NovelToon NovelToon
SIMPANAN KAPTEN

SIMPANAN KAPTEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikahi tentara / Pernikahan rahasia / Poligami / Teen Angst / Selingkuh / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:39k
Nilai: 5
Nama Author: Penapianoh

Azura Claire Morea, seorang dokter muda yang terpaksa membuat suatu kesepakatan bersama seseorang yang masih berstatus pria beristri.

Ya, dia Regan Adiaksa Putro, seorang kapten TNI AD. demi kesembuhan dan pengobatan sang ibu Azura terpaksa menerima tawaran sang kapten sebagai istri simpanan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penapianoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SIMPANAN KAPTEN 32

Sejak Hellen memberitahu azura bahwa ibunya sedang berada di rumah yang terdapat figura pria dan wanita yang mereka temui di Saung Wulan, azura menjadi sangat gelisah.

Ia tahu, ibunya sedang berada di rumah mereka. Ia meminta Hellen memberikan handphonenya pada Marni, agar dirinya bisa berbicara dengan ibunya.

Namun, Marni menolak. Ia tahu, niatnya akan digagalkan oleh putrinya itu, jadi dia memutuskan untuk menitipkan pesan di Hellen agar memberitahu azura, bahwa dirinya baik-baik saja, azura tidak perlu mengkhawatirkan dirinya dan fokus bekerja.

Namun, tidak ada yang mengenal dirinya, sebaik putrinya itu. azura yang tidak berhasil membujuk ibunya, memutuskan untuk meminta izin, agar dirinya bisa pulang sebentar, untuk menemui ibunya.

Namun, saat dirinya hendak pulang, ada beberapa orang prajurit yang terluka karena membantu polisi mengamankan Ormas-ormas yang turun ke jalan dengan orasi mereka.

Namun, karena tindakan mereka yang terbilang ekstrim karena memecahkan kaca-kaca bangunan kantor maupun perumahan di sepanjang jalan yang mereka lewati, sehingga mereka segera di amankan.

Para prajurit TNI satu regu yang kebetulan lewat, akhirnya ikut membantu polisi untuk mengamankan kekacauan itu. Alhasil, beberapa orang diantara mereka terkena lemparan batu, dan terluka.

Hal ini yang membuat azura harus membantu para tenaga medis yang ada di sana untuk menangani pasien.

Sementara azura sedang berjuang agar bisa segera pulang ke rumah, Marni yang telah tiba di rumah, bergegas masuk ke dalam kamar, sebab dada dan kepalanya terasa berdenyut nyeri.

Ia segera mengambil obat pereda nyeri dan meminumnya. Setelah meminum obat, Marni segera mengeluarkan kertas dan pena beserta dua buah amplop berwarna putih, yang tadi dia beli dijalan saat perjalanan pulang dari rumah mereka.

Marni mengambil tempat di sudut ruang kamar itu, dan tangannya mulai menari diatas kertas putih bersih itu.

Dengan berusaha menahan sakit di tubuhnya yang kian terasa, Marni berusaha, agar dirinya bisa menyelesaikan tulisannya itu sebelum terlambat.

Hellen yang datang dan berusaha mengajaknya mengobrol, sengaja diberi pekerjaan, agar gadis itu, tidak mengganggu konsentrasinya, dalam menorehkan tulisan tangan yang akan menjadi pesan terakhir untuk putrinya dan juga regan, calon menantu yang tak pernah Ia temui.

Dengan airmata yang berlinang, Marni berusaha menyelesaikan tulisannya. Rasa nyeri yang semakin menghantam dirinya, Ia tahan dengan sekuat tenaga.

Hingga Ia berhasil menyelesaikan dua pucuk surat yang kemudian, Ia letakkan di masing-masing amplop dan di segel dengan sangat rapi.

Namun, saat ingin menuliskan nama, Ia lupa dengan nama pria yang akan Ia kirimi surat itu. Namun, Ia tahu, Hellen pasti akan membantunya untuk memberitahukan tentang nama pria itu dan sekalian, Hellen yang akan menyampaikan pesan itu kepada sang Kapten tampan itu.

Setelah selesai, Hellen yang memasakan makanan untuknya, menungguinya makan. Rasa sakit yang menderanya, Ia tahan dengan sekuat tenaga, agar tidak terlihat oleh gadis itu.

Saat dimeja makan, Marni segera menanyakan perihal nama kekasih putrinya itu pada Hellen dan selanjutnya, menyerahkan surat itu padanya, dengan catatan, apapun yang terjadi, jangan sampai azura mengetahui tentang surat itu.

Setelah menghabiskan makanannya yang terasa hambar, karena kini rasanya lidah Marni telah mati rasa.

Ia tetap berusaha menghabiskan makanan itu, demi menyenangkan hati gadis remaja yang tersenyum bahagia, saat melihat Marni begitu menikmati masakannya.

Setelah menghabiskan makanannya, Marni sudah tidak tahan lagi. Berusaha membuat dirinya terlihat baik, itu sangat menyakitkan.

