Skandal Cinta Terlarang Menantu & Mertua

Tamarin berjalan keluar dari mobil perlahan, menutup wajahnya menggunakan tas hitam yang biasa dia kenakan. Ada sebuah gang belok ke kiri dimana banyak mobil dari lajur kiri menuju sebuah gang tersebut.

Itu pun juga macet parah karena hanya gang itu yang menjadi akses jalan pintas satu-satunya untuk keluar dari kemacetan selain menunggu proses penderekan truk tangki dan mini bus yang kecelakaan di depan.

Mobil Tuan Kino dan Nyonya Mint yang berada di tengah dan cenderung ke kanan jalan itu memang sepenuhnya terhadang oleh mobil-mobil lain dan akan sangat sulit belok ke kiri menuju gang yang juga berdesakan akan mobil yang ingin keluar dari kemacetan.

" Aku harus sampai rumah lebih dulu dari Fox. " lirih Tamarin dengan tergesa berjalan menuju ke sebuah gang yang dia juga tidak tahu menahu arah jalan pulang.

Sepuluh menit ... dua puluh menit ... kaki dengan hells yang tidak terlalu tinggi itu akhirnya menyerah juga. Meskipun dia belum menemukan jalan besar dimana dia akan pesan taksi online. Dia tetap berjalan sekuat tenaga, melepas hells nya dan berjalan menyusuri jalanan dengan kaki telanjang bulat.

Dia ikut saja dengan kebanyakan mobil yang terjebak macet di jalanan besar tadi, karena dia sendiri juga tidak tahu di jalan apa dia sekarang berada dan berjalan.

Hingga tiga puluh menit dan hampir satu jam. Nafasnya mulai sengal dan kedua kakinya terasa pegal. Jika bukan karena dikejar waktu supaya tidak ketahuan Fox suaminya, dia pasti akan berhenti sebentar saja untuk sekedar mengistirahatkan kakinya.

" Hah ... hah ...hah ... " nafas sengal Tamarin yang sudah tidak karuan lagi. Syukurlah dia sudah berada di pertigaan jalan dan di pinggir jalan raya besar. Dengan cepat dia mengambil ponsel di tas dan memesan taksi online.

Setelah dia pesan, dia tidak menyangka jika suaminya Fox juga berbelok dan ternyata melewati gang yang baru saja dia lewati dengan jalan kaki.

Dengan cepat dia menutup wajah dengan tas hitamnya dan duduk jongkok supaya tidak ketahuan oleh Fox yang baru saja keluar dari gang tersebut menuju jalan pulang.

Tamarin dengan wajah frustasinya, dia seperti patah arang jika dia akan pulang duluan. Sudah jelas-jelas mobil Fox telah melaju duluan lima menit yang lalu, sementara dia masih berdiri di pinggir jalan menunggu taksi online pesanan nya datang dengan kedua kaki telanjang.

Tidak lama ada sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan Tamarin. Dan sepertinya memang taksi online pesanan Tamarin sudah datang.

" Dengan nona Tamarin?" tanya bapak taksi online dengan membuka kaca jendela mobil.

" Iya pak."

" Silahkan naik nona!"

" Baik pak." Tamarin langsung naik mobil hitam tersebut. " Pak, tolong jalannya yang cepat ya pak!" pinta Tamarin kepada supir taksi online tersebut.

" Baik nona."

Didalam mobil Tamarin sangat cemas sekali. Dia memikirkan cara bagaimana dia keluar dari situasi sulit ini.

Pasti Fox akan bertanya, kemana saja saya keluyuran hingga tengah malam begini?

Aku harus jawab apa? jika nanti Fox lebih dulu sampai di rumah.

Tamarin yang risau sendiri dengan kepala yang dia sandarkan pada jok mobil. Hingga tiga puluh menit perjalanan usai, akhirnya taksi online Tamarin sampai dan Tamarin juga menyuruh taksi online itu masuk sampai depan persis pintu utama ketimbang dia harus berjalan jauh melewati halaman yang luasnya tidak kehitung itu.

