Setelah 10 Tahun Pernikahan

Setelah 10 Tahun Pernikahan

Bab 01

Yana Ayunda, wanita 38 tahun tengah menjemputmu kedua putranya sekolah. Saat ini ia tengah menunggu kedua putranya tersebut di depan gerbang, karena suaminya tidak bisa menjemput sehingga mengharuskan dirinya untuk berangkat.

Setelah memasuki usia 10 tahun pernikahan, ada yang berbeda dari suaminya. Yang biasanya ceria, dalam tiga Minggu terakhir sang lebih banyak diam dan sangat jarang bercanda dengan putranya.

Yana sangat menyadari hal itu, sering ia bertanya ada masalah apa dengan suaminya yang tiba-tiba berubah tak seperti biasanya. Namun, sang suami tidak mengatakan apapun.

“Mama,” panggil kedua putranya.”

“Hei, Sayang. Ayo masuk, kita harus segera pulang, karena mobilnya mau di pakai Papa bekerja.”

Karena mereka hanya mempunyai satu mobil saja di rumah, jadi bergantian dengan suaminya yang akan bekerja siang ini ke kantor.

Sebenarnya, Yana biasa menjemput kedua putranya menggunakan motor. Namun, di luar hujan deras, membuatnya memakai mobil milik suaminya untuk menjemputnya.

Suaminya hanya pekerja di kantor biasa, namun gajih yang di terima oleh suaminya lumayan untuk menghidupi mereka dan juga membayar cicilan mobil.

“Ma, Deva mau es krim.” Menunjuk toko es krim di pinggir jalan.

“Sayang, hujan-hujan kok makan es krim sih!” tolak Yana dengan lembut.

Bukan tidak ingin membelikannya, hanya saja antrenya cukup panjang. Sedangkan mobil yang ia kendarai akan di bawa oleh suaminya untuk pergi ke kantor.

“Ma, Deva belum pernah makan es krim itu. Ma, beli ya.” Dengan suara bergetar menggoyangkan pelan lengan ibunya.

Yana tampak menghela napas berat, ia tidak bisa menolak permintaan putranya tersebut.

“Baiklah. Diki mau juga?” tanyanya pada putranya yang satunya, jarak usia antara Deva dan Diki hanya satu tahun saja.

“Tidak, Ma. Diki sudah kenyang, untuk Deva saja,” tolaknya sembari melihat buku yang ia pelajari tadi.

“Oke, tunggu di mobil. Mama akan membelikannya untukmu,” ucap ibunya mengeluarkan uang dari dalam dompetnya.

Hampir setengah jam Yana mengantre es krim tersebut, akhirnya tiba juga giliran mereka.

“Ini Deva, kita harus cepat pulang. Pasti Papa sudah menunggu kita,” ujarnya pada putranya, karena mereka sudah terlambat pulang 10 menit.

Yana membawa mobil dengan cukup cepat, agar tiba di rumah tepat waktu. Walau tidak mungkin, karena sudah terlambat.

Setiba di rumah, benar saja sang suami menatapnya dengan tajam di teras rumah.

“Kalian masuklah ke kamar dan ganti baju,” ujar Yana pada kedua putranya.

Mereka mengangguk.

“Pa, Deva beli es krim,” ujar Deva dengan polosnya memperlihatkan es krim di tangannya, Yana menutup matanya bahwa dirinya dalam bahaya.

Karena kesal ia sudah terlambat pergi ke kantor, suami mengambil es krim di tangan putranya dengan kasar lalu melemparnya ke wajah istrinya

Pluk!

Es krim itu berhamburan.

“Apa kamu tidak tahu, kalau aku harus berangkat bekerja siang ini! Ini sudah lewat jam istirahat!” bentaknya pada istrinya.

Yana tampak terdiam menatap suaminya yang membentaknya, karena ini juga untuk pertama kalinya.

“Dasar bodoh!” sentaknya lagi mengambil paksa kunci mobil di tangan Yana.

Sedangkan Deva sangat ketakutan melihat papanya begitu marah, Diki sebagai abangnya membawa Deva untuk masuk ke kamar. Walaupun usia baru 8 tahun, ia sangat mengerti jika papanya saat ini sedang marah.

Yana mematung melihat sikap suaminya yang berubah 180° dari sejak tiga Minggu ini, bahkan lebih mudah marah.

Tanpa berpamitan padanya atau kedua putranya, suaminya langsung melaju pergi.

Ia berpikir positif, mungkin banyak pekerjaan yang menantinya hingga, kesalahan juga ada pada dirinya karena terlambat pulang.

