JURUS TERAKHIR TUANKU/ TUANGKU
Ribuan tahun lamanya, daratan Xianwu mengenal satu hukum: kekuasaan dipegang oleh pemilik teknik bela diri pamungkas.
Tuanku —seorang pewaris klan kuno yang tersisa—telah hidup dalam bayang-bayang kehancuran. Ia tidak memiliki bakat kultivasi, tubuhnya lemah, dan nyaris menjadi sampah di mata dunia persilatan.
Namun, saat desakan musuh mencapai puncaknya, sebuah gulungan usang terbuka di hadapannya. Gulungan itu hanya berisi satu teknik, satu gerakan mematikan yang diwariskan dari para pendahulu: "Jurus Terakhir Tuanku".
Jurus ini bukan tentang kekuatan, melainkan tentang pengorbanan, rahasia alam semesta, dan harga yang harus dibayar untuk menjadi yang terkuat.
Mampukah Tuanku, dengan satu jurus misterius itu, mengubah takdirnya, membalaskan dendam klannya, dan berdiri sebagai Tuanku yang baru di bawah langit Xianwu?
Ikuti kisah tentang warisan terlarang, kehormatan yang direbut kembali, dan satu jurus yang mampu menghancurkan seluruh dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
NOVEL: JURUS TERAKHIR TUANKU
BAB 19: DI BAWAH DANAU KRISTAL DAN TEKA-TEKI SANG NAGA BIJAKSANA
1. Penyelaman Spiritual
Danau Kristal itu jernih dan dalam. Pangeran Xiao Long menjelaskan bahwa danau itu tidak hanya air, tetapi juga manifestasi dari Qi Spiritual murni. Menyelam ke dalamnya sama dengan memasuki lapisan konsentrasi Qi yang sangat padat.
"Roh Hewan Buas tidak bisa bertahan di kedalaman. Mereka akan disaring," jelas Xiao Long. "Tetapi tekanannya sangat besar. Hanya kultivator spiritual yang kuat yang bisa mencapainya."
Tuanku, Fatimah, dan Xiao Long bersiap. Fatimah menggunakan Qi Spiritualnya untuk menciptakan gelembung udara pelindung di sekitar mereka. Tuanku, meskipun Qi-nya kini stabil tetapi tidak berlebihan, mengandalkan kekuatan fisiknya dan kontrol Qi yang presisi.
Saat mereka menyelam, Tuanku merasakan Pedang Abadi di punggungnya bergetar ringan. Jin, yang disembunyikan dalam jubah Fatimah, mengeong pelan.
Tekanan di kedalaman benar-benar intens. Tubuh Fatimah berjuang untuk mempertahankan gelembung itu.
"Ini... terlalu dalam," Fatimah terengah-engah.
Tuanku mengulurkan Tongkat Lin Kai, menyentuh gelembung pelindung Fatimah. Ia menyalurkan sedikit Qi yang stabil dari Batu Resonansi Yin yang tersisa.
"Fokuskan Qi-mu, Fatimah. Aku akan menjadi jangkar stabilisasimu," kata Tuanku.
Dengan bantuan Tuanku, gelembung pelindung itu menjadi lebih stabil. Mereka akhirnya mencapai dasar danau.
2. Kuil Naga dan Jejak Air Mata
Di dasar danau, terdapat sebuah kuil kuno yang terbuat dari giok hijau, dikelilingi oleh lumut spiritual yang bercahaya. Kuil itu kosong, tetapi di tengahnya, terdapat sebuah altar batu.
Di atas altar, terdapat cekungan yang kering, tempat Air Mata Naga seharusnya berada. Di dinding, terdapat ukiran seekor naga bijaksana yang sedang menangis.
Xiao Long berlutut di hadapan altar. "Air Mata Naga telah hilang. Roh Hewan Buas itu pasti berhasil mencurinya atau menghancurkannya."
Fatimah mendekati ukiran naga itu. "Tunggu. Ukiran ini adalah teka-teki, bukan hanya hiasan. Lihat matanya, Sati."
Di bawah mata naga yang menangis, terdapat ukiran yang sangat kecil dan rumit, ditulis dalam bahasa spiritual kuno.
Fatimah menerjemahkan:
> "Untuk menanggapi Tangisan Sang Naga,
> Kau harus memberikan Duka yang Mendalam.
> Qi yang Murni, Keseimbangan yang Nyata,
> Agar Air Mata itu Kembali ke Jiwa."
"Teka-teki," kata Tuanku. "Air Mata Naga tidak dicuri. Ia bersembunyi. Untuk mendapatkannya, kita harus menunjukkan 'Duka yang Mendalam' dan 'Keseimbangan yang Nyata'."
