Terlambat menyatakan cinta. Itulah yang terjadi pada Fiona.
ketika cinta mulai terpatri di hati, untuk laki-laki yang selalu ditolaknya. Namun, ia harus menerima kenyataan saat tak bisa lagi menggapainya, melainkan hanya bisa menatapnya dari kejauhan telah bersanding dengan wanita lain.
Ternyata, melupakan lebih sulit daripada menumbuhkan perasaan. Ia harus berusaha keras untuk mengubur rasa yang terlanjur tumbuh.
Ketika ia mencoba membuka hati untuk laki-laki lain. Sebuah insiden justru membawanya masuk dalam kehidupan laki-laki yang ingin ia lupakan. Ia harus menyandang gelar istri kedua, sebatas menjadi rahim pengganti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33. AKAN BERLAKU ADIL
Begitu masuk ke kamar, Agnes melepas tangan Teddy yang melingkar di pinggangnya, kemudian menatap sang suami dengan intens.
"Mas belum jawab pertanyaan aku tadi. Kenapa Mas bisa pulang bareng sama Fiona? Aku bahkan gak kasih tahu Mas kalau Fiona ada di rumah Aidan!" Suara Agnes sedikit meninggi. Ada perasaan bergemuruh dalam dada, segala praduga menghantui pikirannya. Terlebih lagi mengingat beberapa saat lalu, bagaimana perhatiannya Teddy meminta Fiona untuk langsung ke kamar beristirahat.
"Kemarin aku ketemu Fiona di rumah sakit. Mamanya sedang sakit," ujar Teddy terlihat tenang. Namun, ada perasaan bimbang dalam hati untuk menjelaskan yang sebenarnya. Ia ingin berlaku adil pada Fiona, tetapi juga merasa tak tega membuat Agnes bersedih.
"Terus, dia nginap di rumah sakit?" tanya Agnes. Mulai menarik kesimpulan.
Teddy terdiam sejenak, kemudian menggeleng pelan. Ia menatap sang istri dengan lekat sembari menarik nafas dalam-dalam. "Fiona izin sama aku untuk menginap di rumah Aidan, dan dia ikut pulang bersama Aidan dan Jihan. Sorenya aku mengantarkan sop konro kesana, tapi aku tidak bisa pulang karena kamu tahu sendiri kemarin cuaca sedang buruk."
Agnes menyimak penjelasan suaminya dengan perasaan yang semakin bergemuruh. "Dan Mas juga menginap di rumah Aidan bersama Fiona?" tanyanya dengan suara terdengar sedikit gemetar.
Teddy hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.
Agnes seketika membuang nafas berat seraya berbalik membelakangi suaminya. Tubuhnya tiba-tiba saja gemetar, meski Fiona juga istri sah suaminya. Tapi ia tidak bisa terima jika mereka tidur bersama di ranjang yang sama. Karena baginya Fiona hanyalah rahim penggantinya. Bahkan ia meminta keduanya untuk melakukan inseminasi karena tak rela suaminya menyentuh wanita lain.
"Sayang...." Teddy menyentuh pundak istrinya. Namun, Agnes hanya diam tak merespon, juga tak berbalik menatapnya. Dan akhirnya ia pun menarik pundak sang istri dan memutar tubuhnya berhadapan dengannya.
"Aku minta maaf kalau apa yang akan aku katakan ini mungkin akan menyakiti kamu," Teddy menjeda Kalimatnya dengan tarikan nafas. Ia tahu keputusannya ini akan menyakiti istri pertamanya, tapi ia juga sadar selama ini telah menyakiti istri ke-duanya.
Tubuh Agnes semakin gemetar. Tatapannya yang tajam itu perlahan terlihat berkaca-kaca, seperti sudah dapat memahami apa yang akan dikatakan suaminya.
"Selama ini kita sudah dzalim pada Fiona. Dia ada disini memang karena bentuk pertanggungjawaban, tapi aku menikahinya secara sah. Pernikahan kami resmi dan itu atas izin kamu. Seharusnya aku juga memperlakukan dia seperti kamu. Dia juga berhak mendapatkan waktuku, sama seperti kamu. Dan aku putuskan mulai hari ini, aku akan berlaku adil pada kalian berdua. Apa yang kamu dapatkan, juga akan didapatkan oleh Fiona."
Agnes menggeleng pelan seraya menepis tangan suaminya. "Mas jangan lupa kalau Fiona itu sudah punya calon suami yang sampai sekarang masih menunggunya kembali!" tekan Agnes.
