WARNING!!! Harap bijak membaca ya karena bikin panas dingin juga, hehehe
Hans seorang pria biasa yang masih memiliki seorang istri, terpaksa menerima tawaran seorang CEO cantik untuk menjadi suami kontraknya. Ia membutuhkan banyak biaya untuk pengobatan putri kecilnya yang menderita penyakit kanker, sekaligus untuk memenuhi gaya hidup istrinya yang hedon.
Lantas, bagaimana Hans akan menjalani semua ini? Lalu kenapa sang Nona Ceo memilih Hans sebagai suami kontraknya? Padahal di luar sana banyak pria yang lebih hebat dari Hans.
Yukkkkk ikuti kisahnya yang nano-nano, hehehehe
IG @dydyailee536
FB Dydy Ailee
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dydy_ailee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35 Pelampiasan Hasrat
Senyum Citra mengembang melihat suaminya sudah ada dihadapannya. Hans tampak semakin bersih, tampan dan wangi. Sudah jelas kini ada Raina yang merawatnya.
"Mas," Citra langsung menghambur ke pelukan Hans. Hans membalas pelukan Citra dengan hangat. Seperti biasa Citra selalu cantik sama seperti dulu.
"Apa semuanya baik-baik saja sayang?"
"Baik kok, Mas. Masuk, Mas." Senangnya hati Hans disambut hangat oleh istrinya. Perpisahan sejenak cukup efektif membuat keduanya saling melepas rindu.
"Mau mandi atau makan dulu, Mas?"
"Makan saja sayang. Aku lapar karena belum sempat sarapan." Hans tidak selera makan karena sikap Raina yang kembali berubah dingin. Citra menggandeng lengan suaminya menuju meja makan. Citra dengan sigap menuangkan nasi beserta lauk ke dalam piring.
"Kita makan sama-sama ya sayang." Ajak Hans. Kali ini pikiran Hans benar-benar terganggu oleh Raina. Di sisi lain ia senang dengan sikap Citra yang kembali hangat padanya, namun disisi lain sikap dingin Raina membuat Hans merasa tidak tenang.
"Iya Mas." Masakan Citra memang selalu enak. Hans makan dengan sangat lahap. Citra senang melihat Hans makan dengan begitu lahapnya.
"Oh, kenyangnya perutku." Ucap Hans sambil mengelus perutnya.
"Bagaimana Mas rasanya pertama kali melakukan perjalanan bisnis?"
"Mmmm... menyenangkan sayang. Ada banyak hal baru yang aku pelajari."
"Semoga karir kamu disana semakin naik ya, Mas. Oh ya kemarin teman-teman aku jengukin Mika. Mereka patungan untuk membantu biaya pengobatan Mika. Dan aku juga mengaku pada mereka kalau kamu cuma guru honorer."
"Lalu, bagaimana respon mereka?"
"Mereka tidak masalah, Mas. Aku yang selama ini termakan gengsi sampai menyulitkan kamu."
"Syukurlah kamu sadar. Aku harap kamu bisa hidup lebih apa adanya. Karena itu lebih membuat kita tenang."
"Aku minta maaf, Mas. Meskipun kata maaf ku tidak berguna dan tidak bisa berubah keadaan."
"Iya tidak apa-apa. Kamu menyadari kesalahanmu itu sudah cukup."
"Sekarang, aku malah semakin merasa bersalah pada Mas Hans. Ucapan Ayah dan Ibu, ucapan Mika dan teman-teman ku, membuat ku menjadi orang yang jahat. Apa aku harus menyudahi semuanya dengan Andra. Tapi aku sudah melakukan hal kotor dengan Andra. Apa aku masih layak disebut seorang istri dan ibu yang baik?" Batin Citra yang larut dalam perasaannya sendiri.
"Sayang," Hans menepuk tangan istrinya.
"Eh iya Mas, kenapa?"
"Kamu kenapa? Kok melamun? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"
"Tidak ada Mas. Paling capek aja. Aku siapkan air hangat untukmu ya Mas."
"Iya sayang."
Sembari menunggu Hans mandi, Citra lalu bersih-bersih rumah dan membereskan piring bekas makan. Tak lupa Citra juga menyiapkan makanan untuk Mika. Selama mandi, pikiran Hans berkecamuk memikirkan Raina. Bagaimana Raina? Apa dia sudah makan? Apa dia memang begitu dengan seorang pria? Bahkan selama di Bali, cuma dua kali kami bercinta. Meskipun dengan durasi yang lama tapi bagi pengantin baru waktu itu kurang intens. Bahkan sebelum berpisah, aku ingin sekali menyatu dengan Raina tapi aku merasa tidak memiliki kuasa penuh atas diri Raina. Sepertinya aku sendiri mulai jatuh cinta pada Raina. Mau tidak mau Hans harus memendam hasratnya. Apalagi saat melihat Raina dengan Robert. Ingin rasanya saat itu menyeret Raina keluar dan mengajaknya pulang supaya tidak terlalu dekat dengan pria itu.