3. Duka yang Mendalam dan Keseimbangan yang Nyata
"Duka yang Mendalam," gumam Xiao Long. "Itu pasti berhubungan dengan klan kami. Kami berduka atas kehilangan Qi Spiritual yang murni."
"Tidak," kata Tuanku, menggeleng. "Duka itu harus personal, mendalam, dan telah selesai. Duka terbesarku adalah pembalasan dan kehilangan klanku. Tetapi duka itu kini telah diatasi dengan Jurus Keseimbangan."
Tuanku menyentuh Batu Giok yang hancur di dadanya. Ia memejamkan mata, memanggil kembali semua rasa sakit, kehilangan, dan pengkhianatan yang ia alami—semua emosi yang mengikat dua jiwanya dan menciptakan 'Kutukan Jiwa'. Ia memfokuskan memori itu, bukan untuk marah, tetapi untuk melepaskannya sepenuhnya.
Ia menyalurkan Qi spiritual yang tenang ke ukiran naga itu.
Fatimah dan Xiao Long menahan napas.
Saat Qi Tuanku menyentuh ukiran, ukiran naga itu memancarkan cahaya redup. Namun, cekungan itu tetap kering.
"Tidak cukup," kata Tuanku. "Dukaku telah diselesaikan. Sekarang, Keseimbangan yang Nyata."
Tuanku mengeluarkan Jin. Ia meletakkan Jin di satu sisi cekungan kering, dan Tongkat Lin Kai di sisi lain.
"Jin adalah Qi Yang Murni, yang paling jujur. Tongkat Lin Kai adalah perwujudan Qi Yin Mutlak, yang paling gelap. Mereka adalah Yin dan Yang dari misi ini," jelas Tuanku.
Ia menekan kedua tangannya ke tengah-tengah antara Jin dan Tongkat Lin Kai, menciptakan jalur di mana Qi dari keduanya bertemu.
Tuanku memfokuskan dirinya, menunjukkan kepada altar itu bahwa ia kini adalah titik temu, bukan lagi konflik.
4. Air Mata Naga dan Portal Tersembunyi
Seketika, altar itu bergetar hebat. Cahaya biru-putih muncul dari cekungan.
Dari cahaya itu, muncul setetes cairan kristal, seukuran telur merpati, yang memancarkan aura kebijaksanaan dan kedamaian yang tak terlukiskan. Itu adalah Air Mata Naga Timur.
Air mata itu tidak jatuh. Ia melayang, berputar-putar di sekitar Tuanku, Jin, dan Tongkat Lin Kai.
"Keberhasilan!" seru Xiao Long, takjub.
Tuanku mengambil botol kecil dari jubahnya, yang disiapkan Liandra. Air Mata Naga itu mengalir dengan sendirinya ke dalam botol. Begitu air mata itu tertutup, Kuil Naga itu bergetar hebat.
Di dinding belakang ukiran naga, batu-batu itu bergeser, memperlihatkan sebuah gerbang yang memancarkan cahaya ungu-perak.
"Portal! Ini gerbang ke Benua Teknologi Barat!" Fatimah menunjuk.
Xiao Long berlutut di hadapan Tuanku. "Anda adalah Penyeimbang yang dijanjikan dalam legenda klan kami, Tuanku. Air Mata Naga akan menyelamatkan Roh Timur dan Daratan Xianwu. Saya akan tetap di sini, memimpin klan saya untuk menggunakan Air Mata Naga ini untuk menstabilkan Qi Spiritual kami."
"Terima kasih, Pangeran Xiao Long," kata Tuanku. "Semoga perdamaian Roh Timur abadi."
5. Menuju Barat
Tuanku dan Fatimah, bersama Jin, bersiap untuk memasuki portal. Mereka telah mendapatkan Air Mata Naga, setengah dari kunci untuk mengunci Qian Yu.
"Siap, Fatimah? Kita akan memasuki dunia yang didominasi oleh teknologi. Tidak ada Qi, hanya sains," kata Tuanku.
"Aku siap, Tuanku," jawab Fatimah. "Meskipun aku ahli spiritual, aku sangat ingin melihat bagaimana teknologi dapat menggantikan keajaiban Qi. Aku hanya khawatir Jin akan merasa tidak nyaman di dunia tanpa alam."
Jin, yang berada di pelukan Fatimah, mengeong dengan keras, seolah menyatakan bahwa ia adalah satu-satunya keajaiban yang dibutuhkan.
Tuanku tersenyum. Ia menatap ke dalam portal ungu-perak. Misi menuju Jantung Kristal Teknologi di Barat telah menanti.
— AKHIR BAB 19 —