Ayla Navara, merupakan seorang aktris ternama di Kota Lexus. Kerap kali mengambil peran jahat, membuatnya mendapat julukan "Queen Of Antagonist".
Meski begitu, ia adalah aktris terbersih sepanjang masa. Tidak pernah terlibat kontroversi membuat citranya selalu berada di puncak.
Namun, suatu hari ia harus terlibat skandal dengan salah seorang putra konglomerat Kota Lexus. Sialnya hari ini skandal terungkap, besoknya pria itu ditemukan tewas di apartemen Ayla.
Kakak pria itu, yang bernama Marvelio Prado berjanji akan membalaskan dendam adiknya. Hingga Ayla harus membayar kesalahan yang tidak diperbuatnya dengan nyawanya sendiri.
Namun, nyatanya Ayla tidak mati. Ia tersadar dalam tubuh seorang gadis cantik berumur 18 tahun, gadis yang samar-samar ia ingat sebagai salah satu tokoh antagonis di dalam novel yang pernah ia baca sewaktu bangku kuliah. Namun, nasib gadis itu buruk.
“Karena kau telah memberikanku kesempatan untuk hidup lagi, maka aku akan mengubah takdirmu!” ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 ~ Malaikat Pencabut Nyawa
Pagi harinya Alice bangun dengan wajah riang, semalam saat pulang ia mendapat kabar bahwa sang calon mertua akan datang membicarakan tentang kelanjutan rencana pernikahan ini. Dan Alice yakin kalau inti pembicaraan adalah pembatalan pernikahan, huh rasanya gadis itu sudah tidak sabar untuk keluar dari bayang-bayang seorang Aldric.
.
.
.
Pagi-pagi sekali Lucy telah membantunya untuk bersiap. Hal ini karena Evelyn yang ingin sang putri tampil cantik memukau di pertemuan kedua keluarga ini.
"Cy, udah! Jangan tebal-tebal!" ujar Alice risih merasa wajahnya kaku dengan make-up tebal yang Lucy berikan.
"Kamu lupa, Lice? Justru semakin tebal dan semakin wow riasanmu semakin pula calon mertua mu akan terpukau," jawab Lucy sembari menaik-turunkan kedua alisnya.
Alice terdiam sejenak, ia tampak memikirkan perkataan Lucy yang ada benarnya. "Benar, teruslah rias sampai aku terlihat seperti malaikat pencabut nyawa sekalian."
"Hahaha, kamu bisa aja, Lice." Lucy tertawa dibuat-buat, ternyata sang nona bercandanya garing juga.
"Ih, aku beneran," sahut Alice bersungguh-sungguh. Bahkan ia tidak tertawa atau tersenyum sedikitpun.
"Jangan bercanda, Lice."
"Tidak, Cy. Cepat dandani aku!"
Lucy pun menuruti permintaan Alice, hingga tiga puluh menit kemudian tampaklah sebuah wajah putih dengan riasan tebal yang sangat menyeramkan. Terlebih lagi kedua matanya dibalut eyeshadow warna hitam pekat, begitu juga dengan bibir mungil yang tak kalah kelam dengan olesan lipstik warna senada.
Alice tersenyum puas, sementara Lucy malah merasa merinding akan hasil karyanya sendiri.
"Wait, aku mau lihat-lihat pakaian yang cocok dulu."
Alice lalu bangkit dan menuju walk in closet untuk memilih pakaian yang semakin mendukung penampilannya. Ia pun keluar dengan setelan hitam dan dilengkapi jubah panjang menjuntai dengan warna senada. Ia juga tidak tahu kenapa ada pakaian seperti ini dalam koleksi seorang Alice Lawrence.
Lucy bergidik melihat kolaborasi pakaian sang nona. Kolaborasi yang jika Lucy lihat maka sangatlah menakutkan, terlebih dengan riasan wajah gadis itu yang sangat tebal dan tak kalah menyeramkan.
"Li-lice, aku jadi takut melihatmu," ujar Lucy apa adanya, Alice memang terlihat menyeramkan terlebih kini gadis itu menampilkan senyuman miring yang membuat Lucy seakan sedang berhadapan dengan iblis benaran.
"Lice, jangan tertawa," pekik Lucy malah membuat Alice semakin tertawa riang menggema dan hal itu di mata Lucy terlihat semakin dan semakin menyeramkan.
Dengan percaya diri ia keluar dengan cepat ketika melihat kedua mobil keluarga Nelson melewati gerbang. Beberapa pelayan yang berpas-pasan dengan sang nona saja dibuat terperanjat ketika melihat penampilan gadis itu. Padahal mereka ingin memberi tahu Barnett dan Evelyn bahwa calon besan mereka telah tiba.
Jika saja tidak melihat Lucy yang mengekor di belakang gadis menyeramkan itu mungkin mereka telah berteriak histeris.
Lucy mengangkat kedua bahunya ketika melihat kode dari beberapa pelayan itu. Ia hanya berkata. "Nona, jangan cepat-cepat!"
Dengan berkata seperti itu sudah cukup menjadi jawaban bahwa gadis menyeramkan itu adalah sang nona rumah.
Para pelayan itu hanya bisa mengelus dada ketika sang nona dan Lucy berlalu. Mereka saling pandang kemudian saling melempar senyum dengan wajah yang pucat. Entah kenapa sejak sadar dari koma kelakuan sang nona bukan hanya berubah menjadi dingin namun terkadang juga terkesan sedikit ... ralat, sangat absurd.
