NovelToon NovelToon
Theresia & Bhaskar

Theresia & Bhaskar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Romansa
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Elok Dwi Anjani

Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.

"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cintai

"Apa syaratnya?" Serena sangat serius menatap Bhaskar.

"Gua mau semua informasi yang Nana punya saat kecelakaan itu terjadi, karena orang yang gua cintai pergi dari peristiwa itu."

Syarat yang Bhaskar berikan itu cukup berat di Nana, bukan di Serena. Namun, sebagai keluarga, Serena menentang hal tersebut karena dari kecelakaan tersebut telah membuat Nana trauma, malah Bhaskar ingin mengungkitnya secara terang-terangan. Serena tidak ingin jika semuanya berjalan lancar untuk mendekati dan mengubah Nana menjadi berantakan lagi hanya untuk memenuhi syarat yang menarik masalah lagi.

"Lo sama aja bikin Nana teringat kejadian itu, apa gunanya bikin dia berubah kalau lo yang mengingatkan Nana ke titik traumanya?" Serena berdiri di hadapan Bhaskar seraya menatap laki-laki itu tidak suka. "Gua nggak mau syarat itu, itu sama aja gua bikin dia nyaman setelah itu berantakan, cari syarat lain sampai besok. Gua mau pergi cari Nana daripada negosiasi sama lo yang cuman terbayang-bayang masalah lampau."

Ucapan gadis itu ampuh untuk membuat Bhaskar terpojok. Serena benar, Bhaskar terus terbayang-bayang masa lalunya tanpa memikirkan apa akibatnya. Bahkan karena ucapan itu, perasaan Bhaskar jadi tidak enak sebab membuat Serena tempramental yang sudah khawatir akan keluarganya, justru ia masih memikirkan keuntungannya sendiri.

Bhaskar beranjak dari tempatnya setelah Serena melenggang pergi mencari Nana. Ia merasa bersalah dengan syarat yang ia berikan yang bisa saja menyakiti kedua gadis itu. Daripada kembali ke rumah, Bhaskar memilih untuk berjalan-jalan, menikmati udara dingin meski tidak dalam keadaan nyaman. Ia melihat jalanan sawah dengan pencahayaan lampu remang dalam kondisi sepi. Sangat sepi hingga tidak ada suara sama sekali, hanya suara kodok, jangkrik, dan serangga penghuni sawah desa.

Laki-laki itu menghela napasnya, tanpa ia sadari telah berjalan cukup jauh hingga ke ujung desa. Melihat pepohonan tinggi-tinggi yang merupakan bagian dari hutan. Ia ingin berbalik, tetapi sebuah suara yang membuat bulu kuduknya berdiri itu telah menghentikan langkahnya. Bhaskar berbalik lagi, merogoh saku celananya mencari benda pipih guna cahaya senter. Ia sebenarnya takut, tapi ia singkirkan demi bisa melihat apa yang barusan ia dengar.

"Keluar lo! Jangan pikir dengan suara lo doang bisa bikin gua takut!" kata Bhaskar. Langkahnya berjalan pelan mendekati salah satu pohon.

Kepala seseorang tiba-tiba muncul dari balik pohon, mengejutkan laki-laki yang hendak melanjutkan langkahnya. Kini, laki-laki itu berteriak keras, kaget dengan apa yang terjadi di depannya meski itu bukan makhluk halus. "Maaf."

Suara sangat pelan nyaris tidak bisa Bhaskar dengar membikin laki-laki itu menelan ludahnya. Itu bukan makhluk halus, tapi ia berteriak yang membuat dirinya sendiri malu. "Lo-lo siapa?"

Bukannya menjawab, orang tersebut malah pergi begitu saja. Sontak Bhaskar menariknya, mendekatkan dirinya untuk melihat siapa yang ada di depannya, ia juga mengarahkan cahaya senter dari ponselnya ke orang tersebut.

"Lo... Nana?" tebak Bhaskar.

Gadis itu hanya mengangguk, sementara tangannya berusaha untuk dilepaskan dari Bhaskar. Lebih-lebih ia memberontak. Sedangkan Bhaskar justru semakin kuat memegangi pergelangan tangannya, laki-laki itu tahu jika Nana tidak bergaul dengan orang-orang, mungkin gadis itu akan terus menghindarinya kalau ia lepaskan.

"Buka masker lo," pinta Bhaskar, tetapi Nana menggeleng dengan kuat dan semakin memberontak.

"Nana!"

Bhaskar menoleh ke sumber suara yang ternyata Serena sedang berlari ke arahnya dengan wajah khawatir. Gadis itu melepaskan tangan Bhaskar dari Nana cukup kasar dan melihat kondisi Nana dengan memegangi kepalanya agar menatapnya. "Lo nggak apa-apa, kan? Dia nggak apa-apain lo, kan? Bilang aja sama gua."

Nana hanya menggeleng. Ia menghempaskan tangan Serena kemudian berlalu pergi begitu saja. Hal tersebut pun membuat Serena kecewa, ia ingin menunjukkan sisi persaudaraannya dengan Nana agar bisa dekat tetapi sikap Nana sangat dingin padanya.

"Apa dia selalu menghindar kayak gitu? Anti orang lagi," ucap Bhaskar. Ia berjalan bersama Serena yang memperhatikan anggota keluarga barunya dengan berkecil hati.

"Hhm... Mangkanya bantuin gua, tapi untuk syaratnya bisa yang lain, kan?"

"Dia terlalu tertutup." Bhaskar menatap Nana yang berjalan pelan di depannya dengan langkah kaki lemas. "Pakaian, cara bicara, pandang, dan pergaulannya."

"Gua pernah dimarahin dia."

Seketika Bhaskar melirik Serena. "Apa sebabnya?"

