Niat hati, merantau ke luar negeri untuk merubah nasib. Namun karena suatu kejadian, dua pemuda polos nan lugu itu malah terlibat dalam kehidupan asmara enam janda muda. Mampukah mereka lepas dari jeratan janda yang penuh pesona? Atau mereka terjerumus dalam larutnya dunia para janda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta
"Ada apa, Miss?" tanya Yoyo.
"Bantuin aku, Ayok!" ucap Miss A ling dan dia langsung berbalik badan. Dengan wajah penuh tanya, Yoyo dan Tito pun mengikuti Miss A ling ningga lantai dua. Begitu sampai di depan salah satu ruangan yang agak berisik, A ling langsung masuk. Yoyo dan Tito pun ikut masuk ke dalam ruanagan yang sama, dan betapa terkejutnya mereka saat melihat apa yang terjadi di ruang itu.
Alunan musik bernada cepat serta cahaya remang remang serta kelip kelip menghiasi ruangan yang cukup luas itu. Yang membuat Tito dan Yoyo sangat terkejut adalah penampilan ke empat majikan mereka membuat kedua pemuda itu seakan kesulitan untuk menelan salivanya sendiri. Mereka juga seakan susah dan merasa sesak saat bernafas.
Wajar jika Yoyo dan Tito merasa susah untuk bernafas, ke empat majikannya berada di ruang tersebut dengan pakaian yang sangat seksi. ke empat wanita itu hanya memakai pakaian renang yang sangat kecil dan hanya menutupi dua benda inti saja.
Tito dan Yoyo terpaku dan bingung harus berbuat apa. Mereka masih syok dengan apa yang terjadi di depan mata mereka. Tadi waktu A ling memanggil mereka, Tito dan Yoyo tidak mencurigai apapun karena pakaian A ling tertutup. Namun begitu sampai di tempat tujuan, kedua pemuda tak mampu berbuat apa apa.
"Kalian kenapa bengong disitu? Sini?" ucap A zia yang sedang joget joget sambil memegang sebuah kaleng minuman. Melihat kedua pemuda itu tidak bereaksi, A zia dan A mey pun mendekat dan menarik tangan mereka.
"Sini, malah bengong, ayo!" ajak A mey.
"Kita mau ngapain, Miss," tanya Tito gugup.
"Kita mau pesta, mumpung malam minggu," jawab A mey dan mendudukan Tito di atas sofa.
"Kalian pernah pesta nggak waktu di kampung?" tanya A zia saat mendudukan Yoyo di sebelah Tito.
"Ya pernah," jawab Yoyo masih dengan perasaan yang tidak bisa dilukiskan.
"Pesta apa?"
"Pesta nikahan sama agustusan."
"Agustusan? Pesta apa itu?"
"Pesta hari kemerdekaan negara saya, Miss."
"Astaga!" pekik A ling sambil cekikikan. "Kirain pesta apaan. Udah pernah pesta kayak gini belum?"
Belum, Miss."
"Ya udah, kamu nikmati aja pesta kita ini. Itu di meja ada minuman dingin. Kalau kalian nggak suka minuman yang beralkohol, kalian ambil aja yang cola, kalenh berwarna biru dan yang kaleng merah itu rasa buah."
"Baik, Miss."
Setelah itu para majikan pun berdiri dan mulai berjoget menngikuti hentakan irama. Ada juga yang memegang mic dan ikut nyanyi mengikuti lagu yang terpampang di layar televisi yang lumayan lebar.
Sedangkan Tito dan Yoyo masih terdiam dan matanya hampir tak berkedip. Pakaian dan gerakan joget ke empat wanita itu benar benar menggiurkan dan membangkitkan Jiwa laki laki yang belum pernah dihadapkan pada situasi seperti saat ini. Bahkan sesuatu milik Tito dan Yoyo, sudah sangat mengeras sejak mereka melihat pakaian empat wanita itu tadi.
"Yo," panggil Tito agak berbisik.
"Hum?"
"Boleh sambil nyabun nggak sih? Nggak kuat banget aku."
Yoyo terkekeh lirih dan menoleh ke arah Tito. "Sama, nggak karuan banget, sialan!"
"Majikan kita benar benar nguji kita banget."
"Bener, lama lama onderdilku bisa rusak kalau kayak gini terus. Sabun juga bakalan cepat habis."
"Betul."
"Kalian kenapa masih diam? Nggak suka pesta?" pertanyaaan A shang tentu saja langsung menghentikan pembicaraan rahasia lelaki itu.
"Suka kok, Miss. Cuma belum terbiasa aja," jawab Tito.
Makanya dibiasakan. Suatu saat aku ajak kalian ke pesta yang lebih besar, pasti kalian suka." Tito tak menjawab ucapan A shang. Dia hanya tersenyum lebar dengan rasa canggung dan bingungnya.
"Biar nggak bingung lebih baik kalian ikut joget, ayok!" ajak A mey.
"Nggak usah, Miss kita duduk aja," tolak Yoyo.
A mey malah mendekat dan menarik tangan Yoyo. "Nggak ada penolakan, Ayok!"
Yoyo pun pasrah. Begitu juga dengan Tito yang dtarik paksa oleh A shang. Saat kedua pemuda sudah berdiri, mereka tetap diam dan kadang sesekali garuk garuk kepala. Sebenarnya mereka bisa saja joget mengikuti irama, tapi karena rasa canggung yang luar biasa, mereka hanya mampu diam dalam kebingungan.
"Astaga! Kalian kenapa masih diam?" pekik A mey. Kedua pemuda itu hanya bisa cengengesan. "Sini aku ajarin, nggak usah nolak! A zia, ajari Yoyo joget, aku ngajarin Tito."
"Oke!"
Keduanya pasrah saja. Namun beberapa saat kemudian, kedua pemuda itu kembali harus terkejut dengan apa yang dilakukan A mey dan A zia setelah meraih tubuh Tito dan Yoyo.
...@@@@@...
semangat
author bikin cerita nya nalar dikit
canda aja thoor