Setelah dikhianti oleh pria yang dicintainya, Vani tidak ingin lagi jatuh cinta, tetapi takdir justru mempertemukan Vani dengan Arjuna.
Seorang CEO yang dikenal dengan rumor sebagai pria gay.
Karena suatu alasan, Vani setuju saat Juna melamarnya, karena berpikir Juna seoarang gay dan tidak mungkin menyentuhnya. Namun siapa sangka jika rumor tentang gay itu salah. Juna adalah sosok suami yang begitu memuja Vani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tolong Menjauh Dari Hidupku
"Takkan ada kata bahagia bila tak ada kata sedih, jadi kebahagiaan akan lebih terasa apabila kita pernah merasakan kesedihan."
Ungkapan itu sangat cocok untuk Vani saat ini. Setelah mengalami kegagalan dalam kisah cintanya bersama Johan yang memberikan luka mendalam untuknya. Arjuna datang seakan menjadi penghapus untuk semua kesedihannya.
Satu bulan telah berlalu. Selama satu bulan itu pula tanpa Vani sadari jika kehidupan Vani kembali berwarna sejak kehadiran Arjuna.
Mungkin sampai sekarang Vani masih menyangkalnya dengan tetap mengatakan jika Arjuna adalah pria pemaksa. Tapi pada kenyataannya, Keberadaan Arjuna perlahan dapat membuat Vani melupakan sosok Johan. Rasa terpaksa yang sebelumnya Vani rasakan sekarang telah menghilang. Sikap lembut dan perhatian yang selalu diberikan Arjuna padanya tidak bisa lagi dikategorikan hanya sebatas obsesi dari pria pemaksa sepertinya.
Semua yang Juna lakukan untuknya dapat menyentuh hati Vani, Vani dapat merasakan semua ketulusan dari pria yang saat ini diketahui oleh hampir banyak orang, sebagai pasangannya.
"Sayang, aku senggang hari ini. Kita makan siang bersama, ya?" Pesan dari Arjuna menerbitkan senyuman di wajah cantik Vani.
Jika sebelum mengenal Arjuna, Vani jarang menggunakan ponselnya saat jam kerja. Sekarang berbeda, dering ponsel tetap menyala dan ponselnya bukan di simpan di dalam laci meja, melainkan di atas meja kerjanya, agar setiap kali Arjuna menghubunginya, Vani bisa menyadarinya.
Tanpa Vani sadari juga jika hubungannya yang terjalin bersama Juna, jauh lebih sehat dan jauh lebih berwarna dari hubungannya bersama Johan. Vani menjalani kehidupan asmaranya tanpa beban sedikitpun, tidak seperti saat bersama Johan.
"Sepertinya aku tidak bisa. Salah satu atasanku ulang tahun dan dia mengajak kami makan siang bersama. Aku minta maaf, Juna." Vani membalas pesan Arjuna dengan berat hati.
"Jangan minta maaf. Aku dapat mengerti. Bersenang-senanglah, Sayang." Vani sedikit merasa tenang saat Arjuna tak mempermasalahkan penolakannya.
Dering pesan masuk kembali membuat Vani dengan cepat membukanya, karena Vani pikir dari Arjuna. Namun ternyata pesan yang masuk kali ini bukan dari Arjuna melainkan dari Johan.
"Aku sangat merindukanmu. Hidupku benar-benar hancur tanpamu, Van. Aku harus bagaimana?"
Isi pesan dari nomor yang tidak tersimpan di kontak Vani, tapi Vani sangat tahu itu siapa.
Meski sudah mengganti nomor, dia tetap saja bisa menghubungiku. Batin Vani.
"Aku tidak tahu apa sebenarnya maumu, Johan. Kau yang mengkhianatiku, kau yang meninggalkanku dan menikahi wanita lain, tetapi justru kau yang seperti orang paling tersakiti," gumam Vani pelan.
Vani memutuskan untuk mengabaikan pesan tersebut, dan melanjutkakan pekerjaannya. Namun baru saja meletakkan phonselnya di atas meja. Suara dering handphone-nya kembali terdengar. Bersyukur saat ini Vani tidak sedang melayani nasabah.
