Malam itu sepasang suami istri yang baru saja melahirkan putri pertamanya di buat shock oleh kedatangan sesosok pria tampan berpenampilan serba putih. Bahkan rambut panjang nya pun begitu putih bersih. Tatapannya begitu tajam seolah mengunci tatapan pasangan suami istri itu agar tidak berpaling darinya.
“Si siapa kau?” Dengan tubuh bergetar pasangan suami istri itu terus berpelukan dan mencoba melindungi putri kecil mereka.
“Kalian tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kalian lakukan adalah menjaga baik baik milikku. Dia mungkin anak kalian. Tapi dia tetap milikku sepenuhnya.” Jawab pria tampan berjubah putih itu penuh penekanan juga nada memerintah.
Setelah menjawab wujud tampan pria itu tiba tiba menghilang begitu saja menyisakan ketakutan pada sepasang suami istri tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20
Berhari hari Dewi terus merenung. Bahkan Dewi tidak mau keluar dari kamarnya dan tidak nafsu makan. Dewi juga selalu menolak kedatangan Marchel yang berniat menghibur nya.
Dewi masih tidak habis pikir dengan apa yang hampir saja menimpanya. Kayla, sahabatnya dari SD tega tega menyerahkannya pada iblis.
Dewi juga berpikir sebenarnya apa yang Kayla dapatkan jika menyerahkannya pada iblis.
“Masih mikirin Kayla?”
Suara Artha membuat Dewi menoleh. Hanya Artha lah yang bisa mengajak Dewi bicara. Tentu saja karena pria itu mempunyai kesabaran juga perhatian yang super luas untuk menghadapi Dewi.
“Setelah aku pikir pikir ternyata omongan kamu benar. Di dunia ini tidak ada yang namanya kebetulan. Segala sesuatu juga pasti punya rencana dan tujuan. Bukan begitu?”
Artha menatap Dewi yang sedang menatap langit berbintang. Keduanya sedang berdiri di samping tralis balkon kamar Dewi dengan kepala mendongak ke arah langit.
“Hem.. Ya.” Angguk Artha setuju.
“Lalu bagaimana dengan kamu?” Dewi kembali bertanya dengan tatapan yang terus mengarah ke langit.
“Aku?” Artha bertanya balik. Dia sedikit bingung dengan pertandingan Dewi.
“Kamu juga bukan manusia biasa. Tapi kamu juga bukan siluman dan semacam. Kamu selalu hadir di mimpi aku sejak aku kecil kemudian kamu muncul begitu nyata dan sekarang kita selalu bersama. Apa kamu juga punya tujuan melakukan itu semua?”
Artha menyipitkan kedua matanya. Dewi sedan mencurigainya, begitu pikir Artha.
“Jangan salah sangka dulu. Aku percaya kamu baik. Aku hanya ingin tau saja apa maksud kebaikan kamu sama aku selama ini. Takutnya ada ke salah pahaman ke depannya.” Senyum Dewi masih tetap menatap langit.
Artha menghela napas kasar. Artha tidak mungkin menceritakan semuanya pada Dewi karena itu bertentangan dengan aturan di kerajaan nya. Artha tidak mau kembali melampaui aturan yang sejak dulu sudah di atur oleh maharaja.
“Pertemuan kita memang bukan suatu kebetulan semata. Aku sudah mengawasi kamu bahkan sejak kamu lahir.”
Ucapan Artha kali ini berhasil menarik perhatian Dewi. Gadis itu menoleh pada Artha dengan tatapan tidak percaya.
“Bagaimana mungkin?” Gumam Dewi.
Artha tersenyum tipis.
“Usia kita jauh sangat berbeda.”
“Oh ya? Berapa selisihnya? 10 tahun? 15 tahun? Atau 20 tahun?” Dewi bertanya dengan rasa penasaran yang begitu tinggi. Pasalnya sejak dirinya kecil rupa Artha masih tetap sama. Pria itu tidak menunjukkan perubahan fisik sedikitpun. Dia tetap muda, tampan, juga gagah.
“Lebih dari itu.” Jawab Artha.
“Apa? memangnya berapa usia kamu?” Dewi semakin tidak percaya. Bagaimana mungkin sosok tampan semuda Artha berusia lebih tua dari kedua orang tuanya.
“Ayah dan ibu kamu, bahkan jauh lebih muda dari aku.” Kata Artha tenang.
Dewi ternganga tidak percaya. Dia menatap penampilan Artha dari atas sampai bawah. Artha memang begitu gagah dan tampak sangat kuat.
Tiba tiba Dewi fokus pada rambut panjang Artha yang berwarna putih bersih.
“Apa rambut kamu ini menunjukan seberapa tuanya umur kamu?”
Artha terkekeh geli.