...
Aldric dan kedua orangtuanya telah berada di depan pintu utama mansion Lawrence. Seorang pelayan membuka pintu dan tampak berderet dari mereka yang menyambut kedatangan sang tamu.
Saat mereka mempersilakan masuk dengan mundur ke sisi masing-masing muncullah seseorang dengan pakaian serba hitam dari tengah mereka. Aldric dan kedua orangtuanya bahkan memandang gadis itu dari bawah sampai atas. Ketika pandangan mereka sampai di wajah, ketiganya terperanjat terutama Valerie yang wajahnya kini tiba-tiba memucat.
Dengan senyuman tak berdosa Alice dengan percaya diri berkata. "Selamat datang calon mertua dan calon suamiku."
Sebuah sambutan yang membuat mereka tercengang, bahkan ketiganya hanya bisa terpaku diam tanpa menjawab sepatah katapun.
"Hey, selamat datang Bas, Vale, Al. Ayo masuk!" sambut Barnett ketika melihat sang calon besan dan menantunya hanya berdiri mematung. Ia belum melirik ke arah sang putri. Demikian juga dengan Evelyn yang sudah tersenyum lebar, ia juga belum sadar akan penampilan putri cantiknya itu.
Melihat wajah Valerie yang tampak pucat dan ketiganya yang masih mematung sembari menatap sang putri, Barnett hanya tersenyum kecil. Ia mengira bahwa tiga orang itu terpesona sampai segitunya. Dengan percaya dirinya ia berdehem. "Putriku memang sangat cantik, kalian akan sangat beruntung memilikinya nanti."
Evelyn mengangguk, membenarkan perkataan sang suami. Ia kemudian menoleh pada sang putri yang berada tepat di sampingnya, dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat penampilan anak semata wayangnya itu.
"Astaga, Alice. Apa yang kamu pakai ini?" marah Evelyn sembari menarik-narik jubah sang putri. Dan perkataan Evelyn sontak menarik perhatian Barnett, ia juga tampak shock melihat penampilan sang putri. Dengan tak enak hati ia kembali berdehem.
"Sepertinya putriku terlalu bersemangat untuk menyambut kalian. Mohon jangan dipikirkan ya, mari masuk terlebih dahulu." Aldric dan kedua orangtuanya mengangguk, meski masih sedikit shock mereka tetap masuk ke mansion mewah itu.
Barnett melayangkan tatapan tajam membunuh pada sang putri sebelum mengikuti calon besannya masuk. Alice? Ia hanya tersenyum miring dengan tatapan sinisnya.
.
.
.
Semuanya kini berkumpul di ruang tamu, mereka di jamu sedemikian rupa. Meski kabar kedatangan mereka mendadak, tapi untuk keluarga kaya seperti mereka tentu akan menyambut tamu penting dengan sangat baik.
Namun sambutan itu harus mendapat nilai minus karena penampilan sang nona rumah. Penampilan yang hingga kini masih membuat Valerie enggan ... tidak, lebih ke takut untuk memandang gadis itu.
"Hmm, sebenarnya kami datang kemari untuk membicarakan hubungan antara putra putri kita, Nett," ujar Bastian memulai pembicaraan, dapat ia lihat sang istri kini tak akan bisa berbicara jika ia tidak memancing.
Barnett tersenyum. "Ada apa, Bas? Apakah pernikahan mereka akan dipercepat?"
Bastian mencubit ringan lengan sang istri hingga wanita itu sadar. "Sebelumnya Valerie ingin mengatakan sesuatu pada kalian."
Valerie kemudian angkat bicara, namun tatapannya fokus pada Barnett dan Evelyn tidak berani melirik sedikitpun pada gadis yang sedang duduk di sofa tunggal itu.
Mengumpulkan semua nyawanya kembali, Valerie kemudian menceritakan semua kelakuan Alice yang ia ketahui. Dari pamer akan menjadi menantu keluarga Nelson, berlebihan ketika memarahi pelayanan, keborosan hingga Alice yang masuk ke klub malam dengan om om.
Mendengar itu wajah Barnett berubah tegang, rahangnya mengerat dengan tatapan tajam pada sang putri. Namun ia cepat menguasai diri, pernikahan kedua keluarga ini pasti tidak dapat dilanjut pikirnya.
Ia pun berusaha untuk tersenyum, meski pernikahan tidak terjadi tapi keluarga Nelson tidak boleh menarik saham mereka atau Perusahaan Lawrence akan terguncang.
"Saya sebagai Daddy yang tidak berguna ini mohon maaf atas kelakuan putri saya. Tapi saya harap kerjasama kita akan tetap terjalin meski pernikahan anak-anak kita dibatalkan," ujar Barnett yang mendapat lirikan sinis dari Valerie. Sementara Alice ingin sekali berteriak girang jika tidak mengingat ia sedang berakting sebagai wanita malang yang akan ditinggal pergi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tbc
🌼🌼🌼🌼🌼
Halo, terima kasih atas dukungan kalian semua. Aku terharu karena kalian tetap baca meski updatenya gak tentu 🥺🥺🥺.
Salam dari Nona Cantik kita, Alice😘.
🌼🌼🌼🌼🌼
tembak tembak tembak
🤣🤣🤣