" Terimakasih pak." Tamarin memberikan uang sebagai pembayaran tunai kepada taksi online tersebut.

" Kembaliannya non."

" Buat bapak saja." Tamarin dengan cepat dan bergegas masuk ke dalam rumah. Sementara bibi yang membuka pintu besar berwarna putih itu berdiri dan menutup kembali setelah Tamarin memasuki rumah. " Bi, apa suami saya sudah pulang."

" Belum non. Di rumah tidak ada siapa-siapa."

Tin ... Tin ...

Suara klakson mobil yang sudah di duga oleh Tamarin adalah kedatangan suaminya.

Tamarin dengan cepat berlari melesat menuju lantai dua. Bergegas ke kamar membuang tas hitamnya ke atas ranjang dan kakinya berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah dia harus berpura-pura berendam di dalam bath up. Sepertinya stress nya sedikit mulai reda ke guyur air keran.

Security rumah yang geleng-geleng kepala melihat mobil dari semua penghuni rumah melaju masuk ke halaman menuju garasi bagai pawai karena mobil ketiganya melaju bersamaan iring-iringan di belakang dengan jarak yang tidak terlalu jauh.

Setelah mobil ketiganya terparkir di garasi dan ketiga penghuni rumah itu keluar dari mobil pribadi masing-masing.

" Fox." panggil Nyonya Mint dan melangkah memeluk tubuh putranya.

" Aw." ringis Fox ketika ibunya memeluk punggungnya.

" Kamu kenapa?" Nyonya Mint yang melepaskan pelukannya dari tubuh putranya dan menyentuhkan kedua telapak tangan ke dagu Fox. Memandangi banyak luka lebam pada wajah dan bekas sobekan pada kedua sudut bibir putranya.

" Ceritanya panjang bu, besok saja aku cerita." Fox yang berusaha melepaskan sentuhan jemari Nyonya Mint dari dagunya.

" Ayah. Ayah dari mana?" Nyonya Mint yang kemudian bertanya kepada Tuan Kino yang berdiri tidak jauh dari istri dan putranya.

" Aku habis keluar, mencari udara segar. Pergi minum sebentar, karena aku jenuh di dalam rumah." Seribu satu alasan yang keluar dengan mudah membungkam satu pertanyaan Nyonya Mint.

" Oh. Ya sudah kalau begitu kita masuk." Nyonya Mint yang menepuk pipi Fox dengan lembut dan kemudian mundur satu langkah meraih pundak suaminya dan merangkulnya.

Ketiganya kemudian berjalan menuju dalam rumah dan tentunya dengan pertanyaan yang sama dari Tuan Kino yang mempertanyakan wajah Fox kenapa banyak luka lebam.

Sedikit lega, karena jalan keluar yang Tuan Kino rencanakan ternyata berhasil dan untungnya kepulangannya tidak satu mobil dengan Tamarin yang akan menimbulkan kecurigaan pada Fox dan Tamarin.

" Sayang." sapa Fox kepada istrinya yang sudah berwajah segar namun kakinya jangan ditanya. Sudah pasti besok akan pegal linu dan encok pinggang setelah bangun tidur.

" Sayang." balas Tamarin yang merengkuh bermanja mencium kan bibirnya ke bibir suaminya. Meskipun dalam hatinya bertanya kenapa dengan wajah suaminya. Tapi itu tidak menyurutkan sentuhan cinta yang dia layangkan karena kerinduannya.

Setelahnya melepas rindu sekitar lima menit. Kedua tubuh sepasang suami istri itu terlepas pelan. Namun Tidak jemari Tamarin dan tatapannya. " Ini kenapa?" kedua pasang mata yang bertatap dengan sangat dekat itu menyimpan banyak rahasia.

Tidak mungkin akan aku jawab, bahwa tas Jelly di jambret preman jalan dan aku digebuki dua preman itu. Yang ada Tamarin tambah panik dan bertanya detail soal siapa Jelly. gumam Fox yang masih diam ketika bibir dan wajahnya begitu lekat di tatap istrinya dengan sangat cemas.

BERSAMBUNG