"Tolong jangan mengabaikanku. Aku sungguh merindukanmu. Setidaknya balaslah pesanku agar aku bisa sedikit mengobati rasa rinduku padamu sayang. Aku mohon, aku bisa mati tanpamu." Isi pesan yang kembali masuk dari nomor Johan.
Jika saja tidak ada Arjuna dalam hidupnya, jelas Vani akan merasa sakit membaca pesan Johan. Tetapi sekarang tidak lagi, Arjuna sudah menghapus kesedihannya. Perasaan rindu itu justru hadir untuk Arjuna meski mereka hampir setiap hari bertemu.
Vani mencoba membalas pesan Johan.
"Kabarku baik, Aku harap kamu juga baik-baik saja."
"Tidak Sayang, Hidupku tidak akan baik tanpa kehadiranmu."
Vani tersenyum miris membaca pesan balasan itu.
Harusnya jika kamu sadar kamu tidak bisa hidup tanpaku, maka berpikir dulu sebelum bertindak.
"Johan. Tolong mengerti akan keadaan kita sekarang. Masa lalu biarlah menjadi masa lalu. Hadapilah masa sekarang dan masa depan. Aku sudah melewati dan melupakan masa lalu, aku sudah belajar melupakanmu.
Kita tidak hidup dimasa lalu, cobalah menjadi pria yang bertanggung jawab, Jo. Ingat kamu sudah menikah. Berhentilah bermain diluar sana, berhentilah terus terusan menyakiti hati perempuan. Terima takdir yang sudah digariskan Tuhan untuk kita.
Jalani kewajibanmu sebagai seorang suami dengan baik. Aku sudah memaafkan semua Kesalahan, serta penghianatanmu selama ini padaku.
Aku juga sudah menghapus rasa cintaku untukmu, dan aku harap kamu juga buang rasa itu untukku. Bukalah hatimu untuk Istrimu, sayangi dia, cintai dia. Karena hanya dia yang saat ini berhak atas cintamu. Aku akan membencimu jika kamu tidak bisa bertanggung jawab sebagai seorang pria.
Aku juga minta tolong, berhenti mengusikku, tolong menjauh dari hidupku. Aku tidak ingin mendapat masalah karena akan di anggap pelakor jika kamu masih saja mendekatiku. Tolong berhenti! Kita sama-sama sudah punya pasangan, hargai pasangan kita masing-masing." Balas Vani panjang untuk Johan.
Di tempat lainnya. Handphone yang berada ditangan Johan seketika terlepas dari tangannya setelah membaca pesan dari Vani. Penolakan lagi-lagi dia dapatkan.
Sakit, bahkan begitu sakit yang Johan rasakan. Setiap kalimat dari Vani benar-benar menusuk tepat kejantungnya. Vani seakan mengatakan jika tidak akan pernah ada lagi kesempatan untuk mereka. Vani dengan terang-terangan memintanya mencintai wanita lain. Vani juga dengan lantang mengatakan punya pasangan. Bagaimana bisa Vani dengan mudah menerima pria lain sedangkan Johan saja begitu sulit melupakan Vani.
Kebencian, kemarahan, serta kekecewaan yang Johan rasakan pada istri dan orang tuanya semakin menjadi. Jika saja Johan berani menolak dan tidak menuruti keinginan orang tuanya, pastinya saat ini Johan masih bersama dengan wanita yang dicintainya. Harusnya Johan sadar jika dia bisa lari dari tanggung jawab menikahi Amelia, dia bisa membawa Vani kabur bersamanya dan hidup bahagia di tempat orang-orang tidak mengenal mereka. Johan benar-benar menyesali semuanya.
"Aaarrgg......!!" Teriak Johan menggema di dalam ruanganya bersamaan dengan beberapa benda yang berhamburan di lantai akibat luapan emosi Johan.
"Aku benci kalian!" ucapnya.
**Hai semuanya. Maaf karena belum bisa up banyak. Di real life lagi banyak banget urusan yang mesti diselesaikan, tapi aku tetap usahakan up meski hanya 1 bab sehari. Bantu doa agar urusanku segera selesai ya kak. Semoga kita semua terhindar dari masalah, selalu sehat dan dimudahkan rejekinya.
Terima kasih selalu untuk semua dukungan kalian**.