“Jangan konyol. Rambutku memang begini sejak lahir.”
“Hah? Iyakah?”
Karena penasaran, Dewi pun menyentuh rambut Artha. Begitu lembut dan halus. Tidak hanya menyentuh, Dewi juga memainkan rambut panjang Artha dengan tatapan takjub. Rambut Artha bahkan lebih bagus dari rambut teman teman di kampusnya yang rajin ke salon.
“Halus banget..” Gumam Dewi.
Artha menatap Dewi yang begitu takjub pada rambut panjang nya. Pria itu kemudian meraih tangan Dewi dan menggenggamnya lembut.
“Kamu suka?” Tanya Artha pelan.
Dewi mendongak menatap Artha yang jauh lebih tinggi darinya. Sesaat gadis itu terdiam. Wajah tampan Artha begitu sangat dekat dengannya saat ini. Hal itu membuat Dewi tidak bisa menolak pesona Artha.
“Kamu bisa menyentuhnya, lalu memainkannya kapanpun kamu mau.” Lirih Artha.
*****
Tidak hanya Dewi saja yang murung. Sita juga murung. Sita memikirkan putrinya yang sejak Kayla meninggal menjadi pendiam dan tidak selera makan. Sita khawatir putrinya kenapa napa karena aksi mogok makannya itu.
“Sekarang kamu sudah percaya Bu?”
Sita menoleh pada suaminya. Sejak insiden yang hampir mencelakai putrinya Doni terus saja menanyakan bagaimana tanggapan Sita tentang Artha.
“Coba kamu pikir, kalau memang Artha punya niat dan tujuan tidak baik pada Dewi tidak mungkin Dewi masih bersama kita sekarang. Artha itu mempunyai kekuatan yang di luar nalar manusia biasa Bu.. Dia bahkan seperti tidak menua. Dia tetap sama seperti dulu kan?”
“Tapi dia siluman yah..”
“Enggak Bu.. Kita memang tidak tau siapa Artha sebenarnya. Tapi ayah yakin Artha bukan siluman.”
“Lalu bagaimana dengan dia yang selalu berubah menjadi naga yang begitu besar?”
Doni menghela napas.
“Artha bisa berubah menjadi apa saja yang dia mau. Dia bahkan bisa berubah menjadi manusia biasa sama seperti kita.”
Sita berdecak. Meski mulutnya masih menolak kenyataan Artha baik, namun hati dan pikirannya tidak bisa bohong. Sita tidak bisa membayangkan apa jadinya Dewi jika tidak ada Artha yang selalu melindungi Dewi.
“Yah.. Kalau memang Artha bukan manusia biasa lalu dia melindungi Dewi karena jatuh hati pada Dewi bagaimana? Kalaupun Artha adalah seorang Dewa, bukannya itu akan melanggar aturan jika sampai berhubungan dengan manusia biasa?” Entah kenapa tiba tiba Sita begitu jauh berpikir tentang hubungan Dewi dan Artha.
“Apa jika kelak mereka harus berpisah Dewi bisa menerimanya?” Tanya Sita kemudian.
Doni menelan ludah. Selama ini Doni tidak pernah berpikir sampai kesitu. Doni hanya berpikir putrinya aman dan merasa nyaman bersama Artha yang selalu bisa melindungi Dewi dari marabahaya.
“Ibu kadang juga berpikir yah.. Kenapa Dewi di takdirkan mempunyai teman seperti Artha. Dia bukan manusia biasa. Dia begitu hebat. Dia melakukan apa saja yang dia mau. Dia bahkan bisa mengalahkan iblis dalam sekejap. Apa mungkin ini bagian dari cobaan untuk Dewi dalam menjalani hidup?”
Doni menahan napas sejenak kemudian menghelanya perlahan lewat mulut. Semua yang keluar dari mulut istrinya memang benar. Dan bodohnya Doni tidak pernah memikirkan hal itu.
Karena Doni yang terus diam, Sita pun menatapnya. Sekarang bukan hanya karena Dewi sedih kehilangan Kayla saja Sita menggalau. Tapi juga karena hubungan Dewi dan Artha yang terancam tidak akan di restui oleh alam karena perbedaan besar itu.
“Yah...” Panggil Sita pelan.
Doni menatap Sita. Dia bingung sekarang harus berkata apa. Meyakinkan Sita bahwa putrinya akan baik baik saja tidak mungkin, karena Doni sendiri kini mulai khawatir jika suatu saat putrinya harus berpisah dengan Artha yang tidak sama dengan mereka.
“Kenapa semuanya menjadi rumit seperti ini..” Batin Doni.
“Bagaimana?” Tanya Sita lirih. Suaranya juga sedikit bergetar karena memikirkan kemungkinan buruk itu.
TBC