"Oh Raina! Kamu membuatku gila," batin Hans. Hans segera menyudahi mandinya dan menuju dikamar. Di lihatnya Citra sedang merapikan koper Hans. Memilah baju bersih dan kotor. Lagi, Hans menyimpan rasa bersalah. Tiga hari ia menghabiskan waktu dengan wanita lain dengan berkedok perjalanan bisnis, rasanya tidak adil jika kali ini Hans tidak memberikan nafkah batin untuk Citra.
"Eh Mas, sudah selesai mandinya? Ini aku siapkan baju untukmu. Setelah ini kita ke rumah sakit." Ucap Citra. Hans yang masih melilit tubuhnya dengan handuk, mendekat kearah Citra.
"Sayang, kamu bilang merindukan aku. Tidakkah ingin memelukku?" pancing Hans. Ya, siang itu Citra mengenakan setelan baju tidur berbahan transparan. Sengaja ingin menyambut kedatangan suaminya. Citra juga merasa bersalah jika tidak melayani suaminya. Sedangkan tiga hari terakhir, ia melayani Andra diatas ranjang dengan intens.
"Kamu juga rindu tapi kenapa tidak memelukku dulu?" pancing Citra.
"Memang boleh? Nanti kamu marah. Aku takut di tolak lagi." Ucap Hans. Seketika rasa bersalah menyeruak lagi dalam benak Citra. Citra bahkan lupa kapan terakhir kali melayani Hans.
"Tidak Mas, aku pasrah mau kamu apakan." Ucap Citra malu-malu. Sesaat wajah Citra seperti berubah menjadi Raina.
"Raina?" batin Hans. Hans langsung menarik tubuh Citra dan langsung memagut bibir Citra penuh dengan hasrat menggebu. Membuat tubuh Citra sampai menyentuh dinding. Citra langsung membalas pagutan Hans tak kalah liar. Deru nafas Hans memburu, Citra bisa merasakan itu. Hans langsung melucuti pakaian Citra dan membuangnya begitu saja. Sementara Citra langsung menarik handuk Hans yang sedari tadi masih terlilit di pinggang Hans. Hans lalu menggendong Citra seperti koala sambil menempelkan tubuh Citra pada dinding. Kaki Citra otomatis mengunci pinggang Hans. Citra bisa merasakan junior Hans menegang. Keduanya terus berciuman sambil memejamkan mata, sampai membuat keduanya terengah karena pasokan oksigen mulai berkurang. Citra dibuat terkejut dengan hasrat liar suaminya. Mungkin karena memang rindu jadi Citra tidak menaruh curiga. Hans menggiring langkahnya menuju tempat tidur. Lalu merebahkan tubuh Citra diatas tempat tidur. Hans naik keatas tubuh Citra dan kembali memagut mesra bibir Citra.
"Mmmmhhhhh," desah keduanya saat bibir saling berpagut. Hans lalu menjelajahi leher Citra, menjilatnya dengan liar sampai membuat Citra mengerang nikmat. Lidah Hans kemudian turun pada gunung kembar milik Citra. Ditangkupnya kedua gunung kembar itu dan di lahapnya dengan penuh hasrat. Hans menjilatnya, menggigit ujungnya dan menghisapnya sampai membuat Citra berteriak manja.
"Akhhhh... Mas. Enak Mas." Racauan Citra semakin membuat Hans bersemangat. Hingga lidah dan bibir Hans telah sampai pada lembah kenikmatan Citra yang sudah sangat basah. Hans menekuk lutut Citra dan membuka lebar kaki Citra. Sluurpp! Sluurpp! Hans semakin brutal, ingin sekali melahapnya sampai habis. Hans lalu memasukkan jemarinya memainkan liang senggama Citra dengan tangan satunya meremas gunung kembar milik Citra. Hari itu menjadi hari yang pelampiasan hasrat untuk keduanya. Meskipun mereka berdua saling memikirkan pasangan lain mereka. Namun tak dipungkiri, Hans dan Citra merasakan sensasi bercinta yang luar biasa. Citra merasa puas dengan permainan Hans yang berbeda dari biasanya, begitu juga sebaliknya. Dan tanpa ragu mereka mencoba berbagai macam posisi bercinta. Citra bisa mencapai puncak kenikmatan berkali-kali karena permainan Hans dan Hans juga mendapatkan kepuasan yang sama dari pelayanan yang Citra berikan. Seandainya saja Citra selalu seperti ini? Aku pasti akan lebih semangat untuk bekerja dan menghadapi apapun.
Hans langsung mendekap kuat tubuh Citra dan Citra pun langsung mengunci pinggang Hans dan memeluk Hans erat, supaya dirinya dan Hans bisa mencapai pelepasan yang sempurna. karena untuk ketiga kalinya Citra mencapai orgasme. Hans bisa merasakan otot-otot rahim Citra meremas batang juniornya.
"Sayang, ini sangat nikmat."
"Kamu hebat, Mas. Aku suka kamu yang begini."
"Tiga hari berpisah membuat kita menyatu sempurna seperti ini."
"Iya Mas."
"Maafkan aku Citra. Karena kamu menjadi pelampiasan hasratku. Tapi aku juga bahagia karena kamu menyambutku." Gumam Hans dalam hati.