Yana hanya bisa menghela napas kasar, lalu masuk untuk membersihkan tubuhnya dan wajahnya yang penuh dengan es krim.

Saat melintasi kamar kedua putranya, Yana mendengar Isak tangis Deva. Diki pun berusaha menenangkan adiknya tersebut.

“Dek, besok kita bisa beli lagi. Jangan menangis lagi ya,” ujar Diki penuh perhatian.

“Deva, Mama akan membelikannya untukmu. Mama ganti baju dulu,” ujar Yana membujuk putranya agar berhenti menangis.

Deva menggelengkan kepalanya.

“Deva tidak mau es krim lagi, Ma. Maafkan Deva, Ma. Papa marah sama Mama,” ujarnya menghampiri ibunya lalu memeluk ibunya.

Hati Yana teriris mendengar ucapan putranya, karena Deva pertama kali melihat papanya semarah itu.

“Sayang, maafkan Papa ya. Papa cape karena banyak pekerjaan,” ujar Yana lembut.

Deva tampak mengangguk.

“Baiklah, sekarang kalian ganti baju dulu. Setelah itu, Mama akan memasak makanan kesukaan kalian.”

Deva tampak kembali sumringah, anak kecil begitu mudah tertawa padahal ia baru saja menangis.

Malam harinya, seperti wanita biasa pada umumnya. Ia menyiapkan makan malam untuk keluarga kecilnya.

Namun, sudah waktunya jam pulang kerja. Namun, ia tidak mendapati suaminya pulang.

“Apa Mas Dian lembur?” gumamnya dalam hati.

Deva dan Diki tampak makan lebih dulu, karena setalah makan mereka harus belajar.

Dengan hati yang was-was, Yana mengambil ponsel miliknya berniat menghubungi suaminya. Namun, suara dering ponsel tersebut terdengar di ruang tamu dan tergeletak di meja.

“Mas Dian tidak membawa ponselnya,” gumamnya mengambil ponsel tersebut.

Terbesit di pikirannya ingin melihat isi ponsel tersebut, apakah suaminya menyembunyikan sesuatu hingga membuatnya langsung berubah.

Yana memberanikan diri untuk membukanya, dengan tangan bergetar memeriksa isi ponsel tersebut. Karena ini juga untuk pertama kalinya ia membuka ponsel milik suaminya.

Tidak ada yang aneh di ponsel tersebut, ia meletakkannya kembali di meja.

Terdengar suara deru mobil yang berhenti di depan rumah, sudah di pastikan jika itu adalah suaminya.

Yana segera membuka pintu untuk menyambut kedatangan suaminya seperti biasanya.

“Mas, kok pulangnya telat? Banyak pekerjaan?” tanya Yana langsung, karena memang dirinya biasa seperti itu.

“Iya, semua ini karena dirimu! Aku mendapatkan surat peringatan karena terlambat masuk kantor!” kesalnya langsung masuk ke dalam rumah tanpa peduli pada Yana.

Lagi-lagi Yana menghela napas kasar, Yana tidak mau tinggal diam. Ia mengikuti langkah suaminya yang langsung masuk ke kamar, sebelum itu ia melirik meja makan kedua putranya sudah mengakhiri makan malamnya.

“Mas, kamu kenapa sih marah-marah seperti ini?” tanya Yana masuk ke dalam kamar lalu mengunci pintunya.

“Kamu masih bertanya, Yana? Sudah aku katakan tadi!” sentaknya.

“Bukan itu, Mas.”

“Lalu apa?!” tanya suaminya menatapnya dengan tajam.

“Kenapa Mas berubah? padahal kita baru saja merayakan usia pernikahan kita! Apa ada yang salah pas diri aku? Katakan, jangan berubah seperti ini,” ujar Yana mulai terisak.

“Berhenti membuang air matamu itu,” ujarnya melemah, lalu menarik istrinya ke dalam pelukannya.

“Maaf, aku hanya banyak pekerjaan. Ada sedikit masalah di kantor,” ujarnya masih memeluk istrinya yang tampak terisak dalam pelukannya.

Yana mengangguk, ia sangat percaya pada suaminya. Tidak mungkin suaminya melakukan hal yang aneh di luar sana, Karena sudah sepuluh tahun menjalani rumah tangga tanpa ada godaan yang datang menghampiri, pikir Yana.

***

Terpopuler

Comments

Risfa

Risfa

Hadir ka

2023-06-05

0

Citoz

Citoz

Lanjut sista 😘

2023-06-05

0

Hanum Anindya

Hanum Anindya

wow ceritanya luar biasa kakak. bGus banget kak terus nerkarya ya kakak cantik🥰

2023-06-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!