Namun dirinya tidak ingin membuat gadis itu panik atau kepikiran dengan kondisinya. Sebab jika gadis itu mengetahui keadaannya, sudah pasti azura pun akan mengetahuinya.

Sedangkan Ia tidak mau, dirinya menjadi beban pikiran untuk azura.

Marni yang kembali ke kamar, bergegas meminum obat penghilang nyeri, namun kali ini lebih dari satu. Ia tidak sanggup menahan lagi rasa itu.

Setelah meminum obat, Ia duduk di tepi ranjang. Nafasnya mulai tersengal. Ia bisa merasakan jantungnya yang perlahan melambat.

Segala bunyi-bunyi kecil yang sebelumnya tak terdengar, kini terdengar lebih keras, seperti sedang mengolok-olok dirinya yang sedang kesakitan.

Bunyi jarum jam yang terus berputar setiap detik, terasa bagaikan pengingat, bahwa kisahnya didunia ini, akan segera berakhir.

Setiap detik terasa begitu lambat. Marni berusaha mencari tempat mana yang kira-kira bisa Ia gunakan untuk meletakkan surat yang sudah Ia tuliskan untuk putri kesayangannya itu. Namun, tubuhnya sudah tidak sanggup lagi.

Ia segera menggenggam amplop itu dengan tangannya yang bergetar, dan perlahan, ia mulai membaringkan tubuhnya. Sambil memeluk amplop itu.

"Sayang, Azura Claire Morea, anak ibu...," lirih wanita itu. Ia berusaha mengatur nafasnya yang mulai melemah.

"Maafkan Ibu, yang tidak menghargai usahamu untuk berjuang melawan sakit ini. Ibu... Ibu tidak ingin membebanimu lagi nak, kau sudah cukup menderita!"

Tidak lama berselang, tubuhnya mulai mengejang dan segala keributan, suara detik jarum jam, bahkan suara hembusan angin yang masuk melalui jendela kamar, tiba-tiba tenang dan tak terdengar lagi.

Sunyi mencekam, menyelimuti kamar itu. Marni berbaring menyamping, menyerupai seseorang yang sedang tertidur. Rasanya semua sakitnya terangkat begitu saja.

Semua kebisingan, perasaan bersalah pada putrinya, dan rasa sakit hatinya untuk suami yang sudah mengkhianati kepercayaan dan cintanya, terangkat sudah, dari pundak Marni.

Kini Ia telah tidur dalam damai, yang hanya bisa Ia rasakan sendiri. Sebab, kedamaian yang Ia pilih ini, akan menjadi badai besar untuk putrinya yang Ia tinggalkan, seorang diri.

***

Setelah selesai, dengan tugasnya, azura akhirnya diberikan ijin.

Azura yang bergegas dengan menggunakan ojol sebab merasa sudah tidak sabar dan tidak ingin terlambat, karena terus saja merasa gelisah. Dadanya terasa sesak, air matanya, mengalir tanpa permisi.

"Ada apa ini? Perasaan aneh apa ini?" batin azura sembari mengusap airmata yang perlahan mengalir menuruni wajahnya.

"Bang, bisa lebih cepat lagi gak?" tanya azura pada pengemudi ojol.

"Oh, iya Mbak. Tadi habis ada kekacauan di sini, jadi saya takut, masih ada sisa ormas yang berkeliaran. Takut kena lemparan batu, Mbak." terang kang Ojol.

"Iya, tapi saya lagi buru-buru, dan sepertinya keadaan udah kondusif kok ini." ujar azura berusaha meyakinkan pengemudi ojek online itu.

Pria itu tersenyum, dan menatap wajah cantik sang dokter yang terlihat gelisah, dari balik kaca spion.

"Baik, Mbak!" pria itu segera menambah kecepatan dan akhirnya mereka tiba juga di tujuan.

"Jadi, semuanya empat puluh ribu lima ratus, Mbak!"

Azura segera mengeluarkan satu lembar uang seratus ribu dari dompetnya, dan memberikannya pada kang ojol itu.

Tanpa menunggu uang kembalian, azura segera berlalu dari sana.

"Makasih, Bang!"

"Loh, eh... Mbak! Ini, duit kembaliannya!"

"Udah, buat jajan anak Abang ajah," ujar azura sembari mempercepat langkah kakinya.

"Lah, padahal belum punya anak. Boro-boro punya anak, bini ajah belum punya," gumam pria itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gimana kalau Mbak ajah, yang jadi ibu dari anak-anakku? anjayyy," pria itu terkekeh geli mendengar celetukannya sendiri.

Azura yang sampai, disambut dengan senyuman manis Hellen, namun karena rasa gelisah yang sudah sejak tadi Ia rasakan, azura gegas masuk ke dalam kamar, tanpa melepaskan tas ransel yang ia sampirkan di kedua sisi bahunya.

Hellen pun mengikuti langkah kakinya. Namun saat tiba didalam, karena posisi Marni yang seperti orang yang sedang tidur, membuat Hellen kembali ke luar.

Lain halnya dengan azura. Saat melihat ibunya sedang tertidur membelakangi tempatnya berdiri, Ia segera melepaskan ranselnya dan mendekati ibunya, guna mengukur suhu tubuh ibunya itu dengan punggung tangannya.