"Aku tahu, tapi selama Fiona menjadi istriku, seharusnya aku juga memperlakukan dia sama seperti kamu," ujar Teddy. Mungkin untuk saat ini hanya itu yang dapat dikatakannya. Setelah Fiona melahirkan bayinya, ia akan berterus terang pada Agnes bahwa ia akan tetap mempertahankan Fiona sebagai istrinya. Dan saat itu Agnes pasti akan sangat terluka, tapi ia juga tidak akan melepaskan Fiona lagi.
"Mas gak perlu repot-repot berlaku adil hanya karena sudah merasa dzalim pada Fiona. Ingat, Mas, dia yang sudah membuat aku kehilangan calon anak kita dan juga rahimku!" ucap Agnes hampir berteriak. Bersamaan dengan itu air matanya jatuh membasahi pipi.
"Aku meminta kalian menikah agar anak yang dilahirkan Fiona itu jelas nasabnya. Dan aku meminta kalian melakukan inseminasi karena aku gak rela Mas menyentuh dia. Gak rela!" ujarnya dengan suara bergetar.
Teddy terpaku menatap istrinya. Nafasnya serasa tercekat di tenggorokan. Entah akan seperti apa jadinya jika Agnes mengetahui bahwa bayi yang dikandung Fiona sekarang bukanlah melalui proses inseminasi, melainkan ia sendiri yang telah menanamnya dalam rahim Fiona.
*****
Malam hari....
"Aku mau bicara sama kamu." Agnes menghadang langkah Fiona yang hendak kembali ke kamar setelah dari dapur mengambil air minum.
"Mau bicara apa?" tanya Fiona datar. Sejak mengetahui bahwa Agnes yang sudah lancang menggunakan ponselnya dan mengirim pesan pada Damar, ia tak segan lagi pada kakak madunya itu.
"Aku cuma minta kamu tolong jaga sikap selama kamu tinggal di sini."
Fiona mengerutkan keningnya. "Maksudnya, aku harus jaga sikap bagaimana? Aku gak pernah berbuat yang aneh-aneh selama tinggal di sini."
Agnes mengalihkan pandangannya sejenak. Fiona memang tidak pernah bertingkah demikian selama serumah dengannya. Tapi keputusan yang diambil suaminya hari ini membuatnya berpikir yang tidak-tidak tentang Fiona. Ia berpikir mungkin Fiona sering merespon suaminya dan membuat Teddy tertarik sehingga mengambil keputusan ini.
"Kamu tahu, kan, posisi kamu di rumah ini? Hanya sebatas rahim pengganti. Aku cuma minta sama kamu, tolong hindari Mas Teddy. Dia gak perlu bersikap seperti suami pada umumnya terhadap kamu. Biar aku yang memenuhi segala kebutuhan kamu," ucap Agnes. Berharap dengan ia mengatakan ini Fiona akan langsung mengindari Teddy saat nanti suaminya itu datang menghampiri madunya itu, karena ia tidak mungkin mencegah suaminya.
Fiona tercengang menatap kakak madunya itu. "Aku tahu, dan aku sangat sadar akan posisi aku di rumah ini. Maka dari itu aku gak pernah minta apapun sama Mas Teddy. Bahkan ATM yang pernah dia berikan, belum pernah aku pakai sedikitpun. Isinya masih utuh dan jika perlu aku akan kembalikan!" ujar Fiona dengan menekan suaranya.
"Baguslah jika kamu tahu diri!" ucap Agnes dengan entengnya.
Fiona menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. Berusaha menahan emosi yang tiba-tiba menumpuk di dada. Tanpa kata ia pun segera mengayun langkah menuju kamarnya.
Agnes membuat nafas berat sembari menatap kepergian Fiona. Ia tahu ucapannya tadi sudah keterlaluan. Tapi hanya dengan begitu ia bisa menjauhkan Fiona dari suaminya.
buat damar berusahalah karena bukan hanya maaf Fiona yang bakalan susah kamu dapat nantinya tapi jga keluarga besarnya karena fio itu putri kesayangan jadi selamat berjuang semoga semesta menjodohkan kamu sama fio
🤭🤭🤭 eh salah semoga Mak nur menjodohkan kamu ama fio
Ngak usah ngimpi mau punya dua istri kalau belum bisa bersikap adil bijak dan tegas kamu ,
jangan cuma mikirin perasaan kamu pikirkan juga perasaan Fio ... Fio itu manusia bukan boneka Fio punya hati nurani
ayo Damar tetap semangat jgn kendor terus perjuangkan cinta mu lewat jalur langit selalu langit kan doa"mu rayu tuhanmu, dan jangan lupa kamu harus jujur dgn masa lalu mu,, belajar jadi imam baik untuk calon bidadari surga mu ❤️🥰