Kaira Lestari anak berusia 19 tahun yang dulunya seorang anak kecil yang selalu manja dan bahagia,namun kepergian sang Ibu membuatnya hancur berantakan.Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda yang membawa satu anak perempuan yang hampir satu usia dengan nya. Hidup nya di siksa habis habisan,selain Luka batin,luka dan lebam selalu memenuhi tubuh nya. Akankah ada hari bahagia atau senyum lagi muncul di bibir gadis itu?
18 tabrakan
Saat embun pagi masih menempel di genteng rumah,mengeluarkan udara yang sangat menyejukkan,biasanya seorang gadis sudah sibuk dengan aktivitasnya di dapur yang tidak terlalu luas.
Wangi masakan atau susu dan kopi buatannya mengepung di seluruh ruangan.
Kali ini, wangi dan kesibukan itu tidak ada,dapur yang biasanya mengeluarkan dentingan sendok kini sepi seperti tak berpenghuni.
Ceklek…
Kaira membuka pintu ruang tamu, gadis itu menuju kulkas dan mengambil satu potong roti,mengolesnya dengan selai cokelat.
Gadis itu juga membuat susu cokelat sebagai teman roti untuk sarapan paginya.
Kaira menikmati sarapan dengan santai,matanya tertuju kepada jam yang menunjukkan pukul 06:05 WIB.
Setelah selesai sarapan,Kaira kembali ke kamar,ia mengangkat kasurnya dan mengambil uang receh yang ia simpan di sana.
Gadis itu mengambil beberapa lalu kembali memperbaiki kasurnya.
Kaira melangkah keluar dari dalam kamar.
“Sarapannya mana? Kok nggak ada?”
Kaira melihat ke arah Mita yang sepertinya masih baru menginjak dapur,dan wanita paruh baya itu sepertinya juga baru bangun.
“Gue udah sarapan..”jawab Kaira santai sembari mengunci kamarnya.
“Maksudnya??”
Kaira tidak menjawab, gadis itu melangkah keluar dari rumah.
“Hey Kaira,mau kemana kamu? Siapkan dulu sarapan,papah masih siap siap,Andini juga belum bangun.”
Kaira menatap wanita itu.”bukan urusan gue..”
“Ehh Kaira.. Kaira..anak kurang aja* makin lama dia makin meraja lela,masih pagi udah mancing emosi.”akhirnya Mita melangkah ke dapur untuk mempersiapkan sarapan puteri dan suaminya.
“Astaga Andini..”ucapn Mita yang melangkah menuju kamar puterinya.dia lupa membangunkan Andini.
“Andini…Andini…bangun nanti kamu terlambat..”
Suara wanita itu di dengar samar oleh Andini,tapi mata gadis itu seakan susah untuk terbuka akibat enaknya tidur di sela sela udah dingin hujan yang baru saja selesai.
“Astaga Andini..ini udah setengah 7 nanti kamu terlambat!”
Spontan mata Andini terbuka,gadis itu melihat jam di ponselnya.
06:40 WIB
“What?,anjii**..mampus gue..”ucapnya sembari berlari ke kamar mandi.
.
Kaira duduk di halte bus,menunggu mobil panjang itu membawanya ke sekolah.
Kaira menyibukkan tangan dan matanya memainkan ponsel.
“Bareng gue aja..”
Kaira melihat ke arah sumber suara,sedikit lama mata itu menatap sampai seseorang itu membuka helmnya.
“Fathan?”
Fathan tersenyum tipis.”hay selamat pagi..”
Kaira terdiam.tapi tidak lama ia menyapa balik pria itu.”pagi…”
“Bareng gue aja,sekalian ke sekolah kan?”
“Bentar lagi bus udah datang kok,duluan aja..”
“Udah ayok naik..naik motor lebih cepat,nggak ada macet macetan.”
Akhirnya Kaira pun mengangguk,selain karena lebih cepat,dia juga bisa menghemat,uang yang ia gunakan sebagai ongkos bisa ia simpan untuk keperluan lain,apalagi di dengar dengar, ongkos sudah naik,per orang menjadi 4 ribu.
.
“Padahal mama tadi mau membahas yang kita bicarakan tentang Kaira pah,tapi dia sudah pergi duluan.”
“Nggak apa apa,nanti malam saja kita bahas.”
Mita tersenyum sembari menganggukkan kepalanya.
“Aku pergi dulu ya..”
“Iya pah.. hati hati..”jawab wanita itu sembari menerima salaman tangan suaminya.
Bima pun melangkah menuju mobil dan tidak lama mobil itu melaju meninggalkan parkiran.
Mita tersenyum,walaupun hatinya kesal melihat tingkah Kaira tadi,tapi dia bahagia karena sebentar lagi gadis itu tidak ada di sini.
“Pasti Andini terlambat ini..”ucap Mita sembari matanya melihat ke arah jarum jam.
Andini tadi tidak sarapan karena ibunya belum juga siap menyiapkan sarapan,akhirnya gadis itu pergi dengan buru buru meninggalkan rumah.
.
“Tiap hari lo naik bus?”
“Iya..”teriak balik Kaira kepada Fathan yang membawa motor.
“Kenapa semalam nggak sekolah?”
“Lagi ada urusan…”
Motor itu melaju tidak terlalu kencang,jadi suara keduanya bersahutan masih terdengar.
.
Brakkkk….