"Karena gua buka kamarnya tanpa mengetuk pintu dan lihat kondisi badannya yang penuh bekas luka. Lo lihat dia pakai masker, kan? Nana bener-bener insecure dan menghindari dunia luar meski bukan wajahnya yang terluka. Dia cantik kok."

Laki-laki itu hanya diam, memperhatikan Nana yang semakin lama semakin tidak jelas cara berjalannya. Ia menjadi was-was jika gadis di depannya tiba-tiba terjatuh. Dan benar saja, Nana terjatuh, tapi bukan karena cara berjalannya, tetapi mendadak kehilangan kesadarannya yang membuat Bhaskar dan Serena terkejut.

"Nana! Na, bangun! Lo kenapa?" Serena menepuk-nepuk wajah Nana.

Tanpa pikir panjang, Bhaskar mengangkat tubuh Nana dan bergegas ke rumah. Saat tudung Hoodie itu terjatuh, jantungnya berdetak tidak karuan tanpa sebab. Lo sebenarnya siapa, Na.

Sesampainya di kediaman Serena, Bhaskar langsung ditunjukkan kamar Nana oleh Serena dan memintanya untuk dibaringkan di atas tempat tidur. Kakek dan orang tua Nana juga khawatir melihat kondisi Nana yang dibopong Bhaskar seperti itu, apalagi mengingat gadis itu baru saja sembuh dari luka-luka di tubuhnya.

"Nana kenapa?" Bunda Serena melihat mendekati Nana yang terbaring di tempat tidur. Beliau menarik resleting Hoodie Nana yang seketika membuat Bhaskar berbalik badan.

"Saya keluar dulu, Tante." Bhaskar berjalan ke arah pintu dengan berhati-hati.

...••••...

"Nana kenapa bisa tiba-tiba pingsan?" tanya Kakek ke putrinya yang baru saja keluar dari kamar Nana.

"Sepertinya Nana lemas, perutnya nggak terisi sama sekali dan kelelahan." Wanita itu melirik Bhaskar yang duduk terdiam di samping kakek. "Terima kasih sudah membawa Nana pulang dengan selamat."

"Sama-sama, Tan." Bhaskar melirik sebuah laci yang diatasnya ada berkas dari rumah sakit dengan nama pasiennya. Ia mengerutkan keningnya dan mengambilnya dengan tangan yang meremas kuat kertas tersebut.

"Kenapa? Itu kertas pemeriksaan Nana dari rumah sakit Tante. Tante juga kerja di sana sebagai perawat, apa ada yang salah?" Merasa aneh dengan raut wajah Bhaskar yang berubah. Wanita itu mendekat dan menatapnya. "Kamu nggak apa-apa?"

"Apa nama ini benar nama Nana? Lalu asal Nana sebenarnya dari mana, Tan?" Bhaskar menahan suaranya yang terdengar bergetar.

"Nana diadopsi kakek setelah pulang dari kota, Kakek bilang orang tua Nana membuangnya saat keluarganya datang dan malah membentaknya di rumah sakit, jadi kakek membawa Nana ke sini, sebagai keluarga barunya. Apalagi keluarga Nana sebenarnya keluarga Serena, mereka saudara kembar, bedanya Serena sejak bayi bersama kami, sedangkan Nana diambil keluarganya."

Sudah tidak terbendung lagi, air mata Bhaskar meluncur begitu saja hingga kedua kakinya tertekuk. Mengusap wajahnya untuk menyembunyikan air matanya yang turun dengan bebas di depan kedua orang yang kebingungan. Bhaskar tidak ingin terhanyut dalam pikirannya, ia langsung bergegas membuka pintu kamar Nana tanpa mengetuknya hingga membuat kedua gadis di dalam itu terkejut.

Serena ingin memarahi Bhaskar yang tidak sopan, tetapi melihat wajah laki-laki itu, ia jadi terdiam bersama Nana yang membeku di tempat. Bahkan ia berusaha menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya yang mengenakan pakaian pendek memperlihatkan bekas lukanya.

"Theresia..." Bhaskar menghamburkan pelukannya pada gadis yang memberontak untuk dipeluk. Namun, Bhaskar justru mengeratkannya sambil tidak bisa menyembunyikan tangisannya. "Kenapa lo sembunyiin ini?"

Theresia meremas bahu Bhaskar dengan gemetaran, ikut terisak bahkan kesesakan menahan tangisan. "Gua benci diri gua sendiri, gua nggak mau orang-orang tahu keadaan gua kayaknya, gua malu. Gua mau menutup diri dari orang-orang, lo pastinya juga malu kalau gua kayak gini, Erga dan Bunda udah banyak bantu gua, gua nggak mau bebanin mereka. Lagi pula gua udah nggak dianggap di keluarga sendiri."

Keluarga Serena semuanya hanya bisa diam, menyaksikan kedua insan yang sebenarnya memiliki keterkaitan. Mendengar tangisan pilu dari Theresia, mereka hanya bisa menyaksikannya, gadis itu sangat merindukan sosok orang itu, lebih-lebih lagi tangisan keduanya sama-sama keras menahan rindu dan rasa sakit sakit kehilangan sebelumnya.

"Enggak, jangan pernah benci sama diri lo sendiri, gua di sini. Gua bakalan tetep di sini, Erga dan bundanya juga khawatirin lo, Re. Jangan berpikir yang enggak-enggak. Gua mohon, gua cuman mau lo balik, gua nggak mau kehilangan orang-orang yang gua cintai, gua mohon balik." Bhaskar mengeratkan pelukannya, tetapi Theresia menepuk-nepuk punggung laki-laki itu karena merasakan lukanya yang baru kering terasa perih.

"Sakit..." lirih Theresia.

......••••......

...Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!