Ia segera duduk perlahan di atas ranjang dari arah belakang ibunya dan mengulurkan tangannya untuk diletakkan di dahi sang ibu.

Saat tangannya mengenai dahi ibunya, azura segera membelalakkan matanya.

"Ibu...," azura berusaha membalikkan tubuh Marni dan melihat wajahnya yang pucat.

Dalam kepanikan, karena tubuh ibunya terasa dingin, azura menepis jauh-jauh pikiran yang datang karena hal itu. Ia segera meraih tangan ibunya untuk memeriksa nadinya dan benar saja, apa yang sudah berseliweran di kepalanya.

Ibunya, sudah tiada. Seketika dunianya seperti runtuh tak bersisa, hatinya hancur berkeping-keping. Ia seperti kehilangan tujuan hidup.

Ia seperti seorang anak yang tiba-tiba tenggelam dalam lautan dalam, tanpa bisa berusaha untuk menyelamatkan dirinya.

Tangisan pilu itu pecah begitu saja. azura meraung dan memohon ibunya agar menggenggam tangannya lagi. Namun, tangan itu sudah dingin dan terkulai lemas.

"Ibu... zura sama siapa? Ibu, peluk zura, zura capek, Bu!"

"Ibu... Ibu...," ratapan pilu azura terdengar hingga keluar kontrakan.

Tetangga yang mendengar segera berdatangan, dan disambut oleh Hellen.

Hellen menjelaskan semuanya dan mereka ikut bersedih, bahkan ada yang meneteskan airmata, karena mendengar tangisan hati azura yang hancur berkeping-keping.

Beberapa ibu-ibu, segera masuk ke dalam rumah, berusaha menenangkan hati sang dokter cantik itu.

"Ibu... Ya Allah, balikin ibu aku! Aku akan bersikap lebih baik lagi. Tapi tolong kembalikan ibu aku. Ibu... zura sama siapa? zura hanya punya Ibu, kenapa Ibu pun ninggalin zura?"

Azura terus saja menangis, hingga dirinya tidak menyadari ada sebuah amplop putih yang digenggam erat ibunya.

Hellen yang melihat hal itu, segera mengambil dan menyimpannya. Ia yakin, azura akan semakin kacau, jika mengetahui hal itu, jadi Ia putuskan untuk menyimpannya dulu.

Ratapan tangis begitu memenuhi rumah itu. Setelah beberapa saat, azura berusaha ditenangkan oleh ibu-ibu yang datang ke sana, akhirnya azura menjadi tenang.

Mereka segera mulai membicarakan tentang pemakaman sang ibu. azura yang terpukul tidak dapat berfikir dengan baik, sehingga Ia menyerahkan semuanya pada Pak RT dan istrinya, untuk menangani segala yang diperlukan.

Azura memberikan sejumlah uang, yang dapat digunakan untuk hal-hal menyangkut pemakaman ibunya yang akan dilaksanakan besok pagi.

Malam terasa begitu singkat. Tak terasa, matahari sudah bersinar terang, menandakan, tidak lama lagi, dirinya akan berpisah selamanya dengan wanita yang sudah melahirkan dan mencintainya dengan sepenuh hati itu.

Dalam diamnya, hati azura bergejolak, ada perasaan putus asa yang perlahan mulai merayapi hatinya.

Perasaan tidak ingin ditinggalkan begitu mencengkeram hatinya.

Hingga iblis mulai merayunya untuk mengakhiri hidupnya dan pergi bersama-sama dengan ibunya.

😭😭

MAU DOUBLE UP NGGAK NIHHH???

1
Intan Nurwulan
Sungguh keterlaluan dokter Aulia
Farid Atallah
lanjut dong Thor 😥
Farid Atallah
lanjut dong Thor 😥
shenina
essegedeeh 🤭
Maryam marhan
luar biasa bangett karya nya, pertama kali baca langsung suka😍
🩷nining
di setiap tempat kerja...ada aja yg julid🤣
shenina
kasihan azura hiks.. 😭😭
shenina
waduh sio ibu 🫢🥺
shenina
menjijikkan.. dasar pria mokondo g tau diri.. usir aja mereka dari rumah mu itu bu marni...
shenina
lepaskan regan dan lupakan dia zura... kalau kalian berjodoh maka suatu hari kalian akan bertemu lagi.. tapi kalau tidak berarti kalian g berjodoh..
shenina
nyeseek euy 😮‍💨
Intan Nurwulan
Double up donk ka othor
Farid Atallah
uhhh lanjut dong Thor 😅
Siti Maryati
perasaan jd nano"
Siti Maryati
up Doble plisss
Intan Nurwulan
Mau donk ka double up
Sllu nunggu ka othor up
shenina
ternyata saudara tiri.. pantas busuk hatinya
reti
mau banget kak..
bab super mewek..
ayo zura jgn putus asa..
Milla: mau kk
total 2 replies
🩷nining
mau banget.🤭....di tunggu up berikut nya ya
reti
lanjut kak.
ceritanya makin seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!