“Astaga Fathan ada yang tabrakan..”ucap Andini kaget saat melihat sebuah motor dan mobil sepertinya adu kambing.
Dan kejadian itu persis di belakang mereka.
Fathan menghentikan motornya.
“Kita berhenti atau lanjut? Bentar lagi udah bell..”
Kaira terdiam,matanya melihat ke arah kejadian,sudah banyak orang orang yang mengerumuni kejadian itu.
“Anak sekolah ini…”
Kaira mendengar suara warga yang berbica yang melihat dekat ke arah kejadian.
“Kita berhenti aja dulu,gue mau lihat orang yang tabrakan.”
Kaira turun dari motor,lalu melangkah lebih cepat menuju kejadian.
Fathan akhirnya berhenti juga,ia mengikuti langkah Kaira.
“Astaga..Andini?”jantung Kaira hampir copot,dia langsung mendekat ke arah Andini yang sudah bergelumuran darah..
“Lo kenal?”
“Ini adek gue fathan!”
“Kita bawa ke rumah sakit..”
Beberapa orang membantu,membawa tubuh Andini menggunakan mobil pribadi karena Ambulance belum juga datang…
“Astaga Andini bertahan lah..”ucap Kaira dengan tangan kanannya menggengam tangan Andini,gadis itu berada di pelukan Kaira,darah masih terus keluar dari kening gadis itu,bahkan tangannya banyak luka.
Walaupun adik tirinya tidak pernah akur dengannya,dia juga khawatir melihat kondisi Andini yang seperti ini.
Mata Kaira melihat ke arah belakang,ternyata Fathan mengikuti mobil yang mereka bawa,ia pikir pria itu akan pergi ke sekolah.
.
Mita yang baru saja menyelesaikan mandi wajibnya,dan masih merasa lelah karena hari ini wanita itu jadwalnya keramas dan luluran melangkah ke arah ponselnya yang berdering di atas nakas samping tempat tidur.
“Nomor baru?”ucapnya sembari mengerutkan keningnya.
“Halo?”
“Halo selamat pagi,dengan ibu Mita?”
“Iya saya sendiri…”
“Kami mau mengabarkan bahwa puteri ibu yang bernama Andini Wulansari sedang berada di rumah sakit,beliau mengalami kecelakaan”
“Apa? Dimana alamat rumah sakitnya..”
“Di rimah sakit mitra medika bu..”
“Saya..saya kesana ..”
Tutt…
Tubuh Mita bergetar,dengan cepat ia merapikan rambutnya yang basah tanpa ia hairdrayer.
“Andini kenapa bisa begini sayang?”ucapnya dengan tergesa gesa.
Mita melangkah keluar dari dalam rumah sembari menghubungi suaminya.
.
Kaira duduk di kursi ruang tunggu,menatap ke arah pintu ruangan,bayangan masa lalu bersinggahan di kepalanya,ia benci rumah sakit,ia benci bau bau obatan.
Karena di rumah sakit itulah saksi dimana matanya melihat sang ibu pergi selamanya.
“Lo kenapa?”
Lamunan Kaira terbuyar,manik mata yang hampir meneteskan buliran,tidak jadi menetes.
Suara fathan menyadarkan lamunannya, ia juga baru menyadari ternyata dirinya duduk bersama dengan pria itu.
“Lo sekolah aja,biar gue yang nungguin adik gue,lagian bentar lagi papa dan mama udah mau datang..”
“Nggak apa apa,lagian juga udah terlambat,percuma juga gue ke sekolah.”balas Fathan sembari melihat arlojinya.
“Gue baru tahu kalau lo punya adik..”
Kaira tersenyum tipis.”cuman lo yang tahu,selainnya satu sekolah nggak ada yang tahu..padahal lo masih murid baru.”kaira melihat ke arah Fathan.”jangan kasih tahu siapa siapa ya kalau gue punya adik dan satu sekolah.”
Fathan mengerutkan keningnya.”kenapa?”
Kaira menghela nafas.”nggak kenapa napa,gue cuman butuh lo bilang iya aja..”
“Kaira…kurang aja*”
Belum juga Fatha menjawab suara seseorang sudah mendekat ke arah mereka.
Plakk….
Plakk…
Dua tamparan di berikan Mita kepadanya yang membuat Fathan sedikit terkejut.
mata pria itu langsung tertuju kepada Kaira, yang menunjukkkan wajah tenang nya.
“Dimana Andini? Hah? Apa yang sudah kamu perbuat padanya? kenapa dia bisa kecelakaan? Apa yang kamu rencanakan? Hikss..hiksss.”Mita menangis…
Bima yang baru saja sampai mendengar suara tangisan dan ungkapan istrinya.
“Anak yang tidak tahu di untung! Selalu bertingkah,jiwa apa yang ada di tubuh mu!”
Plakk…
Plakk…
Dua tamparan Kaira dapatkan lagi dari papahnya.
“Kalau sampai terjadi apa apa pada Andini,jangan harap papah akan memaafkanmu!”sorotan mata tajam dan kecewa terlihat di mata pria itu.
Kaira masih menunjukkan wajah tenangnya.”Andini kecelakaan,bukan gue yang nabrak”
jawab Kaira tenang sembari mengusap lembut wajahnya.
“Diam kamu! Tadi pagi kamu cepat keluar dari rumah dan sengaja membuat Andini terlambat supaya kamu bisa menjebaknya di jalan kan?”