Novel ini berkisah tentang seorang pemimpin pemerintah bereinkarnasi ke dunia fantasi, namun keadaan di kehidupan barunya yang penuh diskriminasi memaksanya untuk membangun peradaban dan aturan baru...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iimnn saharuddin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1.1
Langit malam di dalam hutan begitu gelap, hanya diterangi cahaya bulan yang samar-samar menembus dedaunan. Suara jangkrik dan angin yang berdesir di antara pepohonan menciptakan suasana sunyi yang menegangkan.
Aku duduk di atas tanah yang lembap, menatap layar bola cahaya kecil yang hanya bisa kulihat sendiri. Inilah satu-satunya hal yang membuatku tetap waras di dunia.
Selama tiga tahun aku bekerja keras sebagai budak dan menjual barang-barang yang berhasil kuselundupkan sekaligus mengumpulkan informasi tentang dunia ini. Tidak banyak yang bisa kulakukan, terkadang aku harus memaksakan diri agar bisa bertahan hidup lebih lama didunia ini.
Aku bersyukur karena sistem ini memberiku beberapa kemampuan yang dikhususkan untuk bertahan hidup seperti 'ketahanan rasa lapar dan peningkatan insting'. Dengan kemampuan ini aku dengan mudah bisa berhemat persediaan stok makanan.
GLUG-GLUG...
Perutku berbunyi. Sepertinya efek kemampuan sudah mencapai batasnya. Para pedagang biasa memberi kami makanan sekali sehari, dan itu pun tidak cukup untuk bertahan. Seperti malam-malam sebelumnya, aku harus mencari makan sendiri di hutan saat mereka sudah sudah tertidur.
Melarikan diri memang terdengar seperti pilihan yang lebih baik, tapi itu terdengar mustahil. Setiap budak di sini memiliki kutukan perbudakan - sebuah mantra yang ditanamkan di kepala kami. Jika seseorang mencoba kabur melewati batas tertentu, kepalanya akan meledak seketika. Sudah banyak yang mencobanya... dan semuanya berakhir tragis.
•••
Aku mengumpulkan beberapa jamur liar yang tumbuh di sekitar hutan. Berkat kemampuan memasak dari sistem, aku dengan muda menetralisir kan efek racunnya. Namun, tetap saja, lebih baik berhati-hati.
MEMASAK
Dengan sedikit garam yang berhasil kudapatkan diam-diam dari pedagang, aku bisa menetralkan racun di dalam jamur. Merebusnya dengan api kecil selama 15 menit cukup untuk mengurangi efek racun tanpa membuat racunnya semakin berbahaya.
Aku menatap hasil masakanku dengan perasaan hambar. Melakukan ini setiap hari membuatku rindu makanan yang lebih layak. Tapi aku tidak tahu kapan semua ini akan berakhir.
Tiba-tiba, telingaku menangkap suara langkah kaki yang mendekatiku.
“Raka, sepertinya kamu sedang memasak makanan enak lagi.”
Suara lembut itu berasal dari seorang wanita yang duduk di sampingku.
“Ini hanya makanan yang sama seperti sebelumnya, Kak.”
Namanya Zephyr. Dia adalah seorang wanita dan budak sama seperti diriku, namun dia berasal dari ras Goblin.
Di duniaku sebelumnya, Goblin digambarkan sebagai makhluk menyeramkan, kejam, dan suka berburu manusia. Tapi di dunia ini, justru manusialah yang memburu dan membantai mereka. Goblin dan ras non-manusia lainnya dicap sebagai monster sebagai bawahan iblis, hanya karena mereka berbeda ras.
Bukan hanya mereka, manusia yang memiliki bakat sihir juga mengalami mengalami penindasan tanpa ampun. Baginya, penyihir adalah jelmaan dari para iblis yang akan membuat kerusakan suatu saat nanti. Aku benar-benar miris dengan dunia ini.
Namun, kalau kupikirkan lagi... mau di era mana pun, manusia tetaplah manusia. Penindasan selalu terjadi, kelompok mayoritas selalu mencari cara untuk menekan minoritas.
“Kak, bagaimana dengan yang lain?” tanyaku.
“Mereka semua sudah tertidur. Kamu selesaikan ini cepat dan tidurlah lebih awal. Besok kita akan berangkat pagi-pagi.”
Aku mengangguk. “Baik, Kak. Tapi sebelum itu, ayo kita makan terlebih dahulu.”
•••
Matahari mulai naik, sinarnya menyelinap di antara celah-celah kayu kereta yang reyot. Namun, sebelum aku bisa benar-benar menikmati kehangatan pagi, sebuah suara kasar membangunkanku dengan paksa.
itu typo ya, seharusnya seperti ini, aku ingin kita semua membangun sebuah desa di bagian sana atau belah sana
typo ya bang?
emosi nya masih belum terasa, itu membuat pembaca belum menghayati dan mengikuti alur secara mendalam. juga pacing nya terlalu cepat, transisi pergantian tempat dan juga suasana masih terlalu tiba-tiba, dari sampai, antri tiket, sampai gudang, dan juga pergantian siang ke malam terlalu tiba-tiba... jadi tambahkan sedikit emosi dibagian awal cerita agar pembaca memiliki kesan pertama yg bagus, juga pacing yang sedikit di perpanjang