapa kamu? Kenapa kau menculik putraku, apa yang kau inginkan?!” tanya Damar dengan sangat geram.
Tapi ia tetap berusaha tenang, karena nyawa putranya saat ini sedang dalam bahaya.
“Kamu tidak mengenali suaraku, Damar?” tanyanya balik.
Damar terdiam sejenak mengingat kembali suara tersebut, ia seperti mengenalinya tapi ia melupakannya.
“Jangan basa basi! Berapa yang kau minta?” tanya Damar beranggapan jika penculik tersebut meminta imbalan kepadanya.
“Kamu pikir aku tidak punya uang? Hahaha ... bagaimana jika aku membunuh anak ini? Lalu mengirim jasadnya kepadamu?!” dengan suara tertawa lepas ia mengatakan itu.
Damar terdiam, ia menatap anak buahnya memberi kode agar Damar terus berbicara pada wanita tersebut. Tapi tidak dengan emosi, karena pasti akan membahayakan Diki disana.
“Jangan! Tolong jangan sakiti putraku, apa yang kamu inginkan aku akan mengabulkannya,” ujar Damar.
Perkataan tersebut sangat di tunggu-tunggu oleh penculik tersebut.
“Wah, benarkah? Yakin ucapanmu itu bisa di percaya?” tanya penculik itu.
Jika di dengar dengan baik oleh Damar, suara penculik tersebut seperti wanita perempuan.
“Iya, kau harus percaya dengan ucapanku. Tapi, tolong jangan sakiti putraku.”
“Hm ... baiklah, jika kamu memohon aku akan mengabulkannya. Tapi, kamu harus menceraikan Istrimu dan menikah denganku! Bagaimana, apa kamu setuju? Karena hanya itu yang bisa menyelamatkan putramu!” ancamnya lagi.
Damar langsung membulatkan matanya mendengar hal tersebut, sekarang ia mengerti jika penculik tersebut pasti mengenali dirinya.
“Omong kosong! Siapa kau sebenarnya?!” geram Damar.
Karena menurutnya permintaan penculik tersebut tidak masuk akal.
“Oke, baiklah. Berarti tunggu saja, aku akan mengirim jasad putramu ini!” ancamnya lagi.
Dor ...
Terdengar suara peluru di lepaskan, Membuat Damar panik.
“Oke, aku akan menikah denganmu. Sekarang juga!” sahut Damar cepat.
Kali ini tidak memikirkan apapun lagi, yang terpenting saat ini adalah keselamatan putranya.
“Nah, gitu dong. Apa kamu sama sekali tidak mengenaliku?” tanyanya lagi.
“Tidak! Siapa kau?” tanya Damar pemasaran dengan penculik tersebut.
“Dengarkan aku baik-baik. Aku adalah wanita yang kamu sia-siakan, aku adalah Clara calon Istrimu!” ucap Clara penuh penekanan.
Damar mengumpat dalam hati, ia mengutuk dirinya karena membiarkan Clara menghirup udara.
“Kenapa diam? Bagaimana dengan tawaranku?” tanyanya lagi.
“Baik. Aku bersedia,” sahut Damar dengan terpaksa mengatakan itu.
Tak selang beberapa lama, mereka sudah tiba di titik lokasi. Namun, mereka tidak langsung masuk, karena harus menunggu target masuk dalam jebakan terlebih dahulu.
“Bagus. Setelah kita menikah, aku akan membebaskan anak tidak berguna ini. Lalu kita akan pergi dari kota ini dan hidup bersama selamanya.” Clara berbicara dengan santai, tanpa ia ketahui jika dirinya saat ini sudah di kepung oleh polisi.
“Aku tidak mau menunda lagi, aku akan segera mengirimmu alamatnya, kamu harus menemuiku.”
Setelah mengatakan itu, Clara mengakhiri panggilannya.
“Sialan! Dia lagi!” umpat Damar sangat geram.
“Sepertinya, polisi sudah bertindak Bos. Aku melihat sudah ada beberapa yang masuk ke dalam gedung tua itu,” ujar salah satu anak buahnya.
“Iya. Sepertinya kita harus cepat bertindak, aku tidak tahu bagaimana keadaan putraku saat ini,” usul Damar karena sangat khawatir dengan keadaan putranya saat ini.
“Iya.”
Mereka keluar dari mobil, dengan penuh ke hati-hatian mereka masuk ke dalam gedung tua itu.
Di dalam sangat gelap, karena tidak ada sama sekali pencahayaan.
Mereka perlahan melangkah dengan kegelapan, mereka hanya mengandalkan pencahayaan dari sang rembulan yang bersinar terang di malam itu.
***