Sherin mempunyai perasaan lebih pada Abimanyu, pria yang di kenalnya sejak masuk kuliah.
Sherin tak pantang menyerah meski Abi sama sekali tidak pernah menganggap Sherin sebagai wanita yang spesial di dalam hidupnya.
Hingga suatu ketika, perjuangan Sherin itu harus terhenti ketika Abi ternyata mencintai sahabat Sherin sendiri, yaitu Ana.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah beberapa tahun berlalu, Abi datang lagi dalam kehidupannya sebagai salah satu kreditor di perusahaan Sherin sedangkan Sherin sendiri sudah mempunyai pria lain di hatinya??
Apa masih ada rasa yang tertinggal di hati Sherin untuk Abi??
"Apa sudah tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hati mu untuk ku??" Abimanyu...
"Tidak!! Yang ada hanya rasa penyesalan karena pernah mencintaimu" Sherina Mahesa....
Lalu, bagaimana jika Abi baru menyadari perasaanya pada Sherin ketika Sherin bukan lagi wanita yang selalu menatapnya dengan penuh cinta??
Apa Abi akan mendapatkan cinta Sherin lagi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tuan putri
"Kamu kenapa?? Masih mikirin ucapan Anjas tadi??"
Abi yang memilih mengantarkan Ana ke kantor ya setelah makan siang tampak mendapati wajah kekasihnya sendu sejak tadi.
"Aku cuma takut" Cicit Ana.
"Takut kenapa??"
"Sekarang kamu udah sukses, aku yakin banyak perempuan di luar sana yang mengincar kamu. Apalagi tadi kata Anjas, CEO itu cantik, dia kaya, dia pintar dan lebih segalanya daripada aku. Aku takut sayang. Gimana kalau lama-lama kamu nggak cinta lagi sama aku?? Aku cuma karyawan biasa, aku nggak secantik mereka, aku juga bukan wanita kaya raya"
Abi membuang nafasnya kasar. Sudah sering sekali Ana mengeluh tentang itu kepadanya. Ini bukanlah untuk pertama kalinya.
"Kamu terlalu over thinking Ana. Apa bertahun-tahun kita bersama nggak cukup buat kamu mengenal aku??"
"Maksud kamu??" Ana mengangkat wajahnya, menatap Abi yang mengendarai mobilnya. Sedangkan Anjas tadi pulang ke kantor dengan mobil Abi.
"Aku itu menjalin hubungan sama kamu sama sekali nggak melihat latar belakang kamu nggak lihat fisik atau apapun, yang penting aku nyaman sama kamu. Kalau memang aku niat mencari wanita yang pintar, cantik dan kaya, tentu dari dulu aku memilih Sherin, daripada ka..." Entah mengapa bibir Abi seakan tak bisa di kendalikan dan menyebut nama seseorang yang selama ini tidak pernah ia sebut di hadapan Ana lagi. Abi yang sadar dengan hal itu langsung menatap Ana yang menunjukkan reaksi keterkejutannya.
"A-apa maksud kamu sayang?? Kamu ingat dia?? Secara tiba-tiba?? Jadi kamu mengakui kalau dia lebih segalanya daripada aku begitu??"
"B-bukan begitu maksud ku Ana. Kamu salah paham"
"Jujur sama aku, apa kamu diam-diam ketemu sama dia lagi??" Mata Ana sudah berkaca-kaca dan membuat Abi merasa begitu bersalah.
"Ana, dengar dulu. Aku tidak bermaksud mengingatkan kamu sama dia lagi. Tapi aku hanya memberikan kamu contoh atas pikiran kamu yang berlebihan itu. Aku nggak akan berkhianat dengan perempuan lain asalkan kamu juga bisa menjaga kepercayaan ku"
Meski apa yang dikatakan Abi ada benarnya. Ana justru semakin merasa kesal karena Abi ternyata masih mengingat mantan sahabatnya itu.
"Udah nggak usah marah, aku nggak ada apa-apa sama wanita lain. Aku setia sama kamu dan aku harap kamu juga begitu"
"I-iya" Jawab Ana gugup.
"Aku antar kamu sampai sini aja ya. Aku harus balik ke kantor. Masih banyak kerjaan" Abi menghentikan mobil Ana di depan kantor Ana. Kekasihnya bekerja di kantor perusahaan retail terbesar di Indonesia itu sebagai manager.
"Iya nggak papa, kamu hati-hati ya"
"Iya"
Ana menatap kepergian Abi yang langsung menaiki taksi. Sebenarnya masih ada hal yang mengganjal hatinya tentang perasaan Abi terhadapnya.
Selama ini Abi memang terlalu baik kepadanya. Tapi sikap Abi itu masih terkesan tanggung menurutnya. Mesra jarang, tapi teramat lembut dan terlalu menjaganya, jadi aneh menurut Ana. Abi memperlakukannya tidak seperti pria lain kepada kekasihnya.
Bahkan untuk sekedar ciuman saja harus Ana yang mengambil inisiatif. Abi hanya berani menggenggam tangan Ana serta memberikan pelukan ringan saja. Dengan alasan, dia tidak ingin merusak Ana sampai kelak menikahinya.
Hal itulah yang membuat Ana takut sebenarnya. Sebagai seorang wanita, tentu dia sadar kalau Abi memiliki pesona yang luar biasa. Tampan, pintar dan mandiri. Mungkin hanya latar belakangnya saja yang menjadi minus baginya, tapi wanita di luar sana tentunya tidak akan peduli dengan hal itu, apalagi sekarang Abi sudah mulai sukses.
"Sherin??" Gumam Ana masih dalam lamunannya.
"Kenapa Abi tiba-tiba menyebut nama itu setelah sekian lama??"
"Apa kabarnya sekarang?? Apa dulu dia terlalu hancur lalu menghilang sampai sekarang??" Ana menyeringai mengingat kenangannya dulu dengan Sherin.
Sahabatnya yang polos dan bodoh. Pintar akademik ternyata tidak bisa menjamin pintar segalanya termasuk dalam cinta.
Dia tidak menyangka jika dia bisa menghancurkan hidup indah penuh keberuntungan milik si Tuan putri.
"Tuan putri memang cantik dan pintar, tapi tetap Cinderella yang jadi pemenangnya" Ucap Ana dengan sinis.
*
*
*
Sementara itu, wanita cantik yang sejak tadi menjadi tokoh utama dalam pikiran dua orang di luar sana masih berkutat dengan dokumen-dokumen di hadapannya.
Baginya, tumpukan kertas itu sudah menjadi makanan favoritnya sejak lima tahun ini. Baginya, hanya kertas-kertas itu yang bisa ia percaya dan tidak akan pernah mengkhianatinya.
Sherin tiba-tiba berhenti sejenak. Jika bicara tentang pengkhianatan, maka Sherin sudah melupakannya. Namun bekas serta rasa sakitnya tentu masih bisa ia rasakan. Apalagi harus kembali berhadapan dengan si pembuat luka.
Tidak pernah Sherin bayangkan, tidak pernah ada tanda-tanda yang dikirimkan Sang Kuasa sekalipun jika hari ini dia akan kembali bertemu dengan dia.
Cukup sudah paya Sherin menyembuhkan lukanya dengan terus menyibukkan diri dengan tumpukan pekerjaan itu, tapi ternyata takdir mengharuskan mereka bertemu.
Tidak usah menanyakan bagaimana perasaan Sherin kepada pria itu. Karena semua rasa itu sudah menguap tak berarah sejak lima tahun lalu. Ya, Sherin telah berhasil menyingkirkan pria tidak tau diri itu dari dalam hatinya.
"Apa yang sedang Nona pikirkan??" Sekretaris yang merangkap asisten pribadinya itu membuyarkan lamunannya.
"Baca itu, bagaimana menurutmu??" Sherin menyodorkan proposal yang baru ia terima dari dua tamu tak di undang tadi pagi.
Wanita tulen yang berpenampilan layaknya seorang pria itu tampak membaca lembar demi lembar dokumen yang atasannya berikan.
"Bukankah ini bagus Nona?? Bukannya Nona juga sempat memiliki pikiran ingin membangun perusahaan seperti ini, tapi karena kesibukan Nona maka belum sempat terealisasikan" Nana tau betul bagaimana Sherin menilai calon perusahaan yang bisa di ajak bekerja sama.
"Hemm, tapi masalahnya..." Sherin menggantung ucapannya.
"Kamu baca sendiri itu nama pemiliknya siapa" Sherin malas sekali menyebutkan namanya.
Nana kembali membuka dokumen yang masih berada di tangannya.
"Abimanyu, hanya Abimanyu tidak ada lanjutannya kah?? Singkat sekali namanya"
Sherin melirik Nana dengan jengah, kadang-kadang sekretarisnya itu memang cukup membuatnya emosi dengan loadingnya yang lama alias lola.
"Apa Abimanyu?? Ini bukan Abimanyu yang sama kan??" Barulah Nana menyadari itu setelah beberapa detik berlalu.
"Menurutmu??"
"K-kalau begitu apa Nona akan menolak proposalnya??"
"Apa menurutmu aku orang yang tidak profesional??"
"Lalu apa yang Nona pikirkan??"
"Benar juga, apa yang aku pikirkan. Aku bukan lagi Sherin yang bodoh karena cinta"
"Baiklah, kita terima. Segera atur pertemuan kita untuk penandatanganan kontrak"
Keputusan Sherin sudah bulat. Bukan karena ingin berurusan lagi dengan masa lalu, tapi karena memang Sherin tertarik dengan proposal mereka.
bukan mcm kmu bermuka